BAB I PENDAHULUAN
Kata-kata produktivitas memang telah menggema di
Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, walaupun kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-sumber alam
lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama.
Sumber daya manusia modal dan teknologi
menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang
dan jasa. Penggunaan sumber daya manusia, modal dan teknologi secara ekstensif
telah banyak ditinggalkan orang.
Sebaliknya, pola itu bergeser menuju penggunaan secara
lebih intensif dari semua sumber-sumber ekonomi.
Sumber-sumber ekonomi yang digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Melalui berbagai perbaikan cara kerja, pemborosan waktu, tenaga dan berbagai input lainnya akan bisa dikurangi sejauh mungkin. Hasilnya tentu akan lebih baik dan banyak hal yang bisa dihemat. Yang jelas, waktu tak terbuang sia-sia, tenaga dikerahkan secara efektif dan pencapaian tujuan usaha bisa terselenggara dengan baik, efektif dan efisien.
Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan
tingkat pendidikan. Diasumsikan makin tinggi tingkat pendidikan sesorang, makin
tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya. Karena ini
barangkali, kemampuan membaca dan menulis merupakan salah satu elemen penting
tahap-tahap awal program industrialisasi (Wie, 1995). Pada tingkat
industrialisasi yang lebih tinggi dibutuhkan ketrampilan teknik yang lebih
maju.
BAB II PRODUKTIVITAS SALAH
SATU FAKTOR PENENTUAN BAGI PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI1.
Peranan dan
Pentingnya Produktivitas
Pentingnya
produktivitas kerja mencakup banyak hal, dimulai dari produktivitas tenaga
kerja, produktivitas organisasi, produktivitas modal, produktivitas pemasaran,
produktivitas produksi, produktivitas keuangan dan produktivitas produk. Pada
tahap awal revolusi industri di negara-negara Eropah, perhatian lebih banyak
tertuju pada bidang produktivitas tenaga kerja, produktivitas produksi dan
produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian peningkatan
produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan produktivitas
organisasi, sehingga keharmonisan kepentingan buruh dan majikan dipelihara
dengan baik. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan
kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia
yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai
kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang-barang maupun jasa, peningkatan
produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang
berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang
sesuai dengan masukan tenaga kerja.Sayang sekali produktivitas sering dikaitkan
secara paksa, acuh tak acuh terhadap kualitas hidup dan pengaruh yang
membahakan bagi lingkungan. Misalnya, nasionalisasi tidak manusiawi. Bagi
banyak orang meningkatkan produktivitas berarti bekerja lebih giat dan
cepat, mengurangi mutu barang, kerja dan kehidupan, meningkatkan penganguran
dan semacmnya. Kita tidak memberikan andil dengan pandangan-pandangan yang
pesimistis ini. Secara umum diyakini bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, upah yang wajar serta untuk meningkatkan kondisi-kodisi kerja perlulah
mempertimbangkan produktivitas sebagai faktor penyumbang terbesar.Karena
manusia adalah sumber penting dan tujuan dari pembangunan kita harus
meningkatkan produktivitas bukan atas beban biaya mereka tapi atas beban biaya
dari waktu yang terbuang, pengurangan pegawai, birokrasi yang tidak perlu dan sebagainya.
2. Pengertian Produktivitas
Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu
situasi yang pradoksial (bertentangan), karena belum ada kesepakatan umum
tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengukur
petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada konsepsi, metode penerapan maupun
cara pengukuran yang bebas kritik.
Secara umum,
produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan
masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang dikutip oleh Sinungan
(1985) mengartikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran
pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
Pengertian lain produktivitas adalah sebagai
tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa:
“Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber
dalam memproduksi barang-barang.”
Produktivitas juga diartikan sebagai :
a.
perbandingan
ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b.
Perbedaan
antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satu-satuan (unit) umum.
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan
dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah
yang digunakan atau jam-jam kerja orang.
Kita telah menyebutkan beberapa definisi, namun
cukuplah mampu mengetahui perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Dapatkah
kita menganggapnya sebagai pertentangan?
Persoalan pencapaian suatu definisi “produktivitas”
yang mendetail bukanlah masalah produktivitas itu sendiri, namun suatu masalah
diluar produktivitas yang merupakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran manajemen
dalam sistem dan organisasinya dimana tujuan yang berbeda memerlukan pendekatan
yang berbeda pula untuk mendefinisikan produktivitas.
Misalnya, hasil-hasil penelitian diantara menejer dan
ahli serikat buruh beberapa perusahaan Amerika menunjukkan bahwa
menejer-menejernya (78%) dan pimpinan-pimpinan serikat buruh (70%) sebagian
besar tidak hanya menerapkan definisi produktivitas yang kuantitatif. Dilain
pihak banyakl mengaitkan produktivitas dengan organisasi-organisasi individual
dan meliputi konsepsi yang lebih luas dan kualitatif. Pada hakikatnya, melalui
produktivitas, manajemen dan para penentu kebijakan serikat buruh mengarhkan
efektifitas dan pelaksanaan organisasi perseorangan secara menyeluruh, yang
mencakup sedikit gambaran jelas seperti tidak adanya rintangan dan kesulitan
tingkatan pembalikan, ketidak hadiran dan bahkan kepuasan langganan. Dengan
dikemukakan konsepsi produktivitas yang lebih luas ini maka dapatlah dipahami
bahwa para pembuat kebijaksanaan mengetahui batas antara pekerja, kepuasan para
langganan dan produktivitas.
Namun demikian para pemimpin serikat buruh terlebih
dahulu memperhatikan pengeluaran yang nyata, yang menjelaskan alasan kerugian
usaha peningkatan produktivitas yang mungkin menguntungkan manajemennya
bukannya pekerja yang diperlukan.
Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali
pengertian mengenai produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
a.
Rumusan
tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari
pada apa yang dihasilkan (out put) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input).
b.
Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin,
dan hari esok lebih baik dari hari ini.
c.
Produktivitas
merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni:
investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen;
dan tenaga kerja.
Disamping ketiga pengertian tersebut dalam doktrin
pada konferensi Oslo, 1984, tercantum definisi umum produktivitas semesta
yaitu:
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat
universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk
lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin
sedikit.”
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner
untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan
cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dam
tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan
pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang
modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju
kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat,
melalui konsep produktivitas semesta total.
Produktivitas mempunyai pengertiannya lebih luas dari
ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu sebagai suatu philosopi
dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang
secara terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan.
BAB III KONSEPSI PRODUKTIVITASPeningkatan produktivitas dan
efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga
merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas
jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal
yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah
saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non
linear dan kompleks.Secara makro, sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam
unsur berikut:
.Pertama,
peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang
terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi
.Kedua,
peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan
yang bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber
daya, melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga
kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat
apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara
teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap
output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai kesulitan.
Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun
sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan
mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap
aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut,
maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan
dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas
tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi,
dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi
komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas
adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep
produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan
masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat
apabila:1.
Jumlah
produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.2. Jumlah produksi/keluaran sama atau
meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil dan,3. Produksi/keluaran meningkat
diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (soeripto, 1989;
Chew, 1991 dan pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam
menghitung produktivitas disemua sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992a)
peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala
macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right
thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right).
Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat
efisiensi dan efektifitas kerja secara total.
BAB IV PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat
manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Dibeberapa Negara
maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada
pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan
mengapa kita harus mengukur produktivitas.
1. Mengapa Mengukur Produktivitas
Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas
menunjukkan kegunaannya dalam membantu evaluasi penampilan, perncanaan,
kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang
berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkar
pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan
internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas
terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan memdorong
efisiensi produksi.
Pertama, dengan
pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian
produktivitas.
Kedua, diskusi
tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar
ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar
bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran
produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti
dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran
informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap
masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari
gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada
kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu
keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data
melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.
2.
Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas
Secara umum pengukuran produktivitas berarti
perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda:
1.
Perbandingan-perbandingan
antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan
apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah
meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2.
Perbandingan
pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya.
Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3.
perbandingan
pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah
mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran
produktivitas.
Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang
berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.
1.
Produktivitas Total adalah perbandingan antara total
keluaran (output) dengan total masukan (input) persatuan waktu.
Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja,
kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus diperhitungkan.
Hasil Total
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total
2.
Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran
dengan satu jenis masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga
kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll.
Hasil parsial
Prouktivitas Parsial =
Masukan Total
BAB V PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS KERJA
Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya
menerapkan kombinasi kebijakan, rencana sumber-sumber dan metodenya dalam
memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya. Kombinasi-kombinasi kebijakan ini
dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-faktor produktivitas internal dan
eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya
direflesikan dalam sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau melalui :
Sumber
manusia. Energi
sumber mineral |
Tenaga kerja
§
Manajemen
dan organisasi
§
Modal pokok,
bahan mentah
Contoh: Pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan
latihan terlihat pada keahlian dan sikap pekerja. Kemajuan teknologi dan
litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan hanyalah melalui tenaga
kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih baik, dengan kata lain
melalui sumber-sumber manusia dan material. Faktor-faktor lingkungan seperti
siklus perdagangan, ekonomi skala serta kondisi melalui tenaga kerja (pekerja
lapangan dan pekerja kantor tata usaha maupun manajemennya) dan modal.
Jadi peningkatan produktivitas terutama berkaitan
dengan tiga jenis sumber:
ü modal
(Perlengkapan, material, energi, tanah dan bangunan)
ü Tenaga
kerja.
ü Manjemen dan
organisasi.
1.
Perlengkapan, Material, Dan Tenaga/Energi
Sebuah
perbandingan dari hasil perjam kerja manusia melalui waktu dipengaruhi oleh
volume, variasi dan hasil tahunan modal tetap. Kualitas, unsur peralatan serta
tingkat keseragamannya seringkali berat timbangannya dalam mengukur
produktivitas organisasi.
Pada
umumnya metode-metode perintah kerja untuk penggunaan yang lebih baik dari
peralatan, dapat disarankan:
ü Pemilihan
daya guna peralatan yang cocok.
ü Penjadwalan
daya guna mesin.
ü Pengaturan
pelayanan dan perawatan mesin.
ü Melatih dan
memberikan pelajaran pada pekerja operasional.
Faktor
pertumbuhan produktivitas yang sangat penting adalah material dan tenaga.
Penggunaan bahan baku yang terbuang rata-rata mencapai sekitar 40% dari biaya
produksi nasional secara keseluruhan, jika kita mempertimbangkan tenaga maupun
bahan baku, maka gambaran ini meningkat dalam jumlah yang besar.
Latihan
operator yang sedikit, penataan yang kurang baik serta ruang gedung yang tidak
cukup, dapat memperburuk masalah penanganan bahan-bahan dan mengarah kepada
perubahan gerak dan berakibat.
Tujuan yang
paling penting haruslah dengan merancang metode-metode untuk memproduksi
jumlah hasil produksi yang sama dengan energi material yang sedikit serta
mengganti material maupun alat-alat dengan biaya lebih rendah atau mungkin
lebih memproduksi barang lebih dari jumlah bahan yang sama.
Menngkatkan
produtivitas juga tegantung pada pemilihan bahan-bahan maupun daya guna secara
optimal. Setiap material mempunyai harga dan kualitas sendiri yang pemilihan
yang tepat akan mempengruhi produkitivitas.
2. Angkatan Kerja
Salah satu
area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah mengurangi jam
kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi penempatan waktu
yang produktif sangat tergantung kepada cara pengaturan, latihan, pengaturan
dan motivasinya.
Beberapa
penyelidikan menunjukkan bahwa waktu yang produktif berkisar 25% sampai 30%
sedangkan yang tidak produktif karena kejelekan manajemennya kadang-kadang
mencapai 50% lebih dan sisanya disebabkan adanya pekerjaan yang sia-sia ataupun
karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan
studi yang berhati-hati terhadap semua komponen dan penggunaan
waktu yang tidak efektif menyebabkan manajemen dan pengawasan mampu
mengurangi sebab-sebab utama dari kerugian waktu serta membantu merencanakan
teknik-teknik peningkatan produktivitas bagi kepentingan individu atau kelompok
pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja
Masalah
berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan produktivitas
menggunakan manajemen, penambahan material, perencanaan dan organisasi kerja
yang lebih baik, latihan dan pendidikan, kepuasan tugas serta faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja maupun memanfaatkan
cadangan-cadangan.
Kesempatan
utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan individu
sikap individu dalam bekerja serta manajemen maupun organisasi kerja dengan
kata lain, dalam mengkaji produktivitas pekerja individual paling sedikit kita
harus menjawab dari pertanyaan pokoknya: mampukah buruh bekerja lebih baik dan
tertarikkah pekerja untuk bekerja lebih giat?
Untuk
menjawab kita harus mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas perorangan
yang tinggi.
Yang pertama
sedikitnya meliputi:
ü
Tingkat
pendidikan dan keahlian.
ü
Jenis
teknologi dan hasil produksi.
ü
Kondisi
kerja.
ü
Kesehatan,
kemampuan fisik dan mental.
Kelompok
kedua mencakup:
ü
Sikap (terhadap
tugas), teman sejawat dan pengawas).
ü
Keaneka
ragaman tugas.
ü
Sistem
insentif (sistem upah dan bonus).
ü
Kepuasan
kerja keamanan kerja.
ü
Kepastian
pekerjaan.
ü
Perspektif
dari ambisi dan promosi.
Jadi setiap
tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit
mencakup tiga tahap berikut ini:
1.
Mengenai
faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2.
mengukur
pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3.
merncanakan
sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan memperbaiki sikap
mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c. Insentif
(Perangsang)
Yang paling penting, program peningkatan produktivitas
yang berhasil itu ditandai dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan
tunjangan-tunjangan lain diseluruh organisasi. Setiap pembayaran kepada
perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi produktivitas, sedangkan
kenaikan pembayaran harus dianugerahkan teruatama berdasarkan hasil produktivitas.
Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian
bonus haruslah dihubungkan secara langsung dengan tujuan pencapaian malalui
cara yang sederhana mungkin, sehingga penerima segera dapat mengetahui berapa
rupiah yag dia peroleh dari upayanya. Bentuk pemberian bonus yang berorientasi
pada penampilan adalah proyek pemberian bonus, dimana hasil kerja yang baik
segera diberi hadiah dengan bonus yang sesuai. Hal tersebut lebih aktif
dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang nyata sampai saat
pemberian bonus diakhir tahun ketika suasana “semua menrima” akan membuang
semua pengaruh motivasi selama tahun berjalan.
Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat akan
menimbulkan suasana kondutif atau berakibat kepada produktivitas yang lebih
tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian insentif dan usaha-usaha manambah
kepuasab kerja melalui sarana yang beraneka macam.
BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS KERJA.
Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya
produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan tarwaka (1991) merinci faktor yang
dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.
1. Motivasi.
Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong
kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki
untuk mencapainya.
Karyawan
didalam proses produksi adalah sebagai manusia (individu) sudah barang tentu
memiliki identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:
ü Tabiat/watak
ü Siakap
laku/penampilan
ü Kebutuhan
ü Keinginan
ü Cita-cita/kepentingan-kepentingan
lainnya
ü Kebiasaan-kebiasaan
yang dibentuk oleh keadaan aslinya
ü Keadaan
lingkungan dan pengalaman karyawan itu sendiri
Karena setiap karyawan memiliki identifikasi yang
berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan
lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini akan terbawa juga dalam
hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan
tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya.
Demikian pula pengusaha juga mempunyai latar belakang
budaya dan pandangan falsafah serta pengalaman dalam menjalankan perusahaan
yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam melaksanakan pola hubungan
kerja dengan karyawan.
Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda
karena adanya perbedaan kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah
untuk mencpai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenaga
kerjaan, sehingga apa yang menajdi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak
dapat diwujudkan.
Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi,
peranan dana tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pengusaha
perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan
diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab
karyawan sehingga dapat mendorong motivasi kerja kearah partisipasi karyawan
terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap
keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari pihak pengusaha sehingga mampu
menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan dan pengusaha dalam
rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan
produksi dan prosuktivitas kerja.
a.
Faktor-faktor Motivasi Kerja
Untuk mendapatkan motivasi kerja yang dibutuhkan suatu
landasan yaitu terdaptnya suatu motivator. Dan hal ini merupakan hasil suatu
pemikiran dan kebijaksanaan yang tertuang dalam perencanaan dan program yang
terpadu dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan
eksteren dan interen.
Adapun yang
dibutuhkan oleh motivator adalah sebagai berikut:
ü
Pencapain
penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan tujuan dan sasaran.
ü
Penghargaan
terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang telah ditetapkan.
ü
Sifat dan
ruang lingkup pekerjaan itu sendiri (pekerjaan yang menarik dan memberi
harapan ).
ü
Adanya
peningkatan (kemajuan).
ü
Adanya
tanggung jawab.
ü
Adanya
administrasi dan manajemen serta kebijaksanaan pemerintah.
ü
Supervisi.
ü
Hubungan
antara perseorangan.
ü
Kondisi
kerja
ü
Gaji
ü
Status
ü
Keselamatan
dan Kesehatan kerja.
b.
Usaha-usaha Peningkatan Motivasi Kerja
untuk pencapaian tujuan diatas, maka perlu adanya
pembinaan sikap laku yang meliputi seluruh pelaku produksi. Pemerintah,
pengusaha/organisasi pengusaha, karyawan/organisasi karyawan dengan cara
sebagai berikut:
1)
Intern Perusahaan
a.
penjabaran
dan penanaman pengertian serta tumbuhnya sikap laku dan pengamalan konsep Tri
Dharma.
ü
Rumongso
handarbeni (saling ikut memiliki).
ü
Melu
Hangrungkebi (ikut serta memelihara, mempertahankan dan melestarikan).
ü
Mulat seriro
hangroso wani (terus menerus mawasdiri).
b. Secara
fisik, maka sarana-sarana motivatif yang langsung berkaitan dengan kerja dan
tenaga kerja diusahakan peningkatan menurut kemampuan dan situasi-situasi
perusahaan
2) ekstern
perusahaan
penanaman kesadaran bermasyarakat dan kesadaran
bernegara antara lain melalui penataran P4.
2. Kedisplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam
perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan
atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang
berlaku.
Disiplin
dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri agar tidak melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila
Dari
pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah
laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Adanya hasrat
yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma,
etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
- Adanya
prilaku yang dikendalikan.
- adanya
ketaatan (obedience)
Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin,
jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu,
kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut
memainkan peranan dalam pencapaian tujuan.
Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur,
mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara
kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin.
Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas maka disiplin
mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja produktif.
Disiplin mempunyai pengertian yang
berbeda-beda dan dari berbagai pengertian itu dapat kita sarikan beberapa hal
sebagai berikut:
a.
Kata
disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti pengajaran,
latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu sorang
yang belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline
dengan disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau
aliran.
b.
Latihan yang
mengembangkan pengedalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi.
c.
Kepatuhan
atau ketaatan (obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau
etik, norma dan kaidah yang berlaku dala masyarakat.
d.
Penghukuman
(punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai prilaku
yang dikendalikan (controlled behaviour).
Dengan rumusan-rumusan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa, disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau
ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan baik oleh pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat untu tujuan tertentu.
Disiplin dapat pula diartikan pengendalian
diri agar tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan falsafah dan moral Pancasila.
Disiplin nasional adalah suatu kondisi yang merupakan perwujudan sikap
mental dan perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan
terhadap ketentuan, peraturan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Etos
Kerja.
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu
produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana
kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang
terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
Usaha untuk
mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan
produktivitas yang bykan saja produktivitas individu melainkan juga
produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Untuk itu dapat ditempuh berbagai
langkah seperti:
a.
Peningkatan
produktivitas melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan
yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental
pembangunan, sikap atau watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan
inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko, sistematis dan skeptis.
b.
Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan
berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan
kreativitas, produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja. Berbagai pendidikan
kejuruan dan politeknik perlu diperluas dan ditingkatkan mutunya.
c.
Dalam
melanjutkan dan meningkatkan pembangunan sebaiknya nilai budaya Indonesia terus
dikembangkan dan dibina guna mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan dan
memperkokoh kesatuan.
d.
Disiplin
nasional harus terus dibina dan dikembangkan untuk memperoleh rasa sikap mental
manusia yang produtif .
e.
Menggalakkan
partisipasi masyarakat, maningkatkan dan mendorong agar terjadi perubahan dalam
masyarakat tentang tingkah laku, sikap serta psikologi masyarakat.
f.
Menumbuhkan
motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan \, baik
untuk pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup lainnya, sementara itu
upah merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya itu.
Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara
teratur dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan
langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang diahrapkan untuk
membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif sebagai faktor dominan
masyarakat pembangunan dalam menuju tahap tinggal landas.
4. Keterampilan.
Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun
manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian
setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila
yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah
hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan
produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan
percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan
termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa era tinggal
landas hanya dapat kita wujudkan bila kita benar-benar memiliki konspe waktu
yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian
dapat meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa
yang maju dan modern.
5.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik
melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan
teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992)
mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh
terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul
serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang
memberikan dasar penting untuk pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:
a.
Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
b.
Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan
berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila dan hukum kesadaran hukum kunci
penting untuk menegakkan disiplin.
c.
Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri
(self control) yang merupakan hakikat disiplin, nilai agama tidak boleh
dipisahkan dari setiap aktivitas manusia peranan nilai-nilai keagamaan itu juga
dijadikan bagian penting dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang diarahkan membina disiplin
nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia mengamalkan Pancasila.
BAB
VII PENUTUP
Produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas,
tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab terdahulu, adalah suatu ratio, suatu
perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu tingkat
efisiensi. Produksi berkaitan dengan kuantitas, sedangkan produktivitas adalah
hasil persatuan dari suatu input (masukan). Jadi merupakan perbandingan antara
output (hasil) dan input (masukan).
DAFTAR PUSTAKA
Sinungan, Muchdarsyah, 2005, Produktivitas Apa dan
Bagaimana. Jakarta, Bumi Aksara
Tarwaka,
dkk, 2004, Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja
dan produktivitas. Surakarta. Uniba Press.
Artikel dari
Internet
ü http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga Kerja Dari
Perspektif Sosial)
ü Antoni., Student Ph.D Fakulti
Universiti Kebangsaan Malaysia, 2007, Gaya
Kepemimpinan Dan Produktivitas Kerja,
ü
Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan
Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional Pd Seminar Gerakan
Produktivitas Nasional“ pada tanggal 13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja
RI, Jakarta.
5 Fungsi Produksi Jangka Pendek yang Perlu Diketahui
Mekanisme pasar dibentuk oleh adanya faktor interaksi terhadap
jumlah permintaan dan penawaran. Hadirnya pelaku bisnis sebagai pihak produsen
memiliki peran penting dalam memenuhi angka permintaan dari pasar, dan sebagai
ganti dari aktivitas tersebut pelaku bisnis akan memperoleh keuntungan. Dari
segi bisnis, disitulah letak tujuan dari berlangsungnya sebuah kegiatan
produksi, yaitu menghasilkan sebuah output berupa produk barang maupun
jasa. Dalam produksi terdapat sebuah serangkaian proses yang saling
terintegrasi untuk membentuk sebuah mekanisme yang mendukung terselenggaranya
kegiatan produksi, proses tersebut mencakup cara mendapatkan input
yang berupa faktor-faktor produksi beserta cara pengolahannya hingga
terciptanya sebuah hasil yang berupa produk
ads
Berkaitan dengan faktor produksi, kegiatan produksi merupakan
sebuah proses atau cara untuk menggunakan sumber daya yang termasuk didalamnya
berbagai faktor-faktor produksi untuk diolah dan dimanfaatkan dalam
menghasilkan sebuah produk yang berupa barang dan jasa. Dengan adanya proses
tersebut dapat disimpulkan jika fungsi akhir dari sebuah produksi adalah untuk
memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat dan melihat perubahan selera
masyarakat terhadap tawaran-tawaran produk yang disampaikan. Fungsi produksi
pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi
produksi jangka panjang, dimana yang dimaksud dengan produksi jangka panjang
adalah setiap elemen faktor produksi dapat ditambah jumlahnya atau berubah-ubah.
Produksi jangka pendek adalah penggunaan faktor produksi dibagi menjadi dua
jenis, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel, maksudnya
adalah terdapat jenis faktor produksi yang sebagian tidak dapat ditambah atau
dikurangi jumlahnya, sedangkan faktor produksi variabel adalah jenis faktor
produksi yang memiliki sifat yang berubah-ubah. Tantangan dalam produksi jangka
pendek adalah bagaimana cara menghasilkan suatu produk yang disatu sisi
terdapat sumber daya tetap atau terbatas dan disisi yang lain sumbernya
berubah-ubah atau tak menentu.
Dari tantangan tersebut dapat disimpulkan jika fungsi produksi
jangka pendek meliputi banyak hal, antara lain.
- Menentukan Besarnya Jumlah Hasil Produksi
Kondisi perekonomian suatu negara memiliki dampak terhadap
berlangsungnya kegiatan usaha. Semakin baik pertumbuhan ekonomi, semakin baik
pula kegiatan usaha yang berjalan, karena kedua-duanya memiliki peran yang
saling menguatkan satu sama lainnya. Meskipun pertumbuhan ekonomi dikatakan
mengalami perbaikan, namun pada kenyataannya inflasi tetap terjadi dan dilihat
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Berkaitan dengan kegiatan
usaha, tentu inflasi memberikan banyak pengaruh dalam mengubah struktur dan
perencanaan dalam bisnis. Tuntutan kenaikan upah merupakan ruang yang paling
sering disinggung dalam menghadapi setiap perubahan inflasi yang dalam
kehidupan sosial menguras kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok
dan daya beli terhadap barang dan jasa
Kondisi ini akan mengganggu kestabilan kegiatan usaha, dimana
upah yang naik secara langsung akan membebani perencanaan anggaran dalam
bisnis. Hasil produksi akan menurun jika tidak diimbangi dengan penambahan
jumlah modal, disinilah letak tantangan dalam produksi jangka pendek. Penentuan
kebijakan yang tepat sangat diperlukan dalam menghadapi masalah ini yang dari
tahun ke tahun akan mengalami kejadian serupa. Karena bagaimanapun tujuan
produksi adalah mampu memenuhi jumlah permintaan pasar, sehingga sangat
dibutuhkan sebuah pemilihan solusi yang berimbang, apakah solusi itu
mengarahkan suatu perusahaan untuk mempertahankan jumlah anggaran dengan
konsekuensi terjadinya PHK (Pemberhentian Hak Kerja) untuk menyeimbangkan
neraca keuangan, ataukah mencari alternatif bahan baku untuk menyesuaikan jumlah
anggaran
Menentukan Kebutuhan Jumlah Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam
menggerakkan kegiatan usaha, baik mulai dari tenaga kerja terdidik, terampil,
maupun buruh pada dasarnya memiliki porsi masing-masing dalam struktur pelaku
produksi. Faktor tenaga kerja berdasarkan sifatnya dapat dikatakan selalu
berubah-ubah, baik dari segi jumlah maupun standard pemberian upah. Dalam
produksi jangka pendek sering disebut sebagai biaya variabel, dimana
kebutuhannya tergantung pada hasil produksi yang ingin dicapai maupun
disesuaikan dengan jumlah modal yang telah dialokasikan dalam kegiatan bisnis.
Dapat dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja merupakan tolak ukur dalam melihat
kemungkinan jumlah produksi yang bisa dihasilkan dalam jangka waktu tertentu
Melihat realita pengupahan di Indonesia, bisa dikatakan jika
setiap tahun akan selalu mengalami kenaikan, meskipun angka kenaikannya tidak
lebih dari 20% per tahunnya, akan tetapi memberikan dampak pada modal
perusahaan. Yang menjadi pertanyaan adalah siap tidaknya perusahaan menghadapi
perubahan ini setiap tahunnya. Mengurangi jumlah tenaga kerja bukan opsi mutlak
dalam menyikapi tantangan ini, karena jika terjadi peningkatan permintaan akan
membutuhkan banyak tenaga untuk menggerakkan kegiatan produksi. langkah yang
harus dipikirkan menghadapi tantangan seperti ini dengan memusatkan pada profit
dari kegiatan produksi, apakah itu dengan strategi harga ataupun dengan cara
efisiensi terhadap penggunaan teknik produksi
Menentukan Besarnya Modal
Dalam produksi terdapat sebuah hukum yang menerangkan tentang
besarnya input sesuai dengan hasil yang akan diciptakan. Artinya adalah jika
kemampuan modal akan sebanding dengan kemampuan hasil dari sebuah kegiatan
produksi. Hal ini mengingat akan pentingnya memiliki ketersediaan modal yang
cukup untuk mendapatkan faktor-faktor produksi yang sesuai dengan tujuan
bisnis. Bicara tentang modal, terdapat suatu sifat yang harus diperhatikan
dalam produksi jangka pendek, yaitu secara umum modal dikategorikan sebagai
biaya tetap, maksudnya adalah besarnya modal merupakan unsur yang statis,
dimana jumlahnya tidak dapat dikurangi maupun ditambah. Sehingga dengan
memperhatikan kekuatan modal yang dimiliki dan melihat perubahan dinamika
faktor produksi lainnya, maka akan menjadi penentu dalam menentukan kebijakan
terhadap proses produksi yang dijalankan
Karena penambahan modal bisnis tidak dapat dimungkinkan, maka
langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan produksi adalah dengan cara
menyehatkan aliran cashflow perusahaan. Dengan menjaga aliran cashflow
bertujuan untuk memusatkan besarnya profit yang diperoleh untuk digunakan
sepenuhnya sebagai modal, sehingga modal secara keseluruhan merupakan modal
awal dan modal hasil bisnis. Dengan menggunakan langkah ini akan meminimalkan
ketergantungan terhadap suntikan modal baru baik dari pemilik bisnis maupun
dari para investor, dan secara keseluruhan dengan menjaga besarnya jumlah modal
awal yang telah ditentukan dalam perencanaan produksi akan mempermudah
pengawasan terhadap hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh
Mengurangi Biaya Produksi
Dengan jumlah modal yang tidak bisa ditambah maupun dikurangi,
dapat diartikan jika biaya produksi juga tidak bisa ditambah maupun dikurangi
baik untuk menambah jumlah tenaga kerja dan sumber-sumber daya produksi, karena
akan berkaitan dengan kemampuan produksi. Dengan melihat kondisi yang ada,
sangat dibutuhkan adanya tindakan efisiensi dalam menjalankan kegiatan produksi
dan pemanfaatan modal yang dimiliki. Kegiatan usaha harus memaksimalkan setiap
potensi yang dimiliki, termasuk dalam memperhatikan aset yang mampu
mendatangkan banyak keuntungan. Dengan memilah-milah segala elemen dalam
kegiatan usaha, dapat digunakan untuk mengurangi biaya produksi untuk kegiatan
yang tidak penting.
- Mengikuti Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi membawa pengaruh yang cukup besar dalam
perubahan teknik produksi. Hadirnya teknologi mampu memberikan kemudahan dalam
menjalankan kegiatan usaha. Disamping itu semakin berkembangnya teknologi, terdapat
beberapa yang justru biaya dari penerapan teknologi itu semakin murah, sehingga
sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai teknik produksi baru. Penerapan
teknologi dapat digunakan untuk menggantikan peran manusia dalam beberapa hal
dalam kegiatan produksi. Dengan bantuan teknologi, sangat memungkinkan
terjadinya percepatan langkah dalam mendapatkan informasi yang akan memberikan
kemudahan untuk mengetahui perubahan selera masyarakat dari tahun ke tahunnya,
perubahan ini berkaitan dengan penyesuaian gaya hidup dan kebiasaan baru
masyarakat
Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat akan meningkatkan produktivitas kegiatan usaha, termasuk
dalam menciptakan berbagai inovasi-inovasi menarik untuk menjawab kebutuhan
masyarakat terhadap produk-produk yang sesuai dengan perkembangan trend yang
ada. Semakin produktif kegiatan usaha, maka akan membentuk kegiatan ekonomi
kreatif, dimana pelaku usaha akan selalu berlomba-lomba untuk mengikuti
perkembangan masyarakat yang ada berdasarkan perubahan perilaku mereka, hal ini
berguna untuk menawarkan berbagai produk yang sesuai dengan selera dan
kebutuhan mereka.