Resume Kitab Maqashid Shoum (Keutamaan Puasa, Adab Puasa dan Perkara yang Harus Dijauhi dalam Berpuasa) (doc) - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Minggu, 31 Januari 2021

Resume Kitab Maqashid Shoum (Keutamaan Puasa, Adab Puasa dan Perkara yang Harus Dijauhi dalam Berpuasa) (doc)



Resume Kitab Maqashid Shoum

  • Pembahasan Pertama : Kewajiban Puasa

Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang berarti “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah 2:183).
Makna dari terjemah ayat tersebut yakni agar takut/bertakwa sebab berpuasa, maka sesungguhnya puasanya menjadi sebab diampuni segala dosa yang menyebabkan masuk neraka. Dalam kitab Bukhari Muslim Rasulullah SAW bersabda : dibangunnya Islam yakni terdiri atas 5 dasar, diantaranya : 
Agar kamu menyembah kepada Allah dan agar kamu tidak mengingkari selain Allah;
Mendirikan sholat;
Menunaikan zakat;
Menunaikan ibadah haji; dan
Berpuasa di bulan Ramadhan

  • Pembahasan Kedua : Keutamaan Puasa

Menjalan puasa di bulan Ramadhan itu ada beberapa faidah, antara lain :
Meningkatnya derajat
Pengampunan dosa-dosa
Pengurangan syahwat
Memperbanyak sedekah 
Meningkatkan ketaatan-ketaatan
Mensyukuri kepada Yang Maha Mengetahui perkara yang rahasia atau samar
Menjauhi terkait potensi maksiat dan potensi pelanggaran
Maka adapun meningkatkan derajat sebagaimana hadits Rasulullah SAW : “ketika dating bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pinti neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan.” Dan sebagaimana hadits Nabi SAW-sebagaimana diceritakan dari Allah SWT : “adapun amal ibadah anak cucu Adam as baginya, kecuali puasa, maka puasa hanya untuk Allah SWT dan Allah memberikan ganjaran kepada orang yang berpuasa. Adapun puasa sebagai tameng atau perisai, maka ketika ada hari di mana seseorang berpuasa diantara kalian, maka jangan berkata jelek pada hari itu dan janganlah saling mencaci maka jika ada seseorang yang menghina hak seseorang atau mengajak berkelahi, hendaklah berkata ini sesungguhnya aku adalah seseorang yang berpuasa, ini sesungguhnya aku adalah seseorang yang berpuasa dan demi jiwa Nabi SAW ada pada genggamannya, bahwa sungguh bau mulutnya orang berpuasa lebih wangi menurut Allah pada hari kiamat, daripada baunya minyak miski dan bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan yang mana dia akan merasa bahagia : ketika ia berbuka maka dia akan merasa bahagia sebab dia berbuka dan ketika ia bertemu Tuhannya maka dia Bahagia sebab puasanya.”
Dan dari Rasulullah SAW bersabda : “adapun semua amal ibadah anak cucu Adam as akan dilipat gandakan adapun satu kebaikan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah ‘azza wa jalla berfirman : kecuali puasa sesungguhya hanya untuk-Ku dan Aku (Allah) akan membalas memberikan ganjaran kepada orang yang berpuasa, sebagaimana dia menjauhkan syahwat dan nafsu makannya sebab karena Aku (Allah). 
Dan Nabi SAW bersabda : “sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut pintu royyan, yang masuk dari pintu royyan adalah orang yang berpuasa pada hari kiamat, yang tidak masuk beserta orang yang berpuasa siapa seseorang selain orang yang berpuasa. Diucapkan : di mana orang-orang yang berpuasa? Maka orang yang berpuasa masuk dari pintu royyan, maka ketika sudah masuk orang yang paling akhir dari orang yang berpuasa maka ditutup pintu royyan, maka tidak masuk dari pintu royyan siapa seseorang.”
Dan dari riwayat lain : “sesungguhnya di dalam surga adapun sebuah pintu yang disebut dengan nama royyan yang dipersiapkan pintu royyan siapa orang-orang yang berpuasa. Ada dari orang yang berpuasa maka dia akan memasuki pintu royyan dan barangsiapa orang yang sudah masuk dalam pintu royyan maka dia tidak akan haus selamanya.”
Dan Nabi SAW bersabda : “sesungguhnya orang yang berpuasa adalah malaikat mendoakan dia ketika makanan apa yang dimakan yang berada disisinya sampai mereka selesai makan” adapun terbukanya pintu-pntu surga adalah gambaran tentang memperbanyak ketaatan-ketaatan yang menyebabkan untuk terbukanya pintu-pintu surga dan adapun tertutupnya pintu-pintu neraka adalah gambaran tentang menyedikitkan kemaksiatan-kemaksiatan yang menjadi sebab untuk tertutupnya pintu neraka, dan adapun terbelenggunya syaitan-syaitan adalah gambaran untuk memutus bisikan-bisikan syaitan kepada orang-orang yang berpuasa karena sesungguhnya syaitan mereka tidak bisa berharap di dalam memenuhinya orang-orang yang berpuasa terkait ajakan syaitan tersebut kepada kemaksiatan.

  • Pembahasan Ketiga : Adab Puasa

Dan adapun adab berpuasa : ada enam, antara lain :
menjaga lisan dan anggota badan dari pelanggaran. Arti lain dari menjaga lisan pada saat ini yakni menjauhi agar tidak terjadinya mengujar kebencian. Sedangkan arti lain badan yakni meliputi mata, tangan, lidah, hidung, kaki, hati semuanya harus dijaga maksudnya terlebih jangan sampai anggota badan itu menuntun orang yang berpuasa untuk melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau bahkan sampai kemaksiatan.
Sebagaimana hadits Nabi SAW : “barangsiapa yang tidak meninggalkan pada ucapan jelek dan  mengamalkan ucapan jelek tersebut maka tidak ada bagi Allah kebutuhan di dalam supaya meninggalkan siapa orang yang berpuasa kepada makanannya dan minumannya.” Makna dari hadits tersebut yakni bila ada seseorang yang berpuasa namun masih berkata jelek, berkata yang menyakiti, bahkan mengamalkan perkataan jelek tersebut meskipun dia telah meninggalkan makan dan minumnya, Allah tidak butuh kepada seseorang yang berpuasa tapi adabnya seperti itu. Padahal dalam penjelasan awal puasa merupakan ibadah yang paling special dan Allah sendiri yang akan membalas dengan memberikan ganjaran pahala yang dilipat gandakan. Syaratnya puasa ya memang ini menjaga lisan dan anggota badan agar tidak menyalahi aturan atau bahkan sampai pada kemaksiatan. 
Ketika diajak untuk makan sedangkan dia berpuasa maka ucapkanlah ini sesungguhnya aku adalah orang yang berpuasa. Hadits ini menjelaskan tidak perlu menyalahkan orang yang tidak berpuasa, kenapa? Kenyatannya disekitar kita itu memang ya ada saja orang yang tidak berpuasa. Hadits ini memberikan penenkanan bahwasannya meskipun ada saja orang yang tidak berpuasa lalu mengajak kita untuk makan, maka kita ucapkan kepada mereka ini sesungguhnya aku adalah orang yang berpuasa. 
Sebagaimana hadits Nabi SAW : “ketika diajak salah satu diantara kalian untuk makan, sedangkan ia orang yang sedang berpuasa, maka ucapkanlah aku sedang berpuasa. Orang yang berpuasa menjawab demikian sebagai alasan kepada orang yang mengajak agar supaya dia tidak kecewa hatinya. Karena menolak bukan berarti karena tidak menghormati, tetapi menolak karena sedang berpuasa. Apalagi tau sekarang bahwasannya bulan puasa, seharusnya yang mengajak itu harus sadar diri dan tidak pamer karena tidak berpuasa lalu mengumbar ketika makan didepan orang yang berpuasa. Jika yang bersangkutan orang berpuasa itu takut pamer maka dia harus mencari alasan yang lain.”


Do’a siapa yang berdo’a sedang berpuasa ketika berbuka, bahwa ada do’a yang diriwayatkan dari Nabi SAW : “telah hilang dahaga dan telah basah beberapa urat-urat dan telah tetap pahala jika Allah menghendaki.” 
Sesuatu yang dijadikan berbuka atas adapun sesuatu adalah kurma basah atau kurma kering atau air karena sesungguhnya telah diriwayatkan dari Nabi SAW : “bahwasannya Nabi SAW berbuka sebelum beliau melakukan sholat dengan beberapa kurma basah maka jika tidak menemukan dengan kurma yang kering maka jika tidak menemukan maka Nabi meneguk dengan beberapa tegukan dari air.” Dimana dalam hadits ini menekankan bahwa Nabi SAW ketika masuk waktu buka puasa, beliau mendahulukan untuk berbuka puasa dengan membatalkan memakan kurma basah atau kurma kering atau juga air. Lalu melaksanakan sholat maghrib, karena Nabi SAW menerapkan berbuka puasa yang sehat. 
5 dan 6. Menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Sebagaimana hadits Nabi SAW : “sahurlah kalian, maka sesungguhnya di dalam sahur ada keberkahan.” Dalam hadits ini menekankan bahwasannya orang berpuasa untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Karena dengan menyegerakan berbuka merupakan puasa yang sehat sedangkan dalam sahur itu ada keberkahan di mana sahur sangat dibutuhkan. 

  • Pembahasan Keempat : Perkara yang Harus Dijauhi dalam Berpuasa

 Adapun beberapa yang harus dijauhi, ada beberapa macam :
Puasa terus menerus (wishal)
Abu Hurairah berkata : Rasulullah SAW melarang dari puasa wishal. Ada seorang muslim yang menyanggah Rasul : “Sesungguhnya engkau sendiri melakukan wishal?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab : “Apakah ada diantara kalian yang sama denganku? Sesungguhnya aku di malam hari diberi makan dan minum oleh Rabbku,” Lantaran mereka tidak mau berhenti dari puasa wishal, Nabi berpuasa wishal bersama mereka kemudian hari berikutnya lagi. Lalu mereka melihat hilal, beliau pun berkata, “Seandainya hilal itu tertunda, aku akan menyuruh kalian menambah puasa wishal lagi.” Maksud beliau menyuruh mereka berpuasa wishal terus sebagai bentuk hukuman bagi mereka karena enggan berhenti dari puasa wishal.
Mencium 
‘Aisyah ra berkata : “Rasulullah SAW pernah mencium ketika beliau sedang berpuasa, juga pernah bercumbu rayu ketika beliau sedang berpuasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsu seksualnya (sehingga tidak sampai terjadi persetubuhan).” 
Berbekam 
Dari Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah SAW berbekam dalam keadaan berihrom dan berpuasa
Anas bin Malik ra ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang yang berpuasa? Beliau berkata, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah.”
Memakai Celak
Ada Anas memakai celak sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Dan Imam A’masy berkata, tidak melihat salah seorang dari kalangan sahabat kita memakruhkan seseorang dikalangan sahabat kepada celak bagi orang yang berpuasa. Dan Ibrahim memberikan dispensasi supaya memakai celak bagi orang yang berpuasa dengan kayu ash-shobiri.
Menghirup Air ke dalam Hidung dalam Wudhu’
Rasulullah SAW bersabda : “Sempurnakanlah wudhu’ mu dan sela-selai lah diantara jari jemarimu dan bersunguh-sungguhlah dalam istinsyaq, kecuali engkau berpuasa.”

  • Pembahasan Kelima : Mencari Malam Lailatul Qodar

Malam lailatul qodar adalah malam yang mulia, malam lailatul qodar mengutamakan kepada Allah atas 1000 bulan tidak ada di dalam 1000 bulan lailatur qodar.
Dan dinamai malam lailatul qodar karena untuk kemuliaan kedudukannya dan keluhuran malam lailatur qodar, ada kalanya juga karena sesungguhnya rezeki, ajal, dari tahun ke tahun selanjutnya ditentukan di malam itu. Akan turun para malaikat dan malaikat Jibril di dalam malam itu, maka mereka menyampaikan salam kepada orang-orang yang giat dalam beribadah. Dan ada perbedaan pendapat para ulama apakah para malaikat itu menyampaikan salam kepada orang-orang ahli ibadah dari sisi malaikat sendiri,atau mereka menyampaikan salam kepada orang yang giat beribadah dari Tuhannya?
Sesungguhnya malam yang datang pada malam itu (hari raya), di malam lailatul qodar ada salam dari Tuhan semesta alam kepada orang yang mendapatkan malam lailatul qodar, sungguh layak adanya malam lailatul qodar adalah itu lebih baik dari 1000 bulan, dengan gambaran mendapatkan malam lailatul qodar orang-orang pencari lailatul qodar dan orang-orang yang mencari malam lailatul qodar, karena itu Rasulullah SAW mencari malam lailatul qodar bersama sahabat Nabi SAW dan orang orang-orang shalih setelah Nabi SAW. 
Malam lailatul qodar berada dalam 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Adapun lailatul qodar di sepertiga terakhir bulan Ramadhan pada malam yang ganjil adalah lebih dekat dari malam lailatul qodar daripada malam yang genap. Bahwasannya jelas malam lailatul qodar (ganjil) pada malam ke 21 bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Abdullah bin Unais ra bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda: Aku bermimpi melihat lailatul qodar namun kemudian aku tak sempat mendapatkannya, dan aku bermimpi bahwa esok paginya aku bersujud di tanah/lumpur yang berair.  Kata Abdullah bin Unais: kemudian turun hujan pada malam ke-23, lalu Rasulullah SAW sholat (subuh) bersama kami, kemudian beliau pulang dan di dahi serta hidungnya terdapat bekas lumpur basah. Kata Abdullah bin Unais: Malam Qadar tersebut pada tanggal 23 Ramadhan. 
Adapun hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari yang akhir. Jika tidak mampu maka jangan lewatkan tujuh malam yang akhir.”

  • Pembahasan Keenam : Iktikaf dan Dermawan  Membaca Al-Qur’an di Bulan Ramadhan 

Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 125 yang artinya “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!” (Q.S. Al-Baqarah 2:125).
Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 187 yang artinya “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah 2:187). 
Iktikaf adalah mengunjungi Allah di rumah-rumah Allah, mengkhususkan kepada Allah di dalam masjid. Adapun kewajiban orang yang dikunjungi adalah supaya dia memuliakan kepada orang yang mengunjungi. Dan disunnahkan agar supaya beriktikaf kepada 10 hari yang akhir di bulan Ramadhan karena untuk mencari malam lailatul qadar, karena 10 hari yang akhir adalah akhirnya sesuatu yang menetapkan iktikafnya Nabi SAW. Sebagaimana hal tersebut ada penjelasan dalam hadits yang shahih.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW senantiasa beriktikaf pada 10 hari yang akhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian sepeninggal beliau, isteri-isteri beliau pun beriktikaf seperti itu.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: Apabila telah tiba 10 hari yang akhir, Rasulullah SAW berjaga/tidak tidur pada malam hari untuk beribadah, beliau bangunkan keluarganya, dan beliau bersungguh-sungguh serta mengencangkan pakaiannya (tidak menggauli isteri untuk lebih mendekat kepada Allah).
Disunnahkan memperbanyak membaca Al-Qur’an, bersifat dermawan dan berbuat baik di bulan Ramadhan bagi orang-orang yang beriktikaf dan selainnya, karena sesungguhnya orang-orang fakir mereka tidak bisa menuruti keinginan sebab puasanya dan berkeliling meminta-minta. 
Dan terdapat hadits shahih Bukhari Muslim “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengisahkan: “Dahulu Nabi SAW adalah manusia paling dermawan masalah kebaikan (harta benda), dan kedermawanan beliau mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan di saat berjumpa dengan malaikat Jibril. Dan dahulu malaikat Jibril menjumpai Nabi setiap malam di bulan Ramadhan hingga akhir bulan. Nabi membaca Al-Qur’an di hadapannya. Bila beliau telah berjumpa dengan malaikat Jibril beliau terasa begitu dermawan dalam masalah kebaikan (harta benda) disbanding sepoi-sepoi yang berhembus.”

  • Pembahasan Ketujuh : Menyambung Puasa Ramadhan dengan 6 Hari di Bulan Syawal

Terdapat hadits shahih Muslim “Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan puasa enam hari dibulan Syawal, maka (pahalanya) bagaikan puasa setahun penuh.”
Hanyalah ada puasa menyusuli Ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawal yakni seperti puasa setahun penuh, karena sesungguhnya ada satu kebaikan setara dengan sepuluh semisalnya membandingkan enam hari bulan Ramadhan pada tiap hari dengan sepuluh hari.

  • Pembahasan Kedelapan : Puasa yang Mutlak

Allah ‘azza wajalla berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 35 yang artinya “Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yan memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab 33:35). 
Rasulullah SAW bersabda : “tidaklah seorang hamba puasa sehari di jalan Allah melainkan Allah menjauhkan pada suatu hari itu (kiamat) wajahnya dari api neraka selama tujuh puluh tahun.”

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, berkata: Bahwa Rasulullah SAW sering berpuasa sehingga kami menduga beliau tidak pernah berbuka, dan senantiasa beliau berbuka sehingga kami menduga beliau tidak pernah berpuasa, dan aku (‘Aisyah ra..) tidak melihat Rasulullah SAW puasa satu bulan penuh kecuali puasa Ramadhan. 
Diriwayatkan dari Mu’adzah Al-‘Adawiyyah, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah, isteri Nabi SAW “Apakah Rasulullah SAW berpuasa tiga hari tiap bulan?” ‘Aisyah r.a., menjawab: “Ya.” Aku tanyakan lagi kepadanya: “Pada hari apa saja beliau berpuasa tiap bulan?” ‘Aisyah r.a., menjawab: “Beliau tidak memperhatikan hari apa untuk berpuasa tiap bulan.”

  • Pembahasan Kesembilan : Puasa Sunnah

Puasa Nabi Dawud
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya puasa (sunnah) yang paling disenangi oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat (sunnah) yang paling disenangi oleh Allah adalah shalat Nabi Dawud a.s. Nabi Dawud tidur separuh malam, lalu shalat sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam, dan beliau berpuasa sehari lalu berbuka sehari (selang-seling).”
Puasa di Bulan Sya’ban
Diriwayatkan dari Abu Salamah, iya berkata: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah r.a., tentang puasa Rasulullah SAW, lalu dia menjawab, “Rasulullah SAW pernah berpuasa (sunnah) sehingga kami mengatakan bahwa beliau berpuasa, dan pernah tidak berpuasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa, dan aku tidak mengetahui beliau berpuasa (sunnah) di bulan-bulan lain yang lebih banyak daripada puasa beliau beliau di bulan Sya’ban. Beliau pernah berpuasa penuh di bulan Sya’ban, juga pernah berpuasa di bulan Sya’ban tidak penuh (dengan tidak berpuasa pada hari-hari yang sedikit jumlahnya).”
Puasa di Bulan Muharram
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda, “Puasa yang paling utama sesudah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah shalat di malam hari.”

Puasa ke-9 dan ke-10 
Nabi SAW berkata: “Aku puasa ke-9 dan ke-10 aku berharap kepada Allah agar Allah mengampuni ku pada satu tahun yang sebelum ini.”
Puasa ke-10 di bulan Dzulhijjah 
Nabi SAW bersabda “Tidak ada hari, amal yang baik yang di dalam hari-hari tersebut menurut Allah ibadah hari-hari yang ke-10 tidak ada amal yang dicintai kecuali pasal pada tanggal 10 Dzulhijjah.”
Puasa Arafah 
Nabi SAW berkata: “Aku berharap kepada Allah akan mengampuni ku tahun yang sebelumnya dan tahun sesudahnya dan yang utama adalah orang yang berhaji supaya dia tidak berpuasa karena keutamaan do’a di Arafah akan hilang.”
Puasa Putih
Abu Hurairah r.a., berkata: “Nabi berasal kepadaku untuk berpuasa 3 hari pada tiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, shalat witir sebelum aku tidur.”
Puasa Senin-Kamis
Nabi SAW saat ditanya terkait puasa senin-kamis maka Rasulullah SAW menjawab “karena di hari senin itu adalah hari di mana aku dilahirkan.”
Pembahasan Kesepuluh : Puasa yang Dilarang Pada Hari-hari Tertentu
Puasa setelah separuh terakhir pada bulan Sya’ban. 
Rasulullah SAW bersabda: “Ketika ada dari bulan Sya’ban maka janganlah kamu berpuasa hingga tibanya bulan Ramadhan.”
1 dan 2 sebelum bulan Ramadhan kecuali bagi orang yang sudah terbiasa melaksanakan puasa
Puasa pada hari Ragu/Syak
Puasa 2 hari raya yaitu pada hari raya idul fitri dan idul adha
Pasa pada hari tasyriq 11, 12, dan 13 pada bulan Dzulhijjah
Puasa pada hari raya khusus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot