Makalah Riwayat Hidup Sokrate dan Pengikut Ajarannya - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Sabtu, 04 Mei 2019

Makalah Riwayat Hidup Sokrate dan Pengikut Ajarannya

 

 

Riwayat hidup sokrates

          Sokrates lahir di Athena pada tahun 470-399 SM. Ayahnya seorang pembuat patung dan ibunya seorang bidan. Meskipun pada mulanya Sokrates berkeinginan untuk mengikuti jejak ayahnya sebagai pembuat patung, namun kemudian jalan pikirannya berubah arah dari pembentuk batu jadi patung menjadi pembentuk watak manusia. Masa hidupnya hamper sejalan dengan perkembangan sofisme di Athena. Pada hari tuanya Sokrates melihat kota tempat kelahirannya mengalami kemunduran, setelah mencapai puncaknya gilang gemilang.
            K. Bertens mengatakan bahwa sokrates sendiri tidak menuliskan apa-apa, sehingga untuk memahami corak pemikiran filsafatnya tidak dapat mempergunakan buah pena Sokrates sendiri. Melalui bantuan sumber-sumber lain yang memberikan kesaksian tentang kepribadian dan ajaran Sokrates. Namun demikian ditemukan kesulitan dimana sumber-sumber dimaksud tidak menggambarkan Sokrates dan keaktifannya dalam bidang filsafat.
            Untuk mengetahui ajaran Sokrates, para ahli sejarah filsafat banyak bersandar kepada atau pemikiran plato. Problemanya adalah bahwa Plato dalam tulisannya banyak menuangkan pendapatnya sendiri yang seakan-akan keluar dari mulut Sokrates. Meskipun demikian murid-murid Sokrates memberikan “muatan” sendiri terhadap ajaran gurunya, namun terdapat suatu kesamaan pendapat, yaitu tentang metode Sokrates. Tujuan filsafat Sokrates adalah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Pemikirannya berbeda dengan kaum sopis yang menganggap semua kebenaran itu realatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Dalam hal ini berpendapat bahwa kebenaran bersifat tetap dan harus dicari.
            Metode yang digunakan Sokrates biasanya disebut dialektika, dari kata kerja Yunani “dialegesthai” yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Aristoteles memberikan catatan mengenai metode dialektik Sokrates berupa dua penemuan yang berkenaan dengan dasar ilmu pengetahuan, yaitu penemuan induksi dan penemuan definisi. Penemuan induksi digunakan Aristoteles dalam logikanya tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan pengetahuan yang umum, sebagaimana yang pernah dilakukan Sokrates. Ia bertolak dari contoh-contoh konkret dan dari situ disimpulkan pengertian-pengertian yang umum.

B. Ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
1.   Socrates mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2.   Socrates mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan. Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya mencapai definisi yang lebih lengkap.
3.   Tujuan dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya lewat  pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4.   Socrates menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun tak dapat dilepaskan dari etika.
5.   Etika Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6.   Socrates mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan kesehatan dan harmoni jiwa.
7.   Dalam ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga merupakan bagian dari akal budi universal.
Pada tahun 400 atau 399 Socrates diadili oleh para pemimpin demokrasi baru. Tuduhan yang dibacakan di depan pengadilan raja Archon adalah bahwa:
1.   Socrates tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan praktik-praktik agama yang baru, dan
2.   Socrates merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman mati.
  C. Pengikut – Pengikut Socrates
Setelah Sokrates meninggal ada pengikut – pengikut sokrates selain Plato yang ditunjukan dengan nama “ The minor Socratics”, artinyya pengikut – pengikut Sokrates yang kecil. Maksudnya bahwa hanya Plato dipandang sebagai pengikut Sokrates yang “besar”. Pengikut – pengikut kecil itu meneruskan beberapa aspek dari filsafat Sokrates, tetapi mereka juga dipengaruhi oleh aliran – aliran lain, khususnya madzhab Elea dan kaum sofis.
a.      Mazhab Megara
Mazhab ini didirikan oleh pengikut Sokrates yang bernama Eukleides dari Megara. Ia mencoba memperdamaikan “yang ada” dari madhab Elea dengan “yang baik” dari Sokrates.

b.      Mazhab Elis dan Eretria
Phaidon dari Elis adalah kawan sewaktu Plato tetapi lebih muda dari dia. Plato memakai namannya untuk dialog yang mempercakapkan hari terakhir Sokrates dalam penjara. Rupannya Phaidon terutama mengajar mengenai persoalan – persoalan dalam bidang etika.
Menedemos dari Eretria adalah murid Phaidon. Kemudian ia mendirikan suatu madzhab di kota Eretria. Terutama ia menaruh perhatiannya kepada persoalan – persoalan berhubungan dengan dialektika.
c.       Mazhab Sinis (The Cynic School)
Tokoh utama ialah Antisthenes. Ia mengajar dalam gymnasion di Athena yang bernama Kynosarges. Dalam bidang etika ia beranggapan bahwa manusia mempunyai keutamaan, bila ia tahu melepaskan diri dari barang jasmani dan segala macam kesenangan.
d.      Mazhab Hedonis
Aristippos adalah murid adalah murid Sokrates yang dianggap sebagai pendiri mazhab Kyrene. Madhab ini juga dinamakan madhab hedonis, karena ajarannya dalam bidang etika. Aristippos dan murid – muridnya menyetujui pendapat Sokrates bahwa keutamaan tidak lain daripada mencari “yang baik”. Akan tetapi seorang bijaksana tidk akan mengejar kesenangan tanpa batas, karena kesenangan yang tidak terbatas pada akhirnya mengakibatkan kesusahan. Yang harus dikejar adalah maksimum kesenangan yang disertai oleh minimum kesusahan. Jadi, dalam perspektif hedonisme, pengendalian diri dan pertarakan perlu sekali untuk mencapai cara hidup yang ideal.




D. Faktor-faktor penyebab fokus filsafat Socrates tertuju pada manusia
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor penyebabnya anatara lain:
a.      Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan kejamakan (diversity)
b.      Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini, para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi atau tidak?

E. Filsafat Kaum Sofis dan Filsuf-Filsufnya

a)     Kaum Sofis
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi sofisme merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang dalam filsafat. Istilah Sofis yang berasal dari kata sophistes mempunyai pengertian seorang sarjana atau cendekiawan. Di kemudian hari sebutan Sofis mempunyai pengertian yang kurang baik karena Sofis diartikan sebagai orang-orang yang pekerjannya menipu dengan omongan besar, dengan memakai alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi korbannya yakin dengan apa yang dikatakan si Sofis. Para Sofis tersebut pekerjannya berkeliling kota untuk memberikan ajarannya dengan imbalan jasa atau uang.
Di atas telah disebutkan bahwa timbulnya kaum Sofis karena akibat dari minat orang terhadap filsafat. Akan tetapi, terdapat tiga faktor yang mendorong timbulnya  kaum  Sofis, yaitu sebagai  berikut :
a.        Perkembangan secara pesat kota Athena  dalam bidang politik dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian juga para ahli pikir atau kaum intelektual yang mengunjungi koota Athena.  Dengan demikian kota Athena menjadi kota yang berkembang sangat pesat dalam bidang intelektual  maupun bidang kultural.
b.      Setelah kota Athena mengalami keramaian penduduknya yang bertempat tinggal, maka kebutuha dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi karena desakan kaum intelektual. Lebih-lebih  kota Athena sebagai pusat politik sehingga peranan pendidikan sangat penting untuk mendidik kaum mudanya.
c.       Karena pemukiman perkotaan bangsa Yunani biasanya terletak di pantai, kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat dihindari lagi. Akibatnya, orang-orang Yunani banyak mengenal berbagai kebudayaan, dan sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan. Sehingga dengan terbukanya masyarakat Yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-orang Yunani menjadi dinamis dan berkembang.

b)    Tokoh-Tokoh Sofisme

1.       Protagoras
Protagoras lahir sekitar tahun 485 SM di kota Abdera di daerah Thrake. Seringkali ia datang ke Athena dan dimintai oleh Perikles untuk mengambil bagian dalam mendirikan kota perantauan Thuriori di Italia Selatan pada tahun 144.
Ajaran-ajaran Protagoras :
Ø  Ajaran tentang pengenalan
Dalam buku yang berjudul Atletheya (kebenaran) terdapat tuturan Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H.Diels yaitu manusia adalah ukuran untuk segala-galanya (untuk hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada). Pendirian ini disebut relativisme, artinya kebenaran dianggap tergantung pada manusia. Manusialah yang menentukan benar, tidaknya, bahkan ada tidaknya sesuatu.

Ø  Seni Berdebat
Dalam karangan yang berjudul Antilogiai (pendirian-pendirian yang bertentangan). Dalam karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada hubungannya dengan relativisme dalam karangannya yang berjudul Atletheya. Para musuh kaum sofis menafsirkan gagasan ini dalam arti moral. Mereka memberikan kesan seolah-olah Protagoras berpendapat bahwa perbuatan yang sama serentak dapat dicela dan serentak dapat dipuji, sehingga sesuatu yang baik dijadikan sesuatu yang buruk dan sebaliknya. Namun, oleh tradisi Yunani disampaikan kesaksian bahwa Protagoras mempunyai tabiat yang luhur dan dihormati oleh umum.

Ø  Ajaran Tentang Negara
Dalam karyanya yang berjudul “Tentang Keadaan Yang Asli”, Protagoras memberikan suatu teori tentang asal usul Negara. Teori ini dipengaruhi di satu pihak oleh pengalaman yakni bahwa tiap-tiap Negara mempunyai adat kebiasaan sendiri. Protagoras berpendapat bahwa Negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia.

Ø  Ajaran Tentang Allah-Allah
Dalam karya Protagoras yang berjudul Peritheon perihal Allah-Allah. Protagoras mengemukakan bahwa mengenai Allah-Allah, “saya tidak merasa sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak ada dan saya juga tidak dapat menentukan hakekat mereka. Hal tersebut dikarenakan berbagai halangan yaitu bersifat kaburnya pokok yang bersangkutan maupun pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang Allah-Allah dapat disebut suatu skeptisisme artinya tidak mungkin mencapai kebenaran. Hal tersebut sesuai dengan anggapan relatifistis yang dianut Protagoras.




2.      Gorgias
Gorgias lahir di Leontinoi di Sisilia sekitar tahun 483 SM. Pada tahun 427 SM, dia datang ke Athena. Sebagai sofis, ia mengelilingi kota-kota Yunani terutama Athena dimana dia mengalami sukses besar. Hal tersebut dikarenakan luar biasa fasih lidahnya dalam berbahasa. Ia dijunjung tinggi sebagai guru. Dia memiliki banyak murid. Ia meninggal dalam usia 108 tahun pada tahun 375 SM.
AjaranGorgias :
Gorgias menulis sebuah buku yang berjudul “Tentang Yang Tidak Ada” atau “Tentang Alam”. Dalam buku ini, ia mempertahankan tiga pendirian, antara lain:
Ø  Tidak ada sesuatu pun
Ø  Seandainya sesuatu ada, maka ia tidak dapat dikenal.
Ø  Seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang lain.
Ada sejarawan yang berpendapat bahwa maksud dari ketiga pendirian Gorgias adalah bahwa Gorgias bukan saja menganut suatu skeptisisme (anggapan bahwa kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan juga memihak pada nihilism (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun yang bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-pendirian itu mengandung maksud Gorgias sendiri.
3. Hippias
Ia adalah kawan sebaya Socrates. Dia berasal dari kota Elis. Ia dibicarakan dalam dialog Plato yang berjudul (Hippias Maior dan Hippias Minor”. Ia menguasai banyak lapangan keahlian terutama ia berjasa besar dalam bidang ilmu ukur.
Ajaran Hippias :
Ia memberikan pernyataan yang bertolak belakang dengan kaum sofis lainnya. Ia beranggapan bahwa kodrat manusiawi merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat. Ia berfikir demikian karena relativisme merupakan suatu hal yang tidak pasti.



4.      Prodikos
Prodikos berasal dari pulau Keos, Dania. Ia merupakan kawan sebaya Sokrates.
Ajaran Prodikos :
Prodikos menganut suatu pandangan hidup yang psimistis.  Kematian dianggapnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan dalam hidup manusia. Prodikos juga berpendapat tentang asal usul agama. Menurut prodikos bahwa agama merupakan penemuan manusia. Bermula dari manusia memuja tenaga-tenaga alam sebagai dewa. Misalnya matahari, bulan, sungai-sungai dan pohon-pohon. Jadi, ia berpendapat bahwa agama merupakan ciptaan manusia. Ia menyangka bahwa do’a itu kelebihan saja.

5.      Kritias
Kritias berasal dari Athena, ia lebih muda dari Socrates. Ia memerankan  peranan penting dari ajaran politik kota itu.
Ajaran Kritias :
Kritias berpendapat tentang agama bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa Negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut hukum tetapi selalu ada  pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Oleh sebab itu, penguasa-penguasa membalas juga dengan pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.

F. Perbedaan antara filsafat Pra-sokrates dengan filsafat sesudahnya
Ada perbedaan antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a.      Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia, peradaban dan kebiasaan manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos, bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles: “Ada banyak mukjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari manusia”.
b.      Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.
Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c.       Perbedaan juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran ,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi penyair, filsafat mitologi, agam dll).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot