MAKALAH PERAN DAN FUNGSI MANUSIA DALAM MEMBANGUN BUDAYA YANG BERBASIS NILAI

 

 

A. Definisi Manusia

Manusia dalam pandangan kebendaan hanyalah merupakan sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi di berjalan,dari bumi dia makan dan ke dalam bumi pula dia kembali.Manusia adalah makhluk yang berakal budi (lawan dari binatang). Manusia dengan proses kejadiaannya berjalan berdasarkan dengan sunnatullah atau hukum alam. Sumber penciptaan dan proses kejadiannya perlu dipahami agar manusia hidup tidak sombong dan lupa diri dalam beribadah dan sebagai khalifah Allah di Bumi. 

Manusia adalah makhluq Allah yang unik dan penuh misteri.Pada dasarnya manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan meliputi prestaasi belajar,intelgensia, dan bakat: sedangkan aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuain diri, minat, emosi sikap, dan motivasi.[1]

            Manusia adalah makhluq Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyah maupun ruhaniyah yang sempurna. Tubuh manusia tidak lain hanyalah sebuah bungkus kosong dan selongsong. Sedangkan hakikatnya adalah ruh,jiwa, hati, dan akalnya. Manusia adalah makhluq yang paling kompleks susunannya baik aspek luar maupun aspek dalamnya. Bahkan manusia itu sendiri merupakan satu-satunya prototype(model asli) makhluq yang mampu mempermasalhkan dirinya sendiri , kenyataan bahwa manusia adalah subyek yang sadar, baik sadar akan dirinya maupun sadar akan obyek yang dihhadapi.[2]



B. Peran dan Fungsi Manusia

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong.Para ahli menyatakan bahwa secara umum pengertian Peran adalah aspek dinamis darikedudukan atau status. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.

Teori peran menurut para ahli

Peran menurut Soekanto (2009:212-213) adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.[3]Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus.

Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Adapun menurut para ahli, definisi fungsi yaitu menurut The Liang Gie dalam Nining Haslinda Zainal Fungsi merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya. Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan definisi fungsi menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), yaitu Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas menurut sifat atau pelaksanaannya.

            Didalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan allah kepada manusia

·         Menjadi abdi allah secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada allah dan tidak mau mengabdi kepada selain allah termasuk tidak mengabdi nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah mahluk yang mau melaksanakan perintah allah meski terdapat resiko besar didalam perintah allah abdi juga tidak akan pernah membangkan kepada Allah. Seperti yang tercantum dalam QS Az – dzariat 56 “ Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku “

·         Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir kedunia ini, manusia bersaksi kepada allah bahwa hanya dialah tuhanya yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar dihari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya, untuk beriman kepada allah namun orang tuanya lah yang menjadikan manusia sebagai nasrani atau beragama selain islam QS Al – A’raf 172

·         Menjadi Khalifah Allah bagi perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah di tentukan Allah sebelum manusia dilahirkan untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai raja atau presiden tapi yang dimaksud khalifah disini adalah seorang pemimpin islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah – syariah yang telah diajarkan rasulullah kepada manusia

C.Definisi Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhayyah yang merupakann bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal .adaa pendapat lain mengatakan budaya berasal dari budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani sedaangkan dayaa merupakan unsur jasmani manusia.Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.

Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli.

Beberapa contoh sebagai berikut.

  1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
  2. Herskovits, memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
  3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
  4. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  5. Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Budaya adalah hasil cipta rasa, rasa, dan karsa manusia. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntutan/ keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri[4]

1. Pandangan budaya menurut islam

Untuk melihat manusia dan kebudayaaan nya, islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan  allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas didalam firman Allah Qs. As sajadah 7-9 :“(Allah) lah yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian dia menciptakan keturunannya dari sari pati air yang hina ( air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya roh ( ciptaan)Nya”

2. konsep dalam kebudayaan islam

Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selaluberamal dan berkarya, untuk selalu mengggunakan fikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “berbudaya”. Dan dalaam satu waktu islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasaal dari agama. Islam dengan syariat serta peraturannya telah menetapkan kriteriayang harus dipenuhi oleh suatu budaya agar ia dianggap benar atau salah.Dalam islam, nilai kebenaran dalam suatu budaya bukanlah diatur olehmanusia yang menganut budaya itu sendiri, melainkan oleh syari0at yangtelah ditetapkan langsung oleh Allah  melalui kitab Nya serta RasulNya.Dengan kata lain bukan agama yang mengikuti budaya, tapi budaya lahyang harus sesuai dengan agama. Namun bukan berarti islam dating dengan menghapus budaya masyarakat terdahulu, melainkan islam datang dengan kedamaian dan kebaikan. Oleh karena itu, Rosulullah SAW. Memperkenalkan ajaran islam tanpa menghilangkan semua budaya jahiliyah. Dengan kebijaksanaannya, beliau hanya membuang budaya jahiliyyah yang bertentangan dengan ajaran islam dan mempertahankan yang maasih sesuai dengan syariat.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa islam sangatlah menghargai suatu budaya yang dianut dalam suatu masyarakat karena budaya memang menjadi salah satu bagian ,ciri, serta identitas dari suatu masyarakat yang sangat sulit dipisahkan. Islam pun tidak mengajarkan umatnya untuk meninggalkan semua budaya nenek moyangnya dan hanya melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Budaya apapun boleh dipertahankan asalkan tidak bertentangan dengan syariat islam, yang meliputi : 1) tidak mengandung unsur syirik, kafir,serta kefasikan, dalam bentuk apapun 2) tidak mengandung unsur kemaksiatan, kekerasan, serta kemungkaran, dan 3) tidak melanggar seluruh peraturan yang telaah ditetapkan dalam Al-Quran dan hadist.

Hanya saja memang sangat sedikit budaya nenek moyang yang sesuai dengan syariat islam karena sedikit bnyak didalamnya pasti aka nada unsur agama maupun kepercayaaan orang-orang dahulu yang terbawa. Disinilah dibutuhkan ketelitian umat islam untuk memilah-milah budaya serta kreatifitas untuk memoles suaatu budaya disana-sini agar benar-benar terbebas dari unsur syirik serta sesuai dengan syariat islam. Allah mengangkat seorang rosul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia .oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rosul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya, nabi meletakkan dasara-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang menjaadi peradaban islam.

3.      Kebudayaan dalam islam

Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena islam bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan manusia. Agama islam adalah sesuatau yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rosulullah yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat dunia dan akherat.

Walau bukan kebudayaan tetapi agama islamsanggat mendorong, bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama islam mendorong umatnya  berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah.

 

D. Nilai-nilai agama islam

 

Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun dirasakan dan tak terbatas oleh ruang lingkupnya. Nilai sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasnya, karena keabstrakanya itu maka timbul bermacam-macam pengertian, diantaranya sebagai berikut:

1.      Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.

2.      Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitanya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian-bagiannya.Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.

3.      Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitanya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian-bagiannya.Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.

 

Beberapa pengertian tentang nilai diatas dapat difahami bahwa nilai merupakan suatu yang abstrak, ideal dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pemikiran, perasaan, serta perilaku. Dengan demikian untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap keyakinan lain berupa tindakan, tingkah laku, dan pola pikir.[5]

Nilai-nilai agama Islam pada hakekatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya didunia ini, yang satu prinsip dengan lainya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan. Jadi pada dasarnya Islam merupakan satu sistem, satu paket, paket nilai yang saling terkait satu sama lain, membentuk apa yang disebut sebagai teori-teori Islam baku.

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

METODE KAJIAN

 

Metode kajian yang digunakan sebagai berikut:

Jenis penelitian kualitatif yang melalui interview atau wawancara

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi oyektif di lapangan tanpa ada manipulasi.  Penelitian kualitatif memiliki dasar deskriptif guna memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena tersebut. Metode  penelitianini ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Kriyantono menyatakan bahwa “riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.”.Penelitian kualitatif menekankan pada kedalaman data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin dalam dan detail data yang didapatkan, maka semakin baik kualitas dari penelitian kualitatif ini. Berbeda dengan kuanitatif, objek dalam penelitian kualitatif umumnya berjumlah terbatas.Dalam penelitian ini, peneliti ikut serta dalam peristiwa/kondisi yang sedang diteliti.Untuk itu hasil dari penelitian ini memerlukan kedalaman analisis dari peneliti.Selain itu, hasil penelitian ini bersifat subjektif sehingga tidak dapat digeneralisasikan.Secara umum, penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Melalui metode ini, peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail. Peneliti tidak dapat meriset kondisi sosial yang dioservasi, karena seluruh realitas yang terjadi merupakan kesatuan yang terjadi secara alamiah.Hasil dari penelitian kualitatif juga dapat memunculkan teori atau konsep baru apabila hasil penelitiannya bertentangan dengan teori dan konsep yang sebelumnya dijadikan sebagai kajian dalam penelitian.[1]

Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

narasumber diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan pewawancara atau moderator menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi.

            Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial.

Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif.Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metedologis.Masalah kuantitatif umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang  sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasa yang tak terbatas.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif,  adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai.Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembagan.

Untuk itulah, maka seorang peneliti kualitatif hendaknya memiliki kemampuan brain, skill/ability, bravery atau keberanian,  tidak hedonis dan selalu menjaga networking, dan memiliki rasa ingin tau yang besar atau open minded.

Wawancara  adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si peneliti dengan objek penelitian. Keterangan-keterangan yang hendak diperoleh melalui wawancara biasanya adalah keterangan dalam memperoleh dan memastikan fakta, memperkuat kepercayaan, memperkuat perasaan, mengenali standar kegiatan, dan untuk mengethaui alasan seseorang.

Wawancara dapat dilakukan setelah persiapannya matang.Sebelum melakukan wawancara, pewawancara biasanya melakukan persiapan tertentu.Berikut ini adalah tahap-tahap yang perlu dilakukan.

Menurut Sugiyono [2011:317] Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.

Menurut Esterberg [dalam Sugiyono, 2011:317-321] Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

 

Proses Persiapan Wawancara

·         Seleksi individu untuk diwawancarai

·         Pendekatan terhadap orang yang telah diseleksi

·         Mengembangkan suasana lancar dalam wawancara

 

Tahap Pelaksanaan Wawancara

·         Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian

·         Menjelaskan mengapa responden tersebut terpilih untuk diwawancarai

·         Menjelaskan institusi atau badan yang melaksanakan penelitian tersebut

·         Menjelaskan sifat wawancara yang dilakukan, apakah rahasia atau tidak.


Beberapa Sikap yang Harus Diperhatikan oleh Pewawancara

·         Netral

·         Adil.

 

 

 

 


 

BAB IV

PAPARAN HASIL INTERVIEW

A.    Paparan hasil interview dengan dosen UNISMA 

 

Manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna, yang di ciptakan allah dengan ciptaan yang paling mulia di antara ciptaan-cptaan yang lain, peryataan ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran LAQOD KHOLAQNAL INSAAN FI AHSANI TAQWIM  ini sebabnya manusia mendapat derajat yang paling tinggi di sisi Allah. Oleh karena itu manusia akan mempuyai daya tarik dan akan memberikan dampak posistif dan kontribusi bagi perkembangan dunia pada masa ini.

Pada dasarnya manusia di ciptakan di muka bumi sebagai khalifah,  yaitu sebagai pemimipin di bumi. Ini sesusai dengan firman Allah dalam surat Al baqoroh ayat 30. Ini adalah dialog antara Allah dengan malaikat yang sepakat bahwa manusia adalah pemimpin di muka bumi. Ini artinya fungsi manusia di bumi untuk memberikan pencerahaan, kedamaian keamanan kebahagian, ketentraman, dan manfaat bagi manusia lain. Dalam teori humanisme manusia harus menjunjung martabat manusia, atau memanusiakan manusia, artinya dari banyaknya latar belakang kehidupan manusia, satu sama lain harus saling menghormati, memberlakukan manusia lain dengan cara yang manusiawi, bukan memberlakukan manusia layaknya memberlakuka binatang yang secara manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia. Sehingga pungsi manusia yang terpenting adalah bagaimana manusia memanusiakan manusia itu sendiri.

Peran manusia pada masa ini, yan dimana masa ini banyak sekali perubahan kemajuan dan perkembangan dan model gaya hidup manusia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan dan banyak lagi di hadapkan dengan masalah politik, social agama, maupun budaya, dan manusia berada di dalam setiap permasalahan itu. Ini artinya kondisi manusia sekarang ini itulah peran manusia sekarang ini, yaitu sesuai dengan kondisi lingkungan yang di hadapinya.seperti halnya di Indonesia yang minimnya figur pemimpin, jadi manusia menjadi yang terdepan, bagaimana manusia menjadi figure pemimpin yang baik, yang sesuai dengan atura-aturan dalam islam, yaitu bagaimana berpolitik yang baik, bersosial yang baik, dan beragama yang baik. Jika sosialnya rusak, bagaimana dengan politiknya. Jadi, diantarnya adalah saling berkaitan untuk menunjang bagaimana menjadikan manusia yang sempurna sesuai dengan tabiat islam itu sendiri.

Pada dasarnya budaya adalah hasil karya manusia, jadi suatu budaya yang mempunyai budaya yang baik, itu tergantung bagaimana memaknai dengan pandangan oleh pelaku budaya tersebut.Contoh, kaum jahiliah tidak menghormati wanita, dan itu menjadi budaya di kalangan kaum yahudi yang menurutnya baik.Jadi. Ketika berbicara manusia adalah agen of change, berrati manusia harus berada di garda tedepan untuk mengolah, menciptakan, ataupaun mengontrol suatu buaya atau teradisi, karena akan berdampak baik bagi manusia lain, dan itu patut di jaga dan di lestarikan. Seperti halnya dalam masa wali songo yang menggunakan teradisi pewayangan sebagai metode dakwahnya, yang kita kenal itu sebagai teradisi kaum hindu. Namun salah satu wali songo menggunakannnya dalam metode berdakwahnya.Jadi suatu buadaya atau teradisi yang mempunyai nilai positif harus di jaga dan di lestarikan.

Pada era global ini atau masa modern ini, bayak sekali terjadi perkembangan budaya, ntah itu sifatnya positif atau negatip.Semua sedang di hadapi oleh masyrakat. Khususnya di Indonesia, banyak sekali budaya barat yang masuk, baik itu yang sifatnya positif maupun negative, mulai halnya dari gaya hidup yang konsuntip, model berpakaian. Itu semua sudah di adopsi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu peroses masuknya budaya barat yang memebrikan nilai positip dan tidak bertentangan dengan islam dan social bermasyarakat, maka boleh di gunakan dan kita harus lebih selektif untuk menerima kebudayaan yang datang. 

Dari tahun ketahun perkembangan budaya semakin meningkat dan berkembang, kebutuhan manusiapun terus mengalami perubahan dan tak kan bisa merasa puas, itu sudah menjadi  sifat manusia sebagai makhluk Allah swt. Oleh karena itu akal dan  pikiran yang di berikan oleh Allah telah menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia yang di ciptakan oleh Allah SWT. Manusia yang benar-benar menggunakan akal dan fikirannya dalam menjalani kehidupan akan menjadikannya sebagai makhluk yang paripurna. Itu memang  menjadi keharusan bagi manusi, memungsikan apa yang telah di anugrahi Allah, menjalankan peran dan fungsi sebagi hamba, sebagai khalifah, dan fungsi manusia sebagai penerus para nabi dalam mendakwahkan ajaran-ajaran agama islam. Itu sebabnya manusia yang mampu menjalankan pungsi dan perannya serta memungsikan apa-apa yang terdapat dalam dirinya, menjadikannya sebagai makhluk yang mulia mempunyai derajat yang tingggi di sisi Allah.

Dekat dengan Allah memang menjadi perioritas umum manusia yang mempunyai iman, yang mempercayai adanya Allah, namun itu kadangkali hanya tinggal prioritas saja, banyak manuasia yang ingin dekat dengan Allah, beribadah kepada Allah, tapi harus berhadapan dengan kehidupan yang menghalanginya menuju kedekatan dengan Allah. Itu sudah menjadi hukum alam, manusia di lahirkan kebumi membawa tugas masing-masing, mulai sejak di lahirkan hingga harus mengalami namnya kehidupan, semua sudah di tentukan oleh Allah, manusia tinggal menjalani kehidupan ini, berperan baik dalam kehidupan ini sesuai dengan apa yang harus di capai. Contoh; ketika manusia menginginkan kedekatan dengan Allah, berarti manusia harus menjalani perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta melakukan apa-apa yang di cintai oleh Allah.Itu sebagai contoh bahwa kehidupan mamnusia di bumi harus memiliki tujuan yang harus di capai. Namun manusia bukan berarti, jika menginkan  kedekatan dengan Allah SWT kemudian di setiap waktunya di habiskan dengan beribadah kepada Allah, maka sama saja dengan mengabaikan tugas manusia pada hal lainnya, yaitu kewajiban mencari kebutuhan perimer manusia, yaitu nafkah untuk menghidupi dirinya ataupun untuk menghidupi keluarganya berbicara masalah nafkah yang menjadi salah satu tugas manusia di bumi, manusia di golongkan menjadi dua maqom yaitu.  Maqom tajrid dan maqom sebab.Maqom tajrid yaitu maqom yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah dekat Allah, orang-orang yang sudah tidak di sibukkan dengan urusan dunia, melainkan terus mendekatkan dirinya kepada Allah. Orang yang seperti itu, kebaikan atau rizqi yang akan menghampirinya, bukan lagi menghapiri rizqi tersebut. Namun tidak seperti yang kita bayangkan pada umumnya, untuk mencapai maqom tersebut, harus melalui tahapan-tahapan.Tidak dengan serta merta menyibukkan diri dengan beribadah setiap waktu.Adapun yng dinamakan maqom sebab, yaitu maqomnya orang-orang awam seperti kita, yang masih jauh dengan Allah. Yaitu masih membutuhkan orang lain. Pada maqom sebab ini, untuk terus bertahan hidup maka harus makan, dan untuk mendapatkannya, harus bekerja untuk dapat uang yang tentunya untuk memenuhi kebutuhan hidup.Jadi manusia yang masih pada maqom sebab ini tidak bisa mendapatkan ini tanpa harus melakukan itu. Itulah kedudukan manusia dalam menjalani kehidupan di bumi, ,menlajankan peran dan fungsinya sesuai dengan  maqomnya yang telah di capai dalam kehidupan di bumi.

 

B.     Pembahasan

Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, yang di ciptakan Allah dengan sebaik-baik rupa dan banyak di karuniai kelebihan serta potensi-petensi yang tidak di berikan pada makaluk lain, diantaranya manusia di beri kelebihan akal dan pikiran sehingga manusia memperoleh derajat yang paling tinggi diantara makhluk-makhluk Allah yang lain di muka bumi. Akan tetapi, apabila manusia tidak mempergunakana akal dan pikirannya dengan baik, maka manusia itu lebih rendah dari hewan.Ini sesuai dengan ayatul Quran QS Al-A’raf, 7:179.Manusia punya hati tapi tidak di pergnakan untuk memahami ayat-ayat Al Quran, dan meraka punya mata tapi tidak di pergunakan utuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan manusia punya telingan tapi tidak di pergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah.mereka itu sama dengan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai. Begitu mulianya manusia dengan kelebihan-kelebihan yang di berikan oleh Allah, maka merugilah manusia bila tidak memungsikan apa yang telah diberikan oleh Allah.

Manusia dalam pembahasan ini, adalah tentang keterlibatannya dalam membangun budaya bangsa. Manusia adalah agen of change, keberadaan manusia yang silih berganti seiring dengan perputaran masa, menjadikan manusia itulah yang akan mengendalikan perputaran roda kehidupan yang tidak lepas dari lingkungan social, politik, agama, ataupun budaya. Bahkan tidak jarang bahwa mata, jiwa dan raga kita di hadapkan dengan suatu persoalan politik, social, agama, bahkan budaya yang menuntut manusia untuk bersikap sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapinya, terlebih lagi dalam mengembangkan suatu budaya yang positif, sehingga dapat di terima oleh manusia, serta memebrikan manfaat bagi manusia lainnya, baik di sekelilingnya maupun secara luas.

Seiring dengan perkebangan zaman, banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi.ntah itu perubahan yang sifatnya positif ataupun negatip. Perubahan memang seharusnya terjadi, namun perubahan yang baik tidak mudah di temui pada saat ini, kalau bukan dari diri manusia sendiri yang mengembangkan suatu perubahan yang baik, yang dapat di terima oleh manusia lain, terlebih oleh agama.Namun ynag justru terjadi, perubahan yang sangat cepat yang beriringan dengan legalnya budaya-budaya barat masuk ke Indonesia, yang mayoritas dari zaman dahulu megadopsi budaya-budaya timur, yang kental dengan syi’ir-syi’ir islami. Meskipun dulunya Indonesia adalah Negara yang mayoritas berpenduduk hindu, oleh karena itu. Adanya peran manusia sebagai khalifah, sebagai pemimpin pada masa itu, banyaklah berdatangan para ‘Alim ulama’, yang banyak kita kenal di tanah jawa ini adalah wali sanga. Merekalah yang berjuang berdakwah di tanah jawa yang waktu itu mayoritas penduduk beragama hindu. itu semua suatu teradisi atau  budaya atau kebiasaan oleh masyarakat dulu. Sehingga apabila tidak menggelar suatu teradisi, akan terasa sukar dalam hidup mereka.

Banyak sekali budaya yang harus di jaga dan di pertahankan keberadaanya oleh manusia, sehingga itu bisa menajdikan suatu tameng unntuk menjaga diri sendiri dari budaya-budaya barat yang lebih kita kenal dengan westernisasi, berlebih-lebihan dalam berprilaku serta keberanian manusia dalam mengambil peran dalam menjalani kehidupan.Manusia yang menjadi kahlifah menjadi pemimpin untuk yang di pimpinnya, mengayomi yang di pimpinnya, serta memberikan yang baik kepada yang di pimpinya.Serta menjadikan manusia sebagai hamba, yaitu hamba yang taat pada perintah Allah, hamba yang mejauhi larangan Allah, menjadi hamba yang paripurna.Adapaun manusia yang ditugaskan Allah sebagai pewaris para Nabi, iayalah orang-orang yang dekat dengan Allah, adalah orang-orang yang setiap harinya beribadah mendekatkan dirinya pada Allah hingga lapisan-lapisan jarak dengan Allah sangat begitu dekat. Sehingga untuk membangun suatu budaya berbasis islam, manusia yang menjadi pelaku budaya haruslah memahami nilai-nilai yang terdapat dalam suatu tradisi dalam masyarakat. Sehingga dengan apa yang mereka pahami di harapkan untuk terus menjaga serta melestarikan nilai-nilai islami yang terkadung dalam suatu budaya. Bahkan lagi dapat di kembangkan seiring perkembangan masa, agar apa yang telah di upayakan dapat di terima oleh halayak ramai, buka saja di satu tempat. Berikut penjelasan, pemaparan tentang manusia sebagai pelaku budaya.

 

Dari tahun ketahun perkembangan budaya semakin meningkat dan berkembang, kebutuhan manusiapun terus mengalami perubahan dan tak kan bisa merasa puas, itu sudah menjadi  sifat manusia sebagai makhluk Allah swt. Oleh karena itu akal dan  pikiran yang di berikan oleh Allah telah menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia yang di ciptakan oleh Allah SWT. Manusia yang benar-benar menggunakan akal dan fikirannya dalam menjalani kehidupan akan menjadikannya sebagai makhluk yang paripurna. Itu memang  menjadi keharusan bagi manusi, memungsikan apa yang telah di anugrahi Allah, menjalankan peran dan fungsi sebagi hamba, sebagai khalifah, dan fungsi manusia sebagai penerus para nabi dalam mendakwahkan ajaran-ajaran agama islam. Itu sebabnya manusia yang mampu menjalankan pungsi dan perannya serta memungsikan apa-apa yang terdapat dalam dirinya, menjadikannya sebagai makhluk yang mulia mempunyai derajat yang tingggi di sisi Allah.

Dekat dengan Allah memang menjadi perioritas umum manusia yang mempunyai iman, yang mempercayai adanya Allah, namun itu kadangkali hanya tinggal prioritas saja, banyak manuasia yang ingin dekat dengan Allah, beribadah kepada Allah, tapi harus berhadapan dengan kehidupan yang menghalanginya menuju kedekatan dengan Allah. Itu sudah menjadi hukum alam, manusia di lahirkan kebumi membawa tugas masing-masing, mulai sejak di lahirkan hingga harus mengalami namnya kehidupan, semua sudah di tentukan oleh Allah, manusia tinggal menjalani kehidupan ini, berperan baik dalam kehidupan ini sesuai dengan apa yang harus di capai. Contoh; ketika manusia menginginkan kedekatan dengan Allah, berarti manusia harus menjalani perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta melakukan apa-apa yang di cintai oleh Allah.Itu sebagai contoh bahwa kehidupan mamnusia di bumi harus memiliki tujuan yang harus di capai. Namun manusia bukan berarti, jika menginkan  kedekatandengan Allah SWT kemudian di setiap waktunya di habiskan dengan beribadah kepada Allah, maka sama saja dengan mengabaikan tugas manusia pada hal lainnya, yaitu kewajiban mencari kebutuhan perimer manusia, yaitu nafkah untuk menghidupi dirinya ataupun untuk menghidupi keluarganya berbicara masalah nafkah yang menjadi salah satu tugas manusia di bumi, manusia di golongkan menjadi dua maqom yaitu.  Maqom tajrid dan maqom sebab.Maqom tajrid yaitu maqom yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah dekat Allah, orang-orang yang sudah tidak di sibukkan dengan urusan dunia, melainkan terus mendekatkan dirinya kepada Allah. Orang yang seperti itu, kebaikan atau rizqi yang akan menghampirinya, bukan lagi menghapiri rizqi tersebut. Namun tidak seperti yang kita bayangkan pada umumnya, untuk mencapai maqom tersebut, harus melalui tahapan-tahapan.Tidak dengan serta merta menyibukkan diri dengan beribadah setiap waktu.Adapun yng dinamakan maqom sebab, yaitu maqomnya orang-orang awam seperti kita, yang masih jauh dengan Allah. Yaitu masih membutuhkan orang lain. Pada maqom sebab ini, untuk terus bertahan hidup maka harus makan, dan untuk mendapatkannya, harus bekerja untuk dapat uang yang tentunya untuk memenuhi kebutuhan hidup.Jadi manusia yang masih pada maqom sebab ini tidak bisa mendapatkan ini tanpa harus melakukan itu. Itulah kedudukan manusia dalam menjalani kehidupan di bumi, ,menlajankan peran dan fungsinya sesuai dengan  maqomnya yang telah di capai dalam kehidupan di bumi.

Fungsi dan peran manusia.

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Adapun menurut para ahli, definisi fungsi yaitu menurut The Liang Gie dalam Nining Haslinda Zainal Fungsi merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya. Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan definisi fungsi menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), yaitu Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas menurut sifat atau pelaksanaannya.

 

1.      Fungsi manusia sebagai khalifah

Pada dasarnya manusia di ciptakan di muka bumi sebagai khalifah,  yaitu sebagai pemimipin di bumi. Ini sesusai dengan firman Allah dalam surat Al baqoroh ayat 30. Ini adalah dialog antara Allah dengan malaikat yang sepakat bahwa manusia adalah pemimpin di muka bumi. Ini artinya fungsi manusia di bumi untuk memberikan pencerahaan, kedamaian keamanan kebahagian, ketentraman, dan manfaat bagi manusia lain. Dalam teori humanisme manusia harus menjunjung martabat manusia, atau memanusiakan manusia, artinya dari banyaknya latar belakang kehidupan manusia, satu sama lain harus saling menghormati, memberlakukan manusia lain dengan cara yang manusiawi, bukan memberlakukan manusia layaknya memberlakuka binatang yang secara manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia. Sehingga pungsi manusia yang terpenting adalah bagaimana manusia memanusiakan manusia itu sendiri.

 

Sebagai seorang khalifah, seorang pemimpin yang di kehendaki oleh rakyatnya untuk mengatur, mengelola suatu tatanan kepemimpinan, tidaklah di perbolehkan hanya untuk kepentingan peribadinya atau kelompoknya. Seorang pemimpin memiiki tugas untuk melayani, mengayomi rakyat yang di pimpinnya, sehingga kepemimpian tersebut dapat memberikan manfaat utuk dirinya sendirinya maupun orang lain. Pemimpin adalah panutan bagi rakyatnya, baik buruknya perbuatan suatu pemimpin akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh: jika seorang khalifah selalu berat sebelah, atau tidak jelas dalam mengelola keuangan, maka masyarakat yang baik dapat merasaka tindakan apa yang telah di lakukan pemimpinnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsi sebagai pemimpin yang baik, yang sesuai dengan ajaran islam. Rakyat haruslah di tuntut cerdas dalam melihat keperibadian, karakter seorang pemimpin.

 

2.      Fungsi manusia sebagai hamba

Makna yang esensia dari hamba adalah ketaatan, kepatuhan, atau ketundukan, dan itu hanya pantes di lakukan kepada Allah. Sebagai hamba, tugas yang utama adalah (beribadah) kepada Allah, menjalankan perinya dan meajuhi larangannya

 

3.      Peran hamba dalam membangun budaya

Pada dasarnya budaya adalah hasil karya manusia, jadi suatu budaya yang mempunyai budaya yang baik, itu tergantung bagaimana memaknai dengan pandangan oleh pelaku budaya tersebut.Contoh, kaum jahiliah tidak menghormati wanita, dan itu menjadi budaya di kalangan kaum yahudi yang menurutnya baik.Jadi. Ketika berbicara manusia adalah agen of change, berrati manusia harus berada di garda tedepan untuk mengolah, menciptakan, ataupaun mengontrol suatu buaya atau teradisi, karena akan berdampak baik bagi manusia lain, dan itu patut di jaga dan di lestarikan. Seperti halnya dalam masa wali songo yang menggunakan teradisi pewayangan sebagai metode dakwahnya, yang kita kenal itu sebagai teradisi kaum hindu. Namun salah satu wali songo menggunakannnya dalam metode berdakwahnya.Jadi suatu buadaya atau teradisi yang mempunyai nilai positif harus di jaga dan di lestarikan.

 

 

Peran menurut Soekanto (2009: 212-213) adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan  kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.[6]Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus.

Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh.Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.

 

Budaya merupakan sutatu teradisi atau suatu kegiatan yang rutin di lakukan oleh sekelompok masyarakat, hingga menjadikan suatu teradisi tersebuat sebagai bagian dari hidup mereka. Khususnya di Indonesia, yang merupakan Negara yang kaya akan budaya, budaya yang beragam yang ada dari zaman nenek moyang bangsa ini masih tetap exis hingga saat ini, ini merupakan kekayaan atau asset Negara yang harus di jaga hingga dapat meletarikannya. 

Budaya dapat menjadi khas dari suatu Negara, untuk itu, peran seorang pemimpin adalah menjaga suatu budaya, serta mebangun teradisi-teradisi atau kebiasaan yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman.Seorang pemimpin yang berhak mengatur kemana suatu Negara di arahkan, menjadi poin lebih bagi pemimpin untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik tidak bertentangan dengan sayrak, yang bisa di terima oleh rakyat yang di pimpinnya.

4.      Peran manusia Terhadap Kebudayaan

Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Sebagai makhluk biologis, makhluk manusia atau “homo sapiens”, sama seperti makhluk hidup lainnya yang mempunyai peran masing-masing dalam menunjang sistem kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya.Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah dari kepribadian-kepribadian.Individu adalah kreator dan sekaligus manipulator dari kebudayaannya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnyakebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan.
Ruth Benedict menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah laku yang bisa dipelajari.Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi.
John Gillin menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut:

·         Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari
untukbelajar.

·         Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi kelakukan tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang- perangsang untuk terbentuknya kelakuan-kelakuan tertentu

·         Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap kelakuan-kelakuan tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk kelakuan yang sesuai dengan sistem nilai dalam kebudayan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap kelakuan-kelakuan yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat tertentu

·         Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar.

a.       Pada dasarnya pengaruh tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
Kepribadian adalah suatu proses Seperti yang telah kita lihat kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika.

b.       Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangannya untuk mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi di dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya.

c.       Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah imajinasi. Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti apabila seseorang hidup terasing seorang diri tnapa lingkungan kebudayaan maka dia akan memulai dari nol di dalam pengembangan kepribadiannya.

d.       Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup di dalam masyarakat agar dapat hidup dan berkembang. Yang paling efisien adalah dia secara harmonis mencari keseimbangan antara tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.

e.        Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu dapat
dibedakan antara tujuan dalam waktu yang dekat dan tujuan dalam waktu yang panjang.

5.      Learning is a goal teaching behaviour.

6.      Dalam psikoanalisis antara lain dikemukakan mengenai peranan super ego dalam perkembangan kepribadian. Super ego tersebut tidak lain adalah dunia masa depan yang ideal.

7.       Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia. Bersama- sama dengan ego, beserta id, keduanya merupakan energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super ego yang diarahkan oleh nilai-nilai budaya.Bidney menyatakan bahwa individu bukan pemilik pasif dari nilai-nilai sosial budaya tetapi juga aktif didalam menciptakan dan mengubah kebudayaannya.

 

 

 

 

 

 


C.    Logical frame work

Hirarki logis

Indikator

Alat Verifikasi Indikator

Asumsi dan Resiko

GOAL / TUJUAN :

Pemahaman peran dan fungsi manusia dalam kebudayaan, konsep, serta norma-norma agama Islam.

 

Pemahaman kebudayaan agama Islam.

Al-Qur’an, dan As-Sunnah

 

PURPOSE / MAKSUD :

Untuk peningkatan potensi budaya yang religious dan membentuk bangsa agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlaq mulia.

 

 Meningkatkan iman umat islam melalui budaya Islam.

Kebudayaan Islam yang menjadikan Al-qur’an dan As-sunah untuk dijadikan ajaran budaya.

 

OUTPUT / KELUARAN :

Pemahaman manusia akan pentingnya budaya Islam dalam kehidupan.

 

Peningkatan pemahaman budaya Islam.

Pembentukan kelompok kebudayaan Islam.

Kerja sama terhadap mewariskan budaya Islam ke genarasi.

AKTIVITES / KEGIATAN :

Mengembangkan kebudayaan Islam.

Kegiatan sosialisasi yang mencakup budaya Islam terhadap manusia.

Jumlah kelompok manusia yang mengembangkan budaya Islam.

Adanya tanggapan dan kerjasama umat Islam dalam mengembangkan potensi budaya Islam kepada seluruh umat manusia.


 

 

BAB V

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai

ayat al- Qur’an dijelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia tersebut.

Kesempurnaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh

Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur

dan memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi

yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebuTuhan hidup manusia itu

sendiri. Di antara potensi-potensi tersebut adalah potensi emosional, potensi fisikal. potensi akal dan potensi spritual. Keseluruhan potensi manusia ini harus

dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberiannya oleh Tuhan. Ada

berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti

pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial. Di samping memiliki berbagai potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari sifat hakikat

manusia.

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada

hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan

ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan

manusia dalam mengembangkan potensinya.

B.     LAMPIRAN HASIL INTERVIEW

 

No

Daftar pertanyaan

Jawaban

1.

Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan Manusia pak?

Ketika kita berbicara manusia pada dasarnya adalah makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna dalam kontek agama islam di muka bumi ini, dibanding dengan makhluk lainnya seperti hewan tumbuhan dll. Artinya manusia memiliki derajat yang paling tinggi dalam pandangan Allah

2.

Setelah memahami apa pengertian manusia, dan sekarang bagaimana peran dan fungsi manusia ?

pada dasarnya manusia diciptakan sebagai kholifah di muka bumi ini jadi fungsi manusia adalah memberikan manfaat bagi manusia yang lain, dalam teori humanisme yaitu memanusiakan manusia dalam posisi yang sesungguhnya.

Dalam kondisi seperti ini fungsi manusia semakin tua bumi ini maka peran dan fungsi manusia semakin luas tanggungannya, karena kondisi zaman berbeda dengan kondisi zaman sebelumnya. Misalnya sekarang ini Indonesia minim dengan figur pemimpin jadi manusia harus menjadi kontribusi dalam semua bidang yang sesuai dengan al-qur’an nya dan hadist .

 

3.

Disini kita sebagai manusia yang akan melakukan peran dan fungsi yang baik, bagaimana kita membangun budaya yang bernilai agama Islam?

Pada dasarnya budaya adalah hasil karya manusia, jadi suatu budaya yang mempunyai budaya yang baik, itu tergantung bagaimana memaknai dengan pandangan oleh pelaku budaya tersebut. Contoh, kaum jahiliah tidak menghormati wanita, dan itu menjadi budaya di kalangan kaum yahudi yang menurutnya baik. Jadi. Ketika berbicara manusia adalah agen of change, berrati manusia harus berada di garda tedepan untuk mengolah, menciptakan, ataupaun mengontrol suatu buaya atau teradisi, karena akan berdampak baik bagi manusia lain, dan itu patut di jaga dan di lestarikan. Seperti halnya dalam masa wali songo yang menggunakan teradisi pewayangan sebagai metode dakwahnya, yang kita kenal itu sebagai teradisi kaum hindu. Namun salah satu wali songo menggunakannnya dalam metode berdakwahnya. Jadi suatu buadaya atau teradisi yang mempunyai nilai positif harus di jaga dan di lestarikan.

 

4.

Bagaimana kita menanggapi budaya barat yang kemungkinan besar dapat melunturkan budaya kita pada saat ini?

Pada era globalisasi ini atau masa modern ini, banyak sekali perkembangan budaya entah itu sifatnya positif atau negative semua sedang dihadapi oleh masyarakat. Khususnya di Indonesia banyak sekali budaya barat yang masuk baik itu positif atau negative mulai halnya dari gaya hidup yang konsumtif, model berpakaian, semua itu sudah diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu proses masuknya budaya barat yang memberikan nilai positif dan tidak bertentangan dengan Islam dan sosial masyarakat maka boleh digunakan selama tidak bertentangan dengan ajaran / syari’at agama Islam dan maka kita harus lebih selektif untuk menerima kebudayaan yang datang. 

 


 

 

Daftar Pustaka

Djaali.psikologo pendidika. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2011

Mukholiq.Kepribadian manusia dalam pendidikan islam. Jurnal pengembangan ilmu keislaman.

Herimanto.Ilmu Social dan Budaya Dasar.Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2008.

Leakey, Richard. Asal Usul Manusia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2003.

Asy’arie, Musya. Manusia Pembentuk kebudayaan dalam Al-Qur’an. 1992

Bucaille, Maurice. Asal-usul Manusia. Bandung:Mizan.1992.

Muthahari, Murtadha. Perspetif tentang Manusia dan Agama. Bandung:Mizan. 1992

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara. 1994.

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998.

Anas, Fathul, The Miracle of Quranic Motivation Intisari 114 surat Inspriratif

dalam al- Qur’an, Yogyakarta: Citra Risalah, 2010.

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2007.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Educatif Suatu

pendekatan Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2010,

Drijarkara, Percikan Filsafat, Semarang: Kanisius, 1978.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Langgulung, Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al- Husna,

2008.

Monk, F. J, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1984.

Mursyi, Muhammmad Munir, Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha waTathawwuruha fil Bilad al-‘Arab, Kahirat: ‘Alam al-Kitab, 1986.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Qardhawi, Yusuf, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan

Bintang, 1994.

Sahih al-Bukhari, tt, jil. I, Beirut: al-Maktabah al-Thaqafiyah.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2007.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al- Qur’an, Bandung: Mizan, 1994.

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Gunung Agung, 1982.

Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Usman, Mukhtar Yusuf, Tafsir al-Ikhlas, Jakarta: Rakan Offset, 1997.

Yuni Setianingsih, Birrul Awlad Vs Birrul Walidain Upaya Pendidikan Emosional

Anak dalam Keluarga, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007.

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosdakarya,2004.

Zaini,Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al- Qur’an, Surabaya: 1980.

Zakiah Daradjat, dkk.,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 2011.

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2009.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Djaali, psikologo pendidikan,Jakarta: PT.Bumi Aksara,2011

[2]Mukholiq.2013. Kepribadian manusia dalam pendidikan islam. Jurnal pengembangan ilmu keislaman. Vol 8, no 2

[3]

[4] Herimanto: ilmu social dan budaya dasiar(Jakarta timur.2008),hal.29

[5] Zakiyah daradjat, dasar-dasar agama islam, (Jakarta: bulan bintang, 1992)

[6]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Sponsor

Close Button
CLOSE ADS
CLOSE ADS