BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membahas tentang ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar di PAUD sesungguhnya menjangkau pembahasan yang cukup luas. Banyak ahli yang menelusuri tentang jangkauan wilayah pengelolaan lingkungan belajar pada level TK atau prasekolah ini. Di antara pembagian yang paling populer adalah membagi lingkungan belajar ke dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan belajar di dalam kelas sering disebut dengan lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar diluar kelas yang sering disebut dengan lingkungan belajar outdoor.
Dalam penyelenggaraannya baik
pengelolaan hal-hal yang bersifat fisik, yakni yang terkait dengan kelengkapan
materiil, ukuran luas, berat, arah, dan sebagainya. Maupun pengelolaan yang
berupa nonfisik yakni pertimbangan rasa aman, pertimbangan
minat dan rasa ingin tahu anak, pertembingan kebebasan berekspresi,
pertimbangan membangun percaya diri dan aktualisasi diri, pertimbangan
kemampuan menyalurkan emosi, serta pertimbangan kegembiraan dan kesenangan
anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LINGKUNGAN
BELAJAR INDOOR
Sasaran dalam pengelolaan
lingkungan belajar dalam ruang atau indoor
dimulai dari mengenali keberadaan ruangan yang akan digunakan tempat
belajar bagi anak. Hal-hal yang menjadi perhatian setidaknya meliputi ukuran
ruangan, arah ruangan, keadaan lantai, keadaan dinding, keadaan atap dan
lain-lain yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan belajar nantinya.
Jika semua hal yang menyangkut
ruangan telah teramati cukup baik, maka untuk keperluan selanjutnya sebaiknya
semua data dicatat secara cermat. Kemudian kita dapat melangkah pada pengamatan
dan penentuan pusat-pusat belajar yang telah ada dan yang ingin dikembangkan
selanjutnya di TK. Bebarap pusat atau area belajar yang ada di lingkunagn
belajar indoor, adalah :
1. Area
balok
Area balok ini membantu
perkembangan anak dalam berkontruksi terutama mengembangkan kemampuan
visual dan matematika peserta anak usia dini. Model pembelajaran sentra ini
sangat bermanfaat untuk diterapkan kepada peseta didik paud karena sangat
bermanfaat untuk mengembangkan potensi yang dimilik oleh setiap individu.
2. Area
bermain peran
Area bermain peran sangat mendukung peserta didik
pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Seperti peserta didik diajak
untuk bermain peran upacara setiap hari senin dengan di dampingi oleh gurunya.
3.
Area keimanan dan ketaqwaan
Area keimanan dan ketaqwaan merupakan pembelajaran berbagai
kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Area ini anak melakukan kegiatan bermain
mengenal agama islam yakni seperti rukun islam, anak diajak bermain sambil
menghafal rukun islam ada 5 (syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji), belajar
tentang rukun iman , shalat , mengaji, dan mengucapkan kalimat syahadat. Area
ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan beragama sejak
dini dan dapat membentul pribadi yang cerdas dan berperilaku sesuai norma
agama. Dalam area ini dapat disajikan buku cerita islam, miniatur bangunan
ibadah, gambar-gambar yang bernuansa islam.
4. Area seni
Area seni bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat dan ketrampilannya.
Seperti contoh ketrampilan tangan, disini peserta didik diajarkan untuk
melipat, mengggunting, mengelem , mewarnai , membuat prakarya. Dll. Di Area ini
anak bermain sambil belajar mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian ,
kerja sama dan tanggung jawab.
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang
akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir
tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan
mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan
belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak.
Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya
hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
Jika semua peralatan yang dibutuhkan untuk seluruh pusat
belajar telah terpenuhi, maka lebih lanjut para pengelola lingkungan belajar
perlu memikirkan hal-hal yang akan dapat menyempurnakan keadaan lingkungan
belajar yang diperlukan. Hal-hal tersebut, misalnya berupa pengelolaan ruangan
sumber belajar atau tempat penyimpanan alat permainan Edukatif (APE),
pengelolaan lemari dan loker anak, pengelolaan ruang istirahat anak,
pengelolaan ruang makan anak, dan Bahkan jika jika memungkinkan, mereka dapat
membuat program pelibatan orang tua dengan kegiatan di TK sehingga pengadaan
kebutuhan belajan indoor dapat lebih
terpenuhi.
B. LINGKUNGAN BELAJAR OUTDOOR
Kegiatan di luar ruangan merupakan bagian tak
terpisahkan dari program pengembangan dan belajar anak. Untuk itu agar
lingkungan belajar outdoor bermanfaat
secara efektif dapat membantu perkembangan dan belajar anak, maka hal tersebut
harus menjadi bagian yang dikelola serius oleh pihak sekolah dan para guru.
Adapun aspek-aspek yang termasuk ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar outdoor secara umum adalah :
1.
Penataan lokasi kegiatan dengan berbagai sarananya,
2.
Penanganan pagar sekolah secara tepat,
3.
Pengelolaan tanah lapang,
4.
Perawatan dan penanganan permukaan tanah,
5.
Pembuatan naungan atau atap agar kegiatan tetap
nyaman meskipun terik atau hujan, dan
6.
Pengelolaan gudang outdoor untuk penyimpanan berbagai barang dan alat kegiatan.
Secara lebih khusus, hal-hal yang menjadi
sasaran pengelolaan lingkungan belajar di luar ruangan adalah penempatan
berbagai sarana bermain, pengelolaan kebun sekolah sebagai bagian dari tempat
belajar anak, pengelolaan sarana untuk kegiatan pertukangan, pengelolaan sarana
untuk kegiatan pengembangan fisik.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di
luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu
perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar
fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual.
Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan
pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah, misalnya saja:
1.
Tangga yang dipasang di tanah
2.
Luncuran
3.
Ayunan
4.
Terowongan mini (misalnya: ban yang dikubur
setengahnya ) dan terowongan yang lebih panjang untuk merangkak
5.
Kayu atau bangku rendah untuk dikangkangi atau dipanjat
6.
Papan/board dengan pegas atau jembatan gantung
yang rendah
7.
Atap untuk rumah-rumahan
8.
Tempat bangunan balok
9.
Jalur untuk mainan yang ditarik/didorong dan
ditunggangi
10. Tempat bermain pasir dan
air
11. Lingkungan alamiah,
seperti pohon, semak belukar, dan bunga.
Di samping hal-hal di atas, hal-hal yang
dianggap menarik bagi anak perlu juga menjadi garapan dalam mengelola outdoor, di antaranya :
1.
Jalan untuk kendaraan. Tempat berpermukaan
keras dapat membentuk jalan sepeda roda tiga, kereta/mobil, atau kereta mainan
beroda empat yang berkembang/meluas melalui ruang outdoor dan kembali pada poin awalnya. Jalan harus cukup lebar
untuk memungkinkan dilewati. Jalan yang melengkung lebih menarik, namun tidak
boleh ada perputaran sudut kanak, karena ini menyebbkan kecelakaan.
2.
Area bermain pasir. Karena rea pasir outdoor melibatkan tubuh anak keseluruhan, area pasir harus
mencukupi setidaknya untuk dua puluh anak. Untuk mencegah tumpang tindih dari
tempat pasir (dan karenanya anak melakukan agresi), area pasir harus sempit.
Sungai pasir yang berkelok-kelok secara estesis lebih menyenangkan dibandikan
dengan kotak yang membujur. Anak-anak harus memiliki permukaaan kerja yang
datar, seperti papan-papan atau batu-batu datar, di samping atau di dalam
tempat pasir tersebut. Area bermain pasir outdoor
harus memiliki penutup untuk anak-anak bermain, terjaga dari lalu lalang
yang tidak diinginkan, melindungi tempat itu dari pembuangan air dari tempat
yang berdekatan atau bersebelahan, dan membantu menjaga pasir tetap berada
dalam area bermain pasir tersebut. Area bermain pasir harus terlindung, namun
tersinari cahaya matahari yang murni dan kering. Air harus tersedia sehingga
pasir tidak kering sama sekali, dan sumber air harus ada pada sekeliling area
bermain pasir yang mengalir keluar dari area pasir.
3.
Kolam renang atau area
bermain air. Aktivitas permainan air outdoor
harus memungkinkan permainan yang lebih berenergi dibandingkan dengan
aktivitas air di dalam ruangan. Kolam renang harus memiliki permukaan untuk
jalan kaki yang tidak licin dan kedalaman air sesuai dengan ukuran anak.
Temperature air harus sesuai dengan kondisi anak. Untuk TK yang tidak memiliki kolam
renang, dapat dibuat kolam renang buatan dari plastik atau bahan lainnya yang
tidak membahayakan anak yang diberi air melalui pompa dengan air.
4.
Kebun.outdoor harus dipagari untuk
melindunginya dari binatang atau dari terinjak-injak secara tidak disengaja.
Kebun harus sempit mungkin dua kaki lebarnyah, untuk meminimalkan perlunya anak
yang berkebun untuk melangkahnya kakinya ke kebun ( secara khusus penting
ketika bidang tanahnya berlumpur ). Kebun yang sempit dapat menciptakan suatu
bentuk yang secara estetis menyenangkan jika kebun itu parallel dengan
pagbar-pagar yang lurus atau pohon-pohon yang melingkar.
5.
Kandang binatang
outdoor. Kandang
binatang outdoor harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing
binatang; yang ditempatkan pada suatu tempat yang memiliki saluranbuang yang
baik yang ternaungi dari panas dan angin yang berlebihan; dan di dekat sumber
air dan gerbang pengiriman. Karna vandalisme, program-program harus memasukkan
binatang dengan basis hanya satu hari saja.
Sedangkan yang terpenting adalah, perlu dipikirkan dan dipastikan
bahwa lingkungan belajar luar betul-betul aman bagi anak. Tentunya untuk
menjamin dan menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya
dirancang pula program untuk pengawasan. Terlepas dari perbedaan keadaan dari
setiap TK yang dikelola, lingkungan belajar outdoor
hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.
Area outdoor
harus memenuhi aturan keamanan yang memadai, seperti yang telah ditegaskan
di atas.
2.
Area outdoor
harus melindungi dan meningkatkan karakteristik alamiah.
3.
Desain harus didasarkan pada kebutuhan anak dan
dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan(yakni:fisik,kognitif,social,dan
emosi)
4.
Area outdoor
harus memberikan kesempatan untuk aktivitas yang mirip dengan
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di dalam ruangan (indoor space). Harus adaa tempat yang menantang perkembangan total
anak. Johnson, Christie, dan yawkey mengurutkan empat tipe pengalaman bermain:
1. Permainan atau latihan
fungsional yang melibatkan praktik dan pengulangan aktivitas motorik kasar;
2. Permainan konstruktif
yang melibatkan penggunaan materi-materi seperti cat atau pasir untuk
diciptakan/dibentuk
3. Permainan drama atau
permainan pura-pura yang sering kali dilaksanakan dalam tempat tertutup, dan
4. Permainan kelompok atau
permainan yang melibatkan lebih dari satu orang anak (misalnya,jungkat-jungkit,
permainan yang memiliki aturan, dan sering kali permainan drama.). howard
membahas Sembilan center aktivitas di
tempat bermain yang dapat memenuhi empat tipe permainan ini. Kesembilan center aktivitas ini adalah :
1.
Penggalian,
2.
Permainan air,
3.
Permainan drama,
4.
Memanjat,
5.
Mendorong/menarik atau mengendarai,
6.
Konstruksi,
7.
Lari bebas,
8.
Berkebun, dan
9.
Diam.
5. Area outdoor secara estetis harus
menyenangkan. Ruang outdoor harus menarik bagi semua indra. Beberapa kualitas
desain (misalnya: sensualitas, kecemerlangan, penempatan, dan pajajaran yang
berlawanan) harus dipertimbangkan dalam mendesain tempat bermain yang dapat
menstimulasi rasa ingin tahu dan kepekaan indra anak.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang
akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir
tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan
mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan
belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak.
Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya
hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor
semua sarana dan area belajar di luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana
yang efektif dalam membantu perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh,
baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun
pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap
mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah
DAFTAR PUSTAKA
Mariyana, rita, ali
nugraha dan yeni rachmawati. (2010). Pengelolaan
lingkungan belajar. Jakarta: kencana.
Tags:
MAKALAH