Kata-kata produktivitas memang telah
menggema di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, walaupun kegiatan
untuk meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-sumber
alam lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama.
Namun Salah satu dari masalah-masalah utama dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah produktivitas tenaga kerja yang rendah. Padahal, untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor non-migas, khususnya ekspor industri manufaktur pada waktu-waktu paska krisis ekonomi, Indonesia tidak dapat lagi mengandalkan diri pada sumber-sumber keunggulan komparatif yang tradisional, seperti tenaga kerja yang murah dan kekayaan alam. Indonesia perlu mengembangkan keunggulan komparatif yang dinamis, yakni sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas produktif dan profesional.
Sumber daya manusia modal dan
teknologi menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan
tersedianya barang dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan
teknologi secara ekstensif telah banyak ditinggalkan orang.
Sebaliknya, pola itu bergeser menuju
penggunaan secara lebih intensif dari semua sumber-sumber ekonomi.
Sumber-sumber ekonomi yang
digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis
sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang
diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara
kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagai input lainnya akan bisa dikurangi
sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa
dihemat. Yang jelas, waktu tak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara
efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif
dan efisien.
Rendahnya produktivitas sering kali
dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Diasumsikan makin tinggi tingkat
pendidikan sesorang, makin tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat
dicapainya. Karena ini barangkali, kemampuan membaca dan menulis merupakan
salah satu elemen penting tahap-tahap awal program industrialisasi (Wie, 1995).
Pada tingkat industrialisasi yang lebih tinggi dibutuhkan ketrampilan teknik
yang lebih maju.
BAB II PRODUKTIVITAS SALAH
SATU FAKTOR PENENTUAN BAGI PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI.
Peranan dan
Pentingnya Produktivitas
Pentingnya
produktivitas kerja mencakup banyak hal, dimulai dari produktivitas tenaga
kerja, produktivitas organisasi, produktivitas modal, produktivitas pemasaran,
produktivitas produksi, produktivitas keuangan dan produktivitas produk. Pada
tahap awal revolusi industri di negara-negara Eropah, perhatian lebih banyak
tertuju pada bidang produktivitas tenaga kerja, produktivitas produksi dan
produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian peningkatan
produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
organisasi, sehingga keharmonisan kepentingan buruh dan majikan dipelihara
dengan baik. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan
kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia
yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai
kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan
produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang
berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang
sesuai dengan masukan tenaga kerja.Sayang sekali produktivitas sering dikaitkan
secara paksa, acuh tak acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang
membahakan bagi lingkungan. Misalnya, nasionalisasi tidak manusiawi. Bagi
banyak orang meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan
cepat, mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan penganguran
dan semacmnya. Kita tidak memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang
pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, upah yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kodisi kerja perlulah mempertimbangkan produktivitas
sebagai faktor penyumbang terbesar.Karena manusia adalah sumber penting dan
tujuan dari pembangunan kita harus meningkatkan produktivitas bukan atas beban
biaya mereka tapi atas beban biaya dari waktu yang terbuang, pengurangan
pegawai, birokrasi yang tidak perlu dan sebagainya.
2. Pengertian Produktivitas
Jika membicarakan masalah
produktivitas muncullah satu situasi yang pradoksial (bertentangan), karena
belum ada kesepakatan umum tentang maksud pengertian produktivitas serta
kriterianya dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada
konsepsi, metode penerapan maupun cara pengukuran yang bebas kritik.
Secara umum,
produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan
masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip oleh Sinungan
(1985) mengartikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran
pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Pengertian lain produktivitas
adalah sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau
jasa-jasa: “Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap
sumber-sumber dalam memproduksi barang-barang.”
Produktivitas juga diartikan sebagai
:
a.
perbandingan
ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b.
Perbedaan
antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satu-satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang paling
terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi
pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang.
Kita telah menyebutkan beberapa
definisi, namun cukuplah mampu mengetahui perbedaan-perbedaan dan
persamaan-persamaan. Dapatkah kita menganggapnya sebagai pertentangan?
Persoalan pencapaian suatu definisi
“produktivitas” yang mendetail bukanlah masalah produktivitas itu sendiri,
namun suatu masalah diluar produktivitas yang merupakan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran manajemen dalam sistem dan organisasinya dimana tujuan yang
berbeda memerlukan pendekatan yang berbeda pula untuk mendefinisikan
produktivitas.
Misalnya, hasil-hasil penelitian
diantara menejer dan ahli serikat buruh beberapa perusahaan Amerika menunjukkan
bahwa menejer-menejernya (78%) dan pimpinan-pimpinan serikat buruh (70%)
sebagian besar tidak hanya menerapkan definisi produktivitas yang kuantitatif.
Dilain pihak banyakl mengaitkan produktivitas dengan organisasi-organisasi
individual dan meliputi konsepsi yang lebih luas dan kualitatif. Pada
hakikatnya, melalui produktivitas, manajemen dan para penentu kebijakan serikat
buruh mengarhkan efektifitas dan pelaksanaan organisasi perseorangan secara
menyeluruh, yang mencakup sedikit gambaran jelas seperti tidak adanya rintangan
dan kesulitan tingkatan pembalikan, ketidak hadiran dan bahkan kepuasan
langganan. Dengan dikemukakan konsepsi produktivitas yang lebih luas ini maka
dapatlah dipahami bahwa para pembuat kebijaksanaan mengetahui batas antara
pekerja, kepuasan para langganan dan produktivitas.
Namun demikian para pemimpin serikat
buruh terlebih dahulu memperhatikan pengeluaran yang nyata, yang menjelaskan
alasan kerugian usaha peningkatan produktivitas yang mungkin menguntungkan
manajemennya bukannya pekerja yang diperlukan.
Dalam berbagai referensi terdapat
banyak sekali pengertian mengenai produktivitas, yang dapat kita kelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
a.
Rumusan
tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari
pada apa yang dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
b.
Produktivitas
pada
dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari
hari ini.
c.
Produktivitas
merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni:
investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen;
dan tenaga kerja.
Disamping ketiga pengertian tersebut
dalam doktrin pada konferensi Oslo, 1984, tercantum definisi umum produktivitas
semesta yaitu:
Produktivitas adalah suatu konsep
yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang
dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang
makin sedikit.”
Produktivitas adalah suatu
pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan
rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan
sumber-sumber secara efisien, dam tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi.
Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya
manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi,
dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup
untuk seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas semesta total.
Produktivitas mempunyai
pengertiannya lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen,
yaitu sebagai suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang
kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas
kehidupan.
BAB III KONSEPSI PRODUKTIVITASPeningkatan produktivitas dan
efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga
merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas
jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal
yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah
saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non
linear dan kompleks.Secara makro, sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam
unsur berikut:
.Pertama,
peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang
terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi
.Kedua,
peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, peningkatan
produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh
peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan
oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama,
pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua
sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat
dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering
dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik
sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas
produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya.
Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada
manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini,
konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu
saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan
ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan
mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep
produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep produktivitas adalah suatu
perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input)
persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:1. Jumlah produksi/keluaran meningkat
dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan
jumlah masukan/sumber daya lebih kecil dan,3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan
penambahan sumber daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew, 1991 dan
pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat
dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor kegiatan. Menurut
Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan
sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya
manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya
(do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
BAB IV PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
Pengukuran produktivitas merupakan
suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Dibeberapa
Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada
pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan
mengapa kita harus mengukur produktivitas.
1. Mengapa Mengukur Produktivitas
Pada tingkat sektoral dan nasional,
produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu evaluasi penampilan,
perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan
sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan
bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi, mengetahui
pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan
seterusnya.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran
produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan
memdorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan
pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian
produktivitas.
Kedua, diskusi
tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar
ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar
bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari
pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap
seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran
informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap
masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari
gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada
kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu
keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data
melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.
2.
Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas
Secara umum pengukuran produktivitas
berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda:
1.
Perbandingan-perbandingan
antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan
apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah
meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2.
Perbandingan
pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya.
Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3.
perbandingan
pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun
perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar susunan
dan perbandingan pengukuran produktivitas.
Paling sedikit ada 2 jenis tingkat
perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.
1.
Produktivitas
Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total
masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total,
semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total
keluaran harus diperhitungkan.
Hasil Total
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total
2.
Produktivitas
parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis
masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan,
energi, beban kerja, dll.
Hasil parsial
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total
BAB V PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS KERJA
Sebuah perusahaan atau sistem
produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan, rencana sumber-sumber dan
metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi-kombinasi
kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-faktor produktivitas
internal dan eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir
seluruhnya direflesikan dalam sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau
melalui :
Sumber
manusia.
Energi
sumber mineral
|
Tenaga kerja
§
Manajemen
dan organisasi
§
Modal pokok,
bahan mentah
Contoh: Pengaruh faktor-faktor
seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap pekerja.
Kemajuan teknologi dan litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan
hanyalah melalui tenaga kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih
baik, dengan kata lain melalui sumber-sumber manusia dan material.
Faktor-faktor lingkungan seperti siklus perdagangan, ekonomi skala serta
kondisi melalui tenaga kerja (pekerja lapangan dan pekerja kantor tata usaha
maupun manajemennya) dan modal.
Jadi peningkatan produktivitas
terutama berkaitan dengan tiga jenis sumber:
ü modal (Perlengkapan, material,
energi, tanah dan bangunan)
ü Tenaga kerja.
ü Manjemen dan organisasi.
1.
Perlengkapan, Material, Dan Tenaga/Energi
Sebuah perbandingan dari hasil perjam kerja manusia melalui waktu
dipengaruhi oleh volume, variasi dan hasil tahunan modal tetap. Kualitas, unsur
peralatan serta tingkat keseragamannya seringkali berat timbangannya dalam mengukur
produktivitas organisasi.
Pada umumnya metode-metode perintah kerja untuk penggunaan yang lebih
baik dari peralatan, dapat disarankan:
ü Pemilihan daya guna peralatan yang
cocok.
ü Penjadwalan daya guna mesin.
ü Pengaturan pelayanan dan perawatan
mesin.
ü Melatih dan memberikan pelajaran
pada pekerja operasional.
Faktor pertumbuhan produktivitas yang sangat penting adalah material dan
tenaga. Penggunaan bahan baku yang terbuang rata-rata mencapai sekitar 40% dari
biaya produksi nasional secara keseluruhan, jika kita mempertimbangkan tenaga
maupun bahan baku, maka gambaran ini meningkat dalam jumlah yang besar.
Latihan operator yang sedikit, penataan yang kurang baik serta ruang gedung
yang tidak cukup, dapat memperburuk masalah penanganan bahan-bahan dan mengarah
kepada perubahan gerak dan berakibat.
Tujuan yang paling penting haruslah dengan merancang metode-metode
untuk memproduksi jumlah hasil produksi yang sama dengan energi material yang
sedikit serta mengganti material maupun alat-alat dengan biaya lebih rendah
atau mungkin lebih memproduksi barang lebih dari jumlah bahan yang sama.
Menngkatkan produtivitas juga tegantung pada pemilihan bahan-bahan maupun
daya guna secara optimal. Setiap material mempunyai harga dan kualitas sendiri
yang pemilihan yang tepat akan mempengruhi produkitivitas.
2. Angkatan Kerja
Salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah
mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi penempatan
waktu yang produktif sangat tergantung kepada cara pengaturan, latihan,
pengaturan dan motivasinya.
Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa waktu yang produktif berkisar 25%
sampai 30% sedangkan yang tidak produktif karena kejelekan manajemennya
kadang-kadang mencapai 50% lebih dan sisanya disebabkan adanya pekerjaan yang
sia-sia ataupun karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan studi yang berhati-hati terhadap semua komponen dan
penggunaan waktu yang tidak efektif menyebabkan manajemen dan
pengawasan mampu mengurangi sebab-sebab utama dari kerugian waktu serta
membantu merencanakan teknik-teknik peningkatan produktivitas bagi kepentingan
individu atau kelompok pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari
Waktu Kerja
Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan
produktivitas menggunakan manajemen, penambahan material, perencanaan dan
organisasi kerja yang lebih baik, latihan dan pendidikan, kepuasan tugas serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja maupun memanfaatkan
cadangan-cadangan.
Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada
kemampuan individu sikap individu dalam bekerja serta manajemen maupun
organisasi kerja dengan kata lain, dalam mengkaji produktivitas pekerja
individual paling sedikit kita harus menjawab dari pertanyaan pokoknya:
mampukah buruh bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih
giat?
Untuk menjawab kita harus mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas
perorangan yang tinggi.
Yang pertama
sedikitnya meliputi:
ü Tingkat
pendidikan dan keahlian.
ü Jenis
teknologi dan hasil produksi.
ü Kondisi
kerja.
ü Kesehatan,
kemampuan fisik dan mental.
Kelompok
kedua mencakup:
ü Sikap (terhadap
tugas), teman sejawat dan pengawas).
ü Keaneka
ragaman tugas.
ü Sistem
insentif (sistem upah dan bonus).
ü Kepuasan
kerja keamanan kerja.
ü Kepastian
pekerjaan.
ü Perspektif
dari ambisi dan promosi.
Jadi setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual
paling sedikit mencakup tiga tahap berikut ini:
1.
Mengenai
faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2.
mengukur
pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3.
merncanakan
sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan memperbaiki sikap
mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c. Insentif
(Perangsang)
Yang paling penting, program
peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai dengan adanya andil yang
luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain diseluruh organisasi. Setiap
pembayaran kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi produktivitas,
sedangkan kenaikan pembayaran harus dianugerahkan teruatama berdasarkan hasil
produktivitas.
Untuk menjadi seorang motivator yang
efektif pemberian bonus haruslah dihubungkan secara langsung dengan tujuan
pencapaian malalui cara yang sederhana mungkin, sehingga penerima segera dapat
mengetahui berapa rupiah yag dia peroleh dari upayanya. Bentuk pemberian bonus
yang berorientasi pada penampilan adalah proyek pemberian bonus, dimana hasil
kerja yang baik segera diberi hadiah dengan bonus yang sesuai. Hal tersebut
lebih aktif dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang nyata
sampai saat pemberian bonus diakhir tahun ketika suasana “semua menrima” akan
membuang semua pengaruh motivasi selama tahun berjalan.
Penghargaan serta penggunaan
motivator yang tepat akan menimbulkan suasana kondutif atau berakibat kepada
produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian insentif
dan usaha-usaha manambah kepuasab kerja melalui sarana yang beraneka macam.
BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS KERJA.
Banyak faktor yang dapat mempengruhi
tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan tarwaka (1991)
merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.
1. Motivasi.
Motivasi merupakan keuatan atau
motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala
kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya.
Karyawan didalam proses produksi adalah sebagai
manusia (individu) sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri antara
lain sebagai berikut:
ü Tabiat/watak
ü Siakap laku/penampilan
ü Kebutuhan
ü Keinginan
ü Cita-cita/kepentingan-kepentingan
lainnya
ü Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk
oleh keadaan aslinya
ü Keadaan lingkungan dan pengalaman
karyawan itu sendiri
Karena setiap karyawan memiliki
identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan,
pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini akan
terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan
tingkah laku karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya.
Demikian pula pengusaha juga
mempunyai latar belakang budaya dan pandangan falsafah serta pengalaman dalam
menjalankan perusahaan yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam
melaksanakan pola hubungan kerja dengan karyawan.
Pada hakikatnya motivasi karyawan
dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan kepantingan maka perlu diciptakan
motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan
usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajdi kehendak dan cita-cita
kedua belah pihak dapat diwujudkan.
Dengan demikian karyawan akan
mengetahui fungsi, peranan dana tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain
pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan
kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung
jawab karyawan sehingga dapat mendorong motivasi kerja kearah partisipasi
karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat
mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari pihak
pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan
dan pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha
kearah peningkatan produksi dan prosuktivitas kerja.
a. Faktor-faktor
Motivasi Kerja
Untuk mendapatkan motivasi kerja
yang dibutuhkan suatu landasan yaitu terdaptnya suatu motivator. Dan hal ini
merupakan hasil suatu pemikiran dan kebijaksanaan yang tertuang dalam
perencanaan dan program yang terpadu dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
sesuai dengan keadaan eksteren dan interen.
Adapun yang dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai
berikut:
ü Pencapain
penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
ü Penghargaan
terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan.
ü Sifat dan
ruang lingkup pekerjaan itu sendiri (pekerjaan yang menarik dan memberi
harapan ).
ü Adanya
peningkatan (kemajuan).
ü Adanya
tanggung jawab.
ü Adanya
administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
ü Supervisi.
ü Hubungan
antara perseorangan.
ü Kondisi
kerja
ü Gaji
ü Status
ü Keselamatan
dan Kesehatan kerja.
b.
Usaha-usaha Peningkatan Motivasi Kerja
untuk pencapaian tujuan diatas, maka
perlu adanya pembinaan sikap laku yang meliputi seluruh pelaku produksi.
Pemerintah, pengusaha/organisasi pengusaha, karyawan/organisasi karyawan dengan
cara sebagai berikut:
1)
Intern
Perusahaan
a.
penjabaran
dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan pengamalan konsep Tri
Dharma.
ü Rumongso
handarbeni (saling ikut memiliki).
ü Melu
Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan melestarikan).
ü Mulat seriro
hangroso wani (terus menerus mawasdiri).
b. Secara
fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja dan
tenaga kerja diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi
perusahaan
2) ekstern perusahaan
penanaman kesadaran bermasyarakat
dan kesadaran bernegara antara lain melalui penataran P4.
2. Kedisplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang
tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat
berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan
kaidah yang berlaku.
Disiplin dapat pula diartikan sebagai pengendalian
diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral
Pancasila
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa
disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Adanya hasrat yang kuat untuk
melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat.
- Adanya prilaku yang
dikendalikan.
- adanya ketaatan (obedience)
Dari ciri-ciri pola tingkah laku
pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu
perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan
sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.
Manusia sukses adalah manusia yang
mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan
mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi
disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas maka
disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja
produktif.
Disiplin mempunyai
pengertian yang berbeda-beda dan dari berbagai pengertian itu dapat kita
sarikan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Kata
disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran,
latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu sorang
yang belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline
dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau
aliran.
b.
Latihan yang
mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi.
c.
Kepatuhan
atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau
etik, norma dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
d.
Penghukuman
(punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai prilaku
yang dikendalikan (controlled behaviour).
Dengan rumusan-rumusan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa, disiplin adalah sikap mental yang tercermin
dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa
kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku
dalam masyarakat untu tujuan tertentu.
Disiplin dapat pula
diartikan pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan falsafah dan moral Pancasila. Disiplin nasional adalah suatu
kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu bangsa
ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan, peraturan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Etos
Kerja.
Etos kerja merupakan salah satu
faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk
menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk
mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif
pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas yang bykan saja
produktivitas individu melainkan juga produktivitas masyarakat secara
keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai langkah seperti:
a.
Peningkatan
produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan
yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental
pembangunan, sikap atau watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan
inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko, sistematis dan skeptis.
b.
Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan
berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan
kreativitas, produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai pendidikan
kejuruan dan politeknik perlu diperluas dan ditingkatkan mutunya.
c.
Dalam
melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai budaya Indonesia terus
dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan dan
memperkokoh kesatuan.
d.
Disiplin
nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh rasa sikap mental
manusia yang produtif .
e.
Menggalakkan
partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar terjadi perubahan dalam
masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi masyarakat.
f.
Menumbuhkan
motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan \, baik
untuk pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup lainnya, sementara itu
upah merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya itu.
Usaha-usaha diatas harus terus
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil seperti
yang diharapkan langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang
diahrapkan untuk membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif sebagai
faktor dominan masyarakat pembangunan dalam menuju tahap tinggal landas.
4. Keterampilan.
Faktor keterampilan baik
keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian
produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam
perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan terampil dan
produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat
menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu
suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat
dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.
Haruslah disadari sedalam-dalamnya
bahwa era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila kita benar-benar
memiliki konspe waktu yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu,
dan dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari
eksistensi bangsa yang maju dan modern.
5.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan harus selalu
dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena
setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut diatas,
manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat
berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus
betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka kita mengenal
tiga faktor yang memberikan dasar penting untuk pengembangan disiplin ialah
sebagai berikut:
a.
Pendidikan
umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b.
Pendidikan
politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila
dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
c.
Pendidikan
Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat
disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia
peranan nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang
diarahkan membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia
mengamalkan Pancasila.
BAB
VII PENUTUP
Produktivitas bukanlah suatu
perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab terdahulu,
adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis
dari suatu tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan kuantitas, sedangkan
produktivitas adalah hasil persatuan dari suatu input (masukan). Jadi merupakan
perbandingan antara output (hasil) dan input (masukan).
DAFTAR PUSTAKA
Sinungan, Muchdarsyah, 2005, Produktivitas
Apa dan Bagaimana. Jakarta, Bumi Aksara
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja
dan produktivitas. Surakarta. Uniba Press.
Artikel dari
Internet
ü
http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari Perspektif
Sosial)
ü
Antoni.,
Student Ph.D Fakulti Universiti Kebangsaan Malaysia, 2007, Gaya Kepemimpinan Dan Produktivitas Kerja,
ü
Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan
Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional Pd Seminar Gerakan
Produktivitas Nasional“ pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja
RI, Jakarta.
5 Fungsi Produksi Jangka Pendek yang Perlu Diketahui
Mekanisme pasar dibentuk oleh adanya faktor interaksi terhadap jumlah
permintaan dan penawaran. Hadirnya pelaku bisnis sebagai pihak produsen
memiliki peran penting dalam memenuhi angka permintaan dari pasar, dan sebagai
ganti dari aktivitas tersebut pelaku bisnis akan memperoleh keuntungan. Dari
segi bisnis, disitulah letak tujuan dari berlangsungnya sebuah kegiatan
produksi, yaitu menghasilkan sebuah output berupa produk barang maupun
jasa. Dalam produksi terdapat sebuah serangkaian proses yang saling
terintegrasi untuk membentuk sebuah mekanisme yang mendukung terselenggaranya
kegiatan produksi, proses tersebut mencakup cara mendapatkan input
yang berupa faktor-faktor produksi beserta cara pengolahannya hingga
terciptanya sebuah hasil yang berupa produk
ads
Berkaitan dengan faktor produksi, kegiatan produksi merupakan sebuah proses
atau cara untuk menggunakan sumber daya yang termasuk didalamnya berbagai
faktor-faktor produksi untuk diolah dan dimanfaatkan dalam menghasilkan sebuah
produk yang berupa barang dan jasa. Dengan adanya proses tersebut dapat
disimpulkan jika fungsi akhir dari sebuah produksi adalah untuk memenuhi
kebutuhan permintaan masyarakat dan melihat perubahan selera masyarakat
terhadap tawaran-tawaran produk yang disampaikan. Fungsi produksi pada dasarnya
dibagi menjadi dua yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi
jangka panjang, dimana yang dimaksud dengan produksi jangka panjang adalah
setiap elemen faktor produksi dapat ditambah jumlahnya atau berubah-ubah.
Produksi jangka pendek adalah penggunaan faktor produksi dibagi menjadi dua
jenis, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel, maksudnya
adalah terdapat jenis faktor produksi yang sebagian tidak dapat ditambah atau
dikurangi jumlahnya, sedangkan faktor produksi variabel adalah jenis faktor
produksi yang memiliki sifat yang berubah-ubah. Tantangan dalam produksi jangka
pendek adalah bagaimana cara menghasilkan suatu produk yang disatu sisi
terdapat sumber daya tetap atau terbatas dan disisi yang lain sumbernya
berubah-ubah atau tak menentu.Dari tantangan tersebut dapat disimpulkan jika fungsi produksi jangka pendek meliputi banyak hal, antara lain.
- Menentukan Besarnya Jumlah Hasil Produksi
Kondisi ini akan mengganggu kestabilan kegiatan usaha, dimana upah yang naik secara langsung akan membebani perencanaan anggaran dalam bisnis. Hasil produksi akan menurun jika tidak diimbangi dengan penambahan jumlah modal, disinilah letak tantangan dalam produksi jangka pendek. Penentuan kebijakan yang tepat sangat diperlukan dalam menghadapi masalah ini yang dari tahun ke tahun akan mengalami kejadian serupa. Karena bagaimanapun tujuan produksi adalah mampu memenuhi jumlah permintaan pasar, sehingga sangat dibutuhkan sebuah pemilihan solusi yang berimbang, apakah solusi itu mengarahkan suatu perusahaan untuk mempertahankan jumlah anggaran dengan konsekuensi terjadinya PHK (Pemberhentian Hak Kerja) untuk menyeimbangkan neraca keuangan, ataukah mencari alternatif bahan baku untuk menyesuaikan jumlah anggaran
Menentukan Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menggerakkan kegiatan usaha, baik mulai dari tenaga kerja terdidik, terampil, maupun buruh pada dasarnya memiliki porsi masing-masing dalam struktur pelaku produksi. Faktor tenaga kerja berdasarkan sifatnya dapat dikatakan selalu berubah-ubah, baik dari segi jumlah maupun standard pemberian upah. Dalam produksi jangka pendek sering disebut sebagai biaya variabel, dimana kebutuhannya tergantung pada hasil produksi yang ingin dicapai maupun disesuaikan dengan jumlah modal yang telah dialokasikan dalam kegiatan bisnis. Dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja merupakan tolak ukur dalam melihat kemungkinan jumlah produksi yang bisa dihasilkan dalam jangka waktu tertentu
Melihat realita pengupahan di Indonesia, bisa dikatakan jika setiap tahun akan selalu mengalami kenaikan, meskipun angka kenaikannya tidak lebih dari 20% per tahunnya, akan tetapi memberikan dampak pada modal perusahaan. Yang menjadi pertanyaan adalah siap tidaknya perusahaan menghadapi perubahan ini setiap tahunnya. Mengurangi jumlah tenaga kerja bukan opsi mutlak dalam menyikapi tantangan ini, karena jika terjadi peningkatan permintaan akan membutuhkan banyak tenaga untuk menggerakkan kegiatan produksi. langkah yang harus dipikirkan menghadapi tantangan seperti ini dengan memusatkan pada profit dari kegiatan produksi, apakah itu dengan strategi harga ataupun dengan cara efisiensi terhadap penggunaan teknik produksi
Menentukan Besarnya Modal
Dalam produksi terdapat sebuah hukum yang menerangkan tentang besarnya input sesuai dengan hasil yang akan diciptakan. Artinya adalah jika kemampuan modal akan sebanding dengan kemampuan hasil dari sebuah kegiatan produksi. Hal ini mengingat akan pentingnya memiliki ketersediaan modal yang cukup untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang sesuai dengan tujuan bisnis. Bicara tentang modal, terdapat suatu sifat yang harus diperhatikan dalam produksi jangka pendek, yaitu secara umum modal dikategorikan sebagai biaya tetap, maksudnya adalah besarnya modal merupakan unsur yang statis, dimana jumlahnya tidak dapat dikurangi maupun ditambah. Sehingga dengan memperhatikan kekuatan modal yang dimiliki dan melihat perubahan dinamika faktor produksi lainnya, maka akan menjadi penentu dalam menentukan kebijakan terhadap proses produksi yang dijalankan
Karena penambahan modal bisnis tidak dapat dimungkinkan, maka langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan produksi adalah dengan cara menyehatkan aliran cashflow perusahaan. Dengan menjaga aliran cashflow bertujuan untuk memusatkan besarnya profit yang diperoleh untuk digunakan sepenuhnya sebagai modal, sehingga modal secara keseluruhan merupakan modal awal dan modal hasil bisnis. Dengan menggunakan langkah ini akan meminimalkan ketergantungan terhadap suntikan modal baru baik dari pemilik bisnis maupun dari para investor, dan secara keseluruhan dengan menjaga besarnya jumlah modal awal yang telah ditentukan dalam perencanaan produksi akan mempermudah pengawasan terhadap hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh
Mengurangi Biaya Produksi
Dengan jumlah modal yang tidak bisa ditambah maupun dikurangi, dapat diartikan jika biaya produksi juga tidak bisa ditambah maupun dikurangi baik untuk menambah jumlah tenaga kerja dan sumber-sumber daya produksi, karena akan berkaitan dengan kemampuan produksi. Dengan melihat kondisi yang ada, sangat dibutuhkan adanya tindakan efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi dan pemanfaatan modal yang dimiliki. Kegiatan usaha harus memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki, termasuk dalam memperhatikan aset yang mampu mendatangkan banyak keuntungan. Dengan memilah-milah segala elemen dalam kegiatan usaha, dapat digunakan untuk mengurangi biaya produksi untuk kegiatan yang tidak penting.
- Mengikuti Perkembangan Teknologi
Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan meningkatkan produktivitas kegiatan usaha, termasuk dalam menciptakan berbagai inovasi-inovasi menarik untuk menjawab kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk yang sesuai dengan perkembangan trend yang ada. Semakin produktif kegiatan usaha, maka akan membentuk kegiatan ekonomi kreatif, dimana pelaku usaha akan selalu berlomba-lomba untuk mengikuti perkembangan masyarakat yang ada berdasarkan perubahan perilaku mereka, hal ini berguna untuk menawarkan berbagai produk yang sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka.
Dalam fungsi produksi jangka pendek terdapat sebuah dua sifat yang bertolak belakang dalam kaitannya ketersediaan faktor produksinya, yaitu adanya biaya tetap dan biaya variabel yang kemudian akan memiliki dampak dalam mempengaruhi pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan cara produksi untuk menghasilkan jenis barang dan jasa tertentu. Dari kedua jenis biaya tersebut tentu yang menjadi perhatian adalah ketersediaanya biaya variabel, karena biaya ini sangat menentukan kemampuan produksi yang dihasilkan. Seperti yang diketahui jika faktor produksi meliputi modal, tenaga kerja, dan teknologi. Dari elemen tersebut akan menjadi dasar penentuan terhadap mana saja yang termasuk dalam kategori biaya tetap maupun biaya variabel.