Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam (Makalah)





Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Di dunia Timur (Islam)


Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat dikalangan umat Islam adalah kata hikmah atau hakim. Sehingga kata hakim ditempatkan pada kata filusuf atau hukum Al-Islam (hakim-hakim islam) Islam dalam perjalanannya telah menempuh waktu yang cukup lama yakni 15 tahun. Dalam perjalanan yang demikian panjang terdapat lima abad perjalanan yang menakjubkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke-7 hingga abad ke-12. Dalam kurun waktu lima abad itu para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia di dalam hubungannya dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan dengan menggunakan akal pikirnya. Mereka berpikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga lahirlah para filsuf Islam yang mempunyi kemampuan tinggi karena kebijaksanaanya.

Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat dua macam kekuatan dalam berfikir, antara lain sebagai berikut :[4]

1.      Para ahli pikir Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

2.      Para ulama menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal ketauhidan.



Dari sekian banyak ulama Islam, ada yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat Islam (pemikiran filsafat yang berdasarkan ajaran Islam), tetapi ada juga yang menyetujuinya. Ulama yang berkeberatan terhadap pemikiran filsafat ini berpendapat bahwa “adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid’ah dan menyesatkan. Al-Qur’an tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan dan ditakwilkan menurut akal pikir manusia, tetapi Al-Qur’an untuk diamalkan sehingga dapat dijadikan tuntunan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan ulama yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran filsafat ini, berpendapat bahwa pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi dan kandungan Al-Qur’an dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk berpikir tentang dirinya sendiri, tentang alam semesta dan mengimani Tuhan Sang Pencipta.

Dalam sejarah perkembangan pemikiran filsafat di dunia islam ini terdapat beberapa ahli pikir yang memiliki kemampuan tinggi karena kebijaksanaannya, yang mana mereka menekankan pada metode berpikir yang sistematis, analitis serta kritis.



Para ahli pikir tersebut antara lain : [5]



1.         Al-Kindi

Nama Al-Kindi ini merupakan  cikal bakal terbentuknya Banu Kindah, yaitu suku keturunan kindah yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan cukup dikagumi orang.

Dalam sejarah hidupnya, Al-Kindi mengahasilkan beberapa karya. Kebanyakan dari karyanya ini berbentuk makalah, tetapi jumlahnya amat banyak sekitar 200 lebih. Salah satunya dalam bidang filsafat. Menurut George N. Atiyeh, karangan makalah Al-Kindi itu sebanyak 270. Karangannya ini pernah diterbitkan oleh Prof. Abu Ridah (1950) dengan judul Rasail Al-Kindi Al-Falasifah (makalah-makalah filsafat Al-Kindi).



2.         Al-Razi

Al-Razi berlatar belakang sebagai seorang yang senang mempelajari ilmu kimia, tak heran jika kedua matanya buta akibat dari eksperimen yang dilakukannya. Di kota kelahirannya yaitu kota Rayy, ia lebih sering dipanggil sebagai seorang dokter, sehingga ia dipercayakan memimpin rumah sakit kota oleh gubernur. Al-Razi termasuk orang yang aktif berkarya, karyanya ini kebanyakan berbentuk buku, seperti ilmu fisika, kimia, logika, matematika dan astronomi.



3.         Al-Farabi

Al-Farabi mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibnu Thorhan Al-Farabi. Nama Al-Farabi diambil dari nama kota dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ia hijrah ke kota Baghdad yang pada waktu itu disebut sebagai kota ilmu pengatahuan. Beliau menimba ilmu kepada Suraj tentang tata bahasa Arab, dan mantiq (logika) pada Bisyr Matta Ibn Yunus.



Karya dari Al-Farabi antara lain :

1)      Al-Jami’u Baina Ra’yi Al-Hakimain Afalatoni Al-Hahiy Wa Aristho-thails (pertemuan/ penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles)

2)      Tahsilu as Sa’adah (mencari kebahagiaan)

3)      As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan)

4)      Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)

5)      Arroo’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan)



4.         Ibnu Sina

Ibnu Sina memiliki nama lain Abu Ali Al Husain ibn Abdullah ibn Sina. Berasal dari kota Avicenna. Beliau belajar Al-Qur’an dengan menghafalnya dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu umum seperti astronomi, matematika, fisika, logika, kedokteran dan ilmu metafisika. Beliau menguasai ilmu kedokteran ketika umurnya belum mencapai 16 tahun. Sungguh kecerdasan dan prestasi yang sangat menakjubkan tentunya.

Hasil karya dari Ibnu Sina antara lain seperti As-Syifa, merupakan buku filsafat yang terpenting dan terbesar dan terdiri dari 4 bagian, yaitu logika, fisika, matematika dan metafisika. Kemudian buku An-Najat, merupakan buku ringkasan dari buku As-Syifa, dan lain sebagainya.



5.         Ibnu Maskawaih

Ibnu maskawaih termasuk filosuf islam yang memusatkan pemikirannya kepada etika islam. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim ahmad bin ya’qub bin maskawaih.





Karya dari Ibnu maskawaih antara lain :

1)      Kitab Al-Fauz Al-Ashgar (tentang ketuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika))

2)      Kitab Thabarat Al-Nafs, (tentang etika)

3)      Kitab Al-Jami’, (kitab tentang ketabiban)

4)      Kitab Al-Adwiyah, (tentang obat-obatan)

5)      Kitab Al-Mustaudi, (tentang kumpulan syair-syair pilihan, dll)



6.         Al-Ghazali

Al-Ghazali ini memiliki nama lengkap yang cukup unik yaitu Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid Al-Ghazali. Lahir dikota thus, suatu kota di Khurasan. Setelah ayahnya meninggal, Al-Ghazali kemudian diasuh oleh seorang ahli tasawuf. Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqh pada Syekh bin Muhammad Ar Rasikani. Beliau hijrah ke Nishabur dan belajar kepada Al haromain. Dari sinilah mulai terlihat ketajaman otaknya yang luar biasa dan menguasai beberapa ilmu seperti mantiq (logika), falsafah dan fiqh madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya itulah imam Al Haromain mengatakan bahwa Al-Ghazali itu adalah “Lautan  Tak Bertepi . . . “

Karya-karya Al-Ghazali meliputi berbagai macam ilmu pengetahuan seperti ilmu kalam (theologi islam), fiqh (hukum islam), akhlak tasawuf dan masih banyak lagi. Diantara karyanya terdapat beberapa kitab yang terkenal seperti Ihya Ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama) yang dikarangnya beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerusalem, Hijaj dan Yus, yang berisi paduan indah antara fiqh, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal dikalangan muslim tapi juga dikalangan dunia barat dan luar islam.



[4] Ahmadi, Asmoro. 2007. Pengantar Ilmu dan  Sejarah Filsafat. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Hal.85.



[5] Mustofa, Ahmad. 2004. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit kanisius.hal.79-89.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Sponsor

Close Button
CLOSE ADS
CLOSE ADS