BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita
temui ada beberapa orang yang kurang beruntung dengan kondisi fisik mereka,
seperti anak yang mengalami cerebral
palsy atau tunanetra. Namun, dengan segala keterbasan yang ada kita masih
dapat memaksimalkan kemampuan mereka, apalagi bagi anak-anak yang tidak
mengalami hambatan fisik. Beberapa contoh kegiatan berikut dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan kinestetik tubuh, antara lain:
Menari, menari disini tidak hanya melakukan gerakan tari baku,
seperti tari lilin, paying. Namun, melakukan gerakan-gerakan dengan irama
tertentu yang diiringi dengan musik. Saat menari di tuntut pula kemampuan lain,
seperti memperhatikan, meniru gerakan, dan mamadankan gerakan dengan musik.
Bermain peran, melalui kegiatan bermain peran anak akan menggerakkan
tubuh sesuai dengan peran yang dimainkan, misalnya saat bermain peran sebagai
guru maka anak akan memperlihatkan gaya tubuh, mimik wajah, dan suara, seperti
guru.
Drama, buatlah sebuah drama prndek yang di dalamnya tercakup
berbagai faktor yang saling terkait, misalnya ada gerak tubuh, ekspresi wajah,
kominikasi antar pemegang peran, dan kemungkinan musik pengiring.
Olahraga, kegiatan olahraga, apakah itu dilakukan melalui klub
olahraga ataupun kegiatan bersama yang dilakukan dengan guru dan orang tua,
dapat melatih dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kecerdasan Bodily kinesthetic
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang menekankan kemampuan
gerak, serta sangat senang dengan dunia olahaga, performance, dan menari.
Kecerdasaan ini menekankan pada kemampun seseorang dalam menangkap infomasi dan
mengelolanya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki dan
tangan. Pada anak usia prasekolah merupakan masa – masa dimana mereka aktif bergerak meniru sesuatu yang mereka lihat.
2.2
Kemampuan Kinestetik Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Disini saya akan membahas tentang kemampuan
kinestetik pada anak sesuai indikator yang dapat dicapai anak pada usia 5-6
tahun khususnya kinestetik dalam bidang olahraga. Dimana gerakan-gerakan
tersebut dapat dilakukan melalui permainan, misalnya :
a)
Berjalan dengan Menaikkan dan Menurunkan Badan
Anak berjalan dengan aktivitas-aktivitas normal dan arahnya
lurus. Anak kemudian berjalan berlahan-lahan sambil
menurunkan badanya sampai menurut mereka cukup rendah,
lalu ketika sudah sampai pada jarak yang ditentukan,
anak berjalan seperti biasa kembali. Setelah itu anak berjalan
berlahan-lahan sambil meninggikan badannya setinggi-tingginya
seperti anak meraih i sesuatu, lalu setelah sampai pada
jarak yang sudah ditentukan, anak berjalan seperti biasa
kembali. Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Pada
saat menurunkan dan menaikkan badan, pastikan tubuh memiliki
keseimbangan yang baik.
2)
Ketika
badan sudah turun di bawah, posisi kaki tetap memungkinkan
anak untuk bisa melangkah.
3)
Jika anak merasa akan jatuh, gunakan ke dua
tangan sebagai
penompang badan.
4)
Pastikan tempat yang digunakan aman untuk
anak.
b) Berjalan Mengikuti Pola Suatu Garis
Aktivitas
berjalan untuk mengikuti pola suatu garis. Anak–anak dapat mencobanya terlebih
dahulu pada suatu garis yang sudah disiapkan sebelumnya, kemudian anak bias melakukannya
sendiri. Jika sudah melewati garis dengan baik, seorang
anak atau suatu kelompok bisa mendisain pola suatu garis
sebisa mereka, yang kemudian dicobanya sendiri dan menjelaskan
apa maksud dari garis tersebut.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Anak
– anak harus berjalan hati – hati ketika melewati belokan–belokan
atau tikungan – tikungan di garis pola.
2)
Berjalanlah
mengikuti garis dengan memperhatikan keseimbangan
tubuh.
3)
Sediakan kertas lebar dan kapur tulis sebagai
media untuk
menulis garis yang akan dilewatinya.
c) Memantulkan Bola ke Tembok
Anak melempar
bola dengan cara dipantulkan ke tembok kemudian
menangkapnya dengan memindahkan
anggota badan ke arah bola. Aktivitas ini dapat
dilakukan dengan cara
berpasangan yaitu dengan cara memantulkan bola ke tembok
kemudian pantulan bola tersebul diambil oleh pasangan
anak. Aktivitas akan lebih menantang jika anak saling
melempar bola dengan ketinggian tertentu.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Lemparan
bola tidak terlalu keras sehingga pantulan bola tidak terlalu jauh untuk
dijangkau anak.
2)
Tekanan
udara bola harus cukup. Jangan terlalu kasar sehingga
pantulan bola tidak terkontrol, dan jangan terlalu lembek
sehingga bola tidak bisa memantul.
3)
Jarak antar pelempar jangan terlalu jauh
karena kemampuan
melempar anak terbatas, dan jangan terlalu dekat karena
tidak ada ruang untuk memantul.
d)
Melompat
dengan Awalan
Caranya hampir sama dengan lompat jauh, tapi aktivitas ini dapat dilakukan dalam ruangan dengan menyediakan matras yang diatur agar betul– betul aman untuk pendaratan anak. Anak secara satu persatu bergantian melompat dengan
awalan yang secara teknis dikuasainya, kemudian harus mendarat di atas mtras. Awalan berlari harus diperharikan karena berkatan dengan lebar dan panjang matras yang dipakai.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Ambilah
jarak awalan yang cukup aman.
2)
Melompatlah pada
patokan garis yang sudah ditentukan.
3)
Mendaratlah dengan kedua kaki secara baik.
4)
Gunakan kedua
tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
e)
Melompat
Melewati Penanda
Anak –anak
melewati penanda dengan ketinggian yang sudah
ditentukan yang disesuaikan dengan kemampun umum
mereka. Diawli dengan melompat tanpa penanda, kemudian
anak diberikan penanda untuk melompat dengan tingkat
ketinggian yang terus ditingkatkan. Pendaratan tetap
harus menggunakan matras. Keselamatan anak
tetap menjadi prioritas utama agar tidak terjadi
cedera.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Awalan diambil
dengan jarak yang cukup memadai.
2)
Aturan kecepatan
berlari pada
saat mengambil awalan sebelum
berlari dengan sebaik – baiknya.
3)
Menumpulah
sebaik – baiknya di penanda tumpuan.
4)
Angkatlah kedua kaki dengan keseimbangan yang
baik ketika melewati penanda. Mendaratlah dengan kedua kaki sebaik – baiknya.
f) Meloncat Melewati Penanda
Anak – anak berdiri tegak di samping
penanda. Mereka mulai dengan mengangkat dengan
salah satu kaki lalu
meloncat melewati penand secara bergantian antara kaki
kanan dan kaki kiri. Jika anak dapat mekakukannya, semakin lama penanda akan semakin
ditinggikan.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Meloncat dengan
menggunakan kaki terkuat untuk menumpu
badan.
2)
Perhatikan ketingian penanda mudah,
terjangkau, atau sulit
dilewati anak.
3)
Perhatian anak
harus berfokus pada pergantian kaki karena
harus menumpu dengan satu kaki secara bergantian.
g) Meloncat Melewati Tali
Sebuah tali direntangkan dengan ketinggian
tertentu yang dapat diloncati anak. Anak mencoba
meloncati tali tersebut dan
mendarat dengan kedua kakinya secara aman.
Setelah berhasil meloncatinya, anak mengulangi kembali
loncatan dari arah yang berlawanan atau dari arah
tempat anak mendarat. Gunakan kaki terkuat sebagai
tolakan. Ketinggian tali bisa dinaikkan sesuai kebutuhan.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1) Perhatikan
ketinggian tali, apakah mampu dilewati anak
atau tidak. Jangan sekali– kali
memaksa anak
jika anak tidak mampu melewatinya.
2) Gunakan kaki terkuat untuk menumpu dan mendaratlah dengan kedua kaki dengan
aman dan baik.
3) Gunakan
ayunan kedua lengan untuk menaikkan dan mendaratkan
badan dengan keseimbangan yang baik.
4) Intruksi
semua intruksi guru agar tidak terjadi benturan
antara anak yang sudah selesi melompat dengan
yang masih akan melompat.
h) Meloncat ke Dalam kotak dan Lingkaran
Buatlah beberapa
garis yang berbentuk kotak dan lingkaran
yang sesuai
dengan bentuk zig–zag. Setiap anak mencoba
meloncat kedalam garis tersebut dengan bertumpu
pada kedua kaki dan mendarat pada kaki kiri, kemudian
melakukan loncatan ke kotak berikutnya dengan
kaki kanan, sampai seluruh kotak tersebut selesai dimasuki.
Akan lebih baik menggunakan garis saja, bukan alas
dari bahan tertentu yang akan menyebabkan kaki anak
terpeleset karena mungkin saja ada yang pendaratannya
tidak masuk ke dalam kotak.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Media lingkaran
yang dipakai harus aman untuk anak.
2)
Anak melakukan pendaratan
terakhir dengan menggunakan
kedua kaki dengan aman.
3)
Gunakan kaki terkuat untuk menjadi tumpuan.
4)
Lebar lingkaran
aman dan cukup untuk kaki anak.
i)
Meluncur
dari Atas ke Bawah dengan Papan Luncur
Hampir semua
anak tahu tempat luncuran di area bermain
dan disana ada papan yang didesain khusus untuk
meluncurkan badan dari atas ke bawah ( papan luncur/prosotan).
Anak naik ke atas papan luncur, lalu berdiri
di ujung papan luncur dan mengambil posisi duduk.
Doronglah badan dengan kedua tangan sehingga badan
akan meluncur secara perlahan kemudian semakin cepat
dan sampai di tempat pendaratan dengan baik dan selamat.
Gunakan kedua kaki untuk bantuan pendaratan yang
baik sehingga bisa mengurangi resiko sehingga badan
kurang terkontrol. Pada waktu yang sama, berhati–hatilah setelah meluncur dari
papan luncur an sampai di bawah,
anak hrus segera ke pinggir, jika tidak ia akan tertabrak
temannya yang sedang meluncur. Hindari bermain
di ujung luncuran bagian atas karena dapat terjadi
aksi dorong – dorongan yang akan menyebabkan anak
jatuh dari ketinggian yang membahayakan.
Adapun standar
Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)
Anak meluncur
harus dengan urutan peraturan yang sudah
ditetapkan.
2)
Anak meluncurkan
badan dengan meletakan badan dengan
meletakkan kaki
kemudian membungkukkan badandengan
posisi duduk.
3)
Mendaratlah
dengan kedua kaki dengan baik.
2.3 Cara Mengasah Seni Tari Dalam Kecerdasan
Bodily Kinesthetic
John
Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa gerak betul-betul
merupakan substansi baku dari tari. Lebih lanjut ia mengemukakan
bahwa gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan
manusia. Gerak bukan hanya terdapat pada denyutan-denyutan
diseluruh tubuh manusia untuk tetap menghayati kehidupan manusia, tetapi
gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional
manusia. Badan adalah cermin dari jiwa manusia. Pada dasarnya substansi
pokok dari tari adalah gerak. Gerak merupakan gejala yang paling primer
dari manusia, dan gerak merupakan alat yang paling tua bagi manusia,
untuk menyatakan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk refleksi
spontan dari gerakan-gerakan yang terdapat di dalam jiwa manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat. Sebaliknya, gerakan
di tempat disebut gerak di tempat (John Martin dalam Soedarsono
1972: 3).
Tari
adalah gerakan badan (tangan dsb) yang berirama dan biasanya diiringi
bunyi-bunyian (musik, gamelan, dsb) Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988: 414). Pembelajaran tari yang dimaksud disini yaitu pembelajaran
tari yang sederhana tidak dengan patokan-patokan. Bisa juga
dengan membuat gerakan-gerakan berirama, dan gerakan ini tidak harus
berbentuk tarian (Astini 2008: 55). Karena gerakan-gerakan yang dipakai dan digunakan adalah
gerak-gerak bebas sebagai hasil kreatifitas anak sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, dan juga menumbuhkan ide-ide kreatif siswa yang bertujuan untuk
mengolah kecerdasan body kinestetik yang dimiliki siswa. Pembelajaran
tari pada anak dapat membantu perkembangan otak, karena melalui kegiatan tari,
anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dalam mengembangkan kemampuan
mengekspresikan gerak sesuai daya imajinasi anak. pendapat Suharni Nany (2004:
1) menyatakan bahwa tarian dan gerakan yang menyenangkan dengan iringan musik
harus menjadi kegiatan harian anak. Salah
satu media pembelajaran yang sangat menarik dan
menyenangkan adalah seni tari dalam upaya pengembangan aktifitas
motorik secara terus menerus. Melalui seni tari serta pengalaman eksplorasi,
anak akan menemukan sesuatu yang menarik yakni cara
mengembangkan kemampuan mengekspresikan gerak secara ritmik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai
dan memelihara tubuh anda, dan membuatnya berfungsi seefisien
mungkin untuk anda. Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik dalam mengontrol tubuh seseorang dengan sangat cermat
(2005: 153). Sedangkan menurut James (2005: 153) kecerdasan tubuh itu dapat
memungkinkan terjadinya hubungan
antara pikiran dan tubuh yang diperlukan agar berhasil dalam berbagai aktifitas seperti menari, melakukan pantomim, berolah
raga, menguasai seni bela diri dan memainkan drama.
Daftar
Pustaka
Y kwartolo.2012.Jurnal kecerdasan bodily kinesthetic. Jakarta:
Bpk Penabur