Makalah Keunikan Manajemen Pendidikan

 
 
 BAB I
PENDAHULUAN

                Pada saat ini manajemen sudah banyak dikenal di kalangan masyarakat secara luas. Setiap organisasi baik yang mencari keuntungan maupun lembaga sosial hampir semuanya menyadari pentingnya manajemen. 

            Istilah manajemen berasal dan bahasa Inggris “management”, dipandang dari segi arti kata manajemen berarti pengelolaan.[1]. Sedangkan ilmu manajemen dapat diberikan suatu pengertian yang cukup sederhana yaitu suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif serta efisien dengan menggunakan bantuan / melalui orang lain.[2]  Yang dimaksud menggunakan bantuan / melalui orang lain adalah dapat berupa bantuan orang lain dalam wujud fikiran, tenaga serta dapat pula intuisinya.

            Jika sebuah manajemen dilibatkan dalam pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
            Dalam makalah ini, penulis akan membahas jauh lebih dalam tentang manajemen pendidikan dan keunikannya serta hal yang membedakan manajemen ini dengan manajemen-manajemen lainnya.

a.       Rumusan masalah
1.      Apakah konsep dasar dan keunikan manajement pendidikan?
2.      Apakah yang membedakan manajement pendidikan dengan manajement lainnya?

b.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep dasar dan keunikan manajemen pendidikan
2.      Untuk mengetahui perbedaan  manajement penndidikan dan manajemen lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Konsep dasar manajemen pendidikan
Untuk mengungkapkan sebuah konsep dasar manajemen pendidikan, maka perlu dijelaskan definisi dari manajemen pendidikan. Pendapat pertama Bush, mengemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu bidang kajian dan praktik yang berkaitan dengan operasional orrganisasi pendidikan. Gaffar dalam E. Mulyasa, manajemen berbasis sekolah, mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pengertian ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang berkenanaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah manajemen pendidikan. Manajemen atau pengelolaan adalah komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikaan secara keseluruhan, karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, afektif, dan efisien. Dapat dikatakan bahwa kerangka kerja (frame work) manajemen pendidikan adalah prinsip-prinsip dan teori manajemen umum yang diaplikasikan untuk mengelola kegiatan pendidikan pada suatu organisasi pendidikan formal. Untuk menjalankan organisasi pendidikan diperlukan manajemen yang efektif. Sekolah harus dikelola dengan manajemen efektif yang mengembangkan potensi peserta didik sehingga memiliki pengetahuan, sikap, dan nilai yang mengakar pada karakter bangsa.[3]

2.      Keunikan manajemen pendidikan.
Manajemen pendidikan berbeda dengan manajemen institusi atau badan usaha lainnya. Tidak dapat dibantah bahwa manajemen pendidikan memperhatikan secara serius tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan bukan profit oriented. Secara umum ia bertujuan untuk mendewasakan anak bangsa menjadi manusia yang berguna untuk dirinya dan lingkungannya. Oleh karenanya, kebanyakan penulis dan peneliti manajemen pendidikan menekankan pentingnya memperhatikan maksud dan tujuan pendidikan. Menurut Hallinger & Snidvongs (2008) tujuan utama organisasi bisnis adalah mencari keuntungan. Ini berbeda sekali dengan kasus sekolah dan lembaga pendidikan sebagai organisasi. Oleh karena itu, tidak semua sistim manajemen yang berasal dari lingkungan industri cocok diterapkan untuk pendidikan. Total Quality Management (TQM) yang terkenal di bidang bisnis, misalnya, telah dicoba untuk diterapkan bagi lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah. Daya tariknya adalah karena sifat daripada sistim TQM yang bertujuan secara terus menerus memperbaiki sistim dengan usaha bersama semua elemen organisasi dan mendapatkan hasilnya, memuaskan pelanggan. Namun, sekarang sistim manajemen ini telah secara perlahan mulai pudar menyangkut penerapannya di lingkungan sekolah dan lembaga pendidikan. Kemunduran penerapannya di lingkungan sekolah antara lain karena kharakteristik khusus daripada sebuah sekolah dan lembaga pendidikan yang bukan pabrik; pendidikan adalah ‘produk’ tetapi, tidak dapat dilihat; pelanggannya adalah para murid, orang tua, majikan dan masyarakat; TQM adalah ketinggalan zaman dalam banyak segi, suatu kemunduran kepada ide-ide yang dikembangkan lima puluh tahun yang lalu.[4]
Bush (1995) menunjukkan 7 keunikan manajemen pendidikan:
1.    Tujuan (objectives) lembaga-lembaga pendidikan lebih sulit didefinisikan ketimbang tujuan perusahaan-perusahaan komersial. Lembaga komersial memiliki tujuan utama seperti mendiversifikasi produk dan memaksimalkan keuntungan. Sekolah dan perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan kapasitas personal individu, menanamkan nilai-nilai yang dianut, menjaga anak-anak dan kaum muda untuk jangka waktu yang telah ditentukan setiap hari dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke tahap yang lebih tinggi atau untuk memasuki dunia kerja atau, barangkali menjadi penganguran.
2.    Di lembaga pendidikan tujuan (goals) yang telah ditentukan sangat sulit diukur apakah tujuan-tujuan tersebut telah dicapai. Di organisasi yang berorientasi keuntungan finansial tercapainya tujuan atau tidak, bisa diukur dengan ukuran-ukuran keuangan; penjualan sudah meningkat, keuntungan sudah naik, dividen (keuntungan saham) lebih tinggi. Sedangkan di lembaga pendidikan penilaian harus ditempuh melalui jangka panjang, bahkan ada aspek-aspek tertentu yang sulit untuk diukur.
3.    Keberadaan anak-anak dan kaum muda sebagai titik fokus lembaga pendidikan juga menyumbang kepada ketidakjelasan ini. Murid dan siswa mungkin dianggap sebagai pelanggan atau output sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai pelanggan disana terdapat ciri-ciri unik. Sebagai peserta di dalam proses produksi orang muda berbeda secara mencolok dari bahan mentah komersial dan industri. Peserta didik tidak bisa diproses, diprogram atau dimanipulasi. Proses pembelajaran dibangun atas hubungan personal dengan segala keanehan dan ketidakpastian yang terjadi.
4.    Para manager dan guru di sekolah dan perguruan tinggi berasal dari latarbelakang profesi yang sama bersama dengan nilai-nilai, pelatihan dan pengalaman yang dianut bersama. Sebagai profesional guru mengklaim otonomi di ruangan kelas. Sifat hubungan dengan peserta didik atau kelompok siswa tidak cocok dengan ketentuan dan supervisi yang ketat, sebagaimana diberlakukan untuk buruh. Di samping itu, guru sebagai profesional harus sanggup berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, karena komitmen mereka untuk mengimplementasikan keputusan adalah penting.
5.    Hubungan pelanggan antara guru dan siswa berbeda dalam banyak aspek dari hubungan profesional lain dengan pelanggan mereka. Guru memiliki hubungan yang beraturan dan lama dengan para murid; sering beberapa pertemuan seminggu selama periode beberapa tahun. Hal ini berbeda dengan organisasi komersial yang mempekerjakan banyak pekerja dan buruh.   
6.    Disana ada struktur dan bagian-bagian organisasi baik di dalam maupun yang bergesekan dengan lembaga pendidikan. Iklim pengambilan keputusan di sekolah dan perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh sejumlah organisasi dan kelompok di luar lembaga pendidikan. Ini termasuk politisi, pejabat dan inspektorat di tingkat nasional dan, untuk beberapa sekolah, kelompok-kelompok terkait di tingkat daerah, juga orang tua dan kelompok formal maupun non formal. Disana juga terdapat banyak poin-poin keputusan di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi dan sub-sub unit kerja seperti jurusan, fakultas dan lain-lain. Pembagian ini membuat sulitnya pendelegasian tanggung jawab bagi keputusan manajemen di sekolah dan perguruan tinggi.
7.    Banyak manager di sekolah di tingkat SLTP dan SLTA, dan di perguruan tinggi pada kadar tertentu, tidak memiliki cukup waktu untuk aspek-aspek manajemen kerja mereka. Di sekolah dasar kebanyakan atau semua staf adalah guru kelas penuh. Hanya kepala sekolah yang memiliki kesempatan yang agak lumayan untuk mengurus aktivitas manajemen dan di sekolah-sekolah yang lebih kecil kepala sekolahnya biasanya guru kelas. Keterbatasan waktu yang tersedia untuk manajemen berimplikasi signifikan bagi lembaga pendidikan.

3.      Perbedaan manajemen pendidikan dengan manajemen-manajemen lainnya
3.1. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen keuangan
            Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semuah-murahnya dengan menggunakanya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Tugas manajemen keuangan diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh, dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan. Sedangkan manajemen pendidikan lebih menekankan pada fungsi pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa bukan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

3.2. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen produksi
Manajemen Produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang seefisien mungkin, dari mulai pemilihan lokasi produksi hingga produk akhir yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dalam pendidikan, produk yang dihasilkan tidaklah dapat dilihat dan diukur semata-mata. Manajemen pendidikan menanamkan nilai-nilai pada produksinya dalam jangka waktu tertentu.

3.3. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen pemasaran
Manajemen Pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan. Prinsip ini jelas berbeda dengan prinsip manajemen pendidikan. Di lembaga pendidikan tujuan (goals) yang telah ditentukan sangat sulit diukur apakah tujuan-tujuan tersebut telah dicapai. Di organisasi yang berorientasi keuntungan finansial tercapainya tujuan atau tidak, bisa diukur dengan ukuran-ukuran keuangan; penjualan sudah meningkat, keuntungan sudah naik, dividen (keuntungan saham) lebih tinggi. Sedangkan di lembaga pendidikan penilaian harus ditempuh melalui jangka panjang, bahkan ada aspek-aspek tertentu yang sulit untuk diukur




3.4. Perbedaan manajemen pendidikan dan manajemen sumber daya manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah. Ditinjau dari tujuannya, manajemen sumber daya manusia dalam bidang bisnis dan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan adalah berbeda. Dalam bidang bisnis, manajemen ini hanya mengarah kepada kepentingan bisnis untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan dalam bidang pendidikan manajemen ini mengarah kepada pembangunan pendidikan yang bermutu, membentuk SDM yang handal, produktif, kreatif dan berprestasi.

BAB III
KESIMPULAN

Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan berbeda dengan manajemen institusi atau badan usaha lainnya. Tidak dapat dibantah bahwa manajemen pendidikan memperhatikan secara serius tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan bukan profit oriented. Secara umum ia bertujuan untuk mendewasakan anak bangsa menjadi manusia yang berguna untuk dirinya dan lingkungannya.


[1] Mujamil Qomar Etial, 2003, Meneliti Jalan Pendidikan Islam, P3M STAIN Tulungagung dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 296
[2] Djati Julitriarsa, John Suprihanto, Cet. Ketiga, 1998, Manajemen Umum, BPFE,Yogyakarta, hal. 1
[3] Ummi kultsum. Teori dan konsep manajemen pendidikan. 2012 (kultsumummi.blogspot.co.id)
[4] Greenwood and Gaunt, Total Quality Management for Schools. London: Redwood Books, 1994.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Sponsor

Close Button
CLOSE ADS
CLOSE ADS