A. Definisi Filsafat Secara
Umum
Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam
dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Adapula yang mengatakan filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu.
B. Definisi Ilmu Secara
Umum
Ilmu adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya. Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indra masing-masing
individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu
dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, definisi ilmu bisa
berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri.
1. Pengertian Filsafat
Menurut Para Tokoh
a. Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed.
dan Mustakim, S.Pd.,MM, Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”.
Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti
: ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis;
“philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan
“falsafah” dalam bahasa Arab.
b. Plato ( 428 -348 SM ) Filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
c. Aristoteles (384 – 322 SM)
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika. Dan kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
d. Rene Descartes Pelopor
filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke-17 yang terkenal dengan
ucapannya: “Cogito ergo Sum” (karena berpikir, maka saya ada) sebagai landasan
filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran yang
fundamental atau pengalaman yang asasi.
e. Al Farabi Filsafat adalah ilmu
( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
f. Cicero (106 – 43 SM ) Filsafat
adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
g. Johann Gotlich Fickte
(1762-1814 ) Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
h. . Paul Nartorp (1854 – 1924)
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan
manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
i.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
didalamnya tercakup empat persoalan. Apakah
yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)Ø Apakah yang seharusnya kita kerjakan?
(jawabannya Etika)Ø Sampai
dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)Ø Apakah yang dinamakan manusia?
(jawabannya Antropologi)Ø j.
Notonegoro Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
j.
Prof. Dr. N. Driyarkara S. J. Filsafat adalah pikiran
manusia yang radikal, dengan mengenyampingkan pendapat-pendapat dan
pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba memperlihatkan pandangan
yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Pandangan
diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhir atau sebab pertama (filsafat
causes), dan tidak diarahkan kepada sebab yang terdekat (secundary causes),
sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemampuannya.
k. Harold H. Titus (1979 )
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
l.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.
m. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. Filsafat
ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara
sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
n. Bertrand Russel Filsafat
adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian
akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
2. Pengertian Ilmu Menurut
Para Tokoh
a. Prof. DR. Mohammad Hatta
Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya
tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
b. Prof. DR. A. Baiquni (Guru
Besar Universitas Gadjah Mada) Science merupakan general consensus dari
masyarakat yang terdiri dari para scientist.
c. Prof. DR. M. J. Langerveld
(Guru Besar pada Rijk Universiteit di UtrechtBelanda) Pengetahuan ialah
kesatuan objek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana
objek itu dipandang oleh subjek sebagai diketahuinya.
d. Ralph Ross dan Ernest Van Den
Haag Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke-empatnya
serentak
e. Karl Pearson Ilmu adalah
lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana.
f. Ashley Montagu Ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
g. Harsojo Ilmu merupakan
akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat
diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai
suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka“.
h. Afanasyef Ilmu adalah segala
yang diketahui manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan
alam dan konsep-konsep, katagori dan hukumhukum, yang ketetapannya dan
kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
i.
Communality, The Liang Gie 1991 Ilmu adalah sekumpulan
proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar
dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji
kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum
j.
Haberer 1972 Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia yang
merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam
masyarakat.
k. J.D. Bernal 1977 Ilmu adalah
suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan
manusia.
l.
E. Cantote 1977 Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia
yang mempunyai makna dan metode.1977 -1992 10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Filsafat dan
Ilmu
A. Pengertian
Filsafat
Filsafat dapat
dijabarkan dari perkataan “philosopia”. Kata “philos” berarti cinta dan kata
“sopos” berarti kebijaksanaan/pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini berasal
dari bahasa Yunani yang berarti: “Cinta Akan Kebijaksanaan” (Love Of Wisdom).
Sesuai tradisi, Pythagoras dan Socrates-lah yang mula-mula menyebut diri
“philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum “sophis”, kaum terpelajar
pada waktu yang menamakan mereka itu hanyalah semu belaka. Sebagai protes
terhadap kesombongan mereka itu, maka Socrates lebih suka menyebut dirinya
“Pecinta Kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mengetahui pengetahuan yang
luhur (sophia) itu. Mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya itu maka ia
tak mau berkata bahwa ia mempunyai, memiliki atau menguasai. Oleh karena luas
dan dalamnya filsafat itu, maka perang tidak akan dapat menguasai dengan
sempurna dan orang tidak akan pernah mengatakan selesai belajar. Sudut praktis
yang sesungguhnya mengenai arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai manusia
itu. Dengan demikian, dapat diberikan definisi filsafat sebagai berikut:
`Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab yang pertama atau
prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akal budi
manusia` Dari definisi tersebut, jelas yang menjadi objek materialnya
(lapangannya) ialah segala sesuatu yang dipermasalahkan filsafat. Sedangkan
objek formalnya (sudut pandangnya) ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam
dari segala sesuatu, sampai kepada penyebab yang tidak disebabkan , ada yang
disebabkan, ada yang mutalk ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) ialah
Allah itu sendiri. Mengenai “ada” yang tidak mutlak adalah segala ciptaan
Tuhan, sewaktu-waktu bisa punah di muka bumi ini apabila sudah ada saatnya
sesuai dengan hukum alamatau hukum Allah (sunnatullah).
B. Cabang-cabang
Filsafat
1. Epistemologi, yaitu menyoroti
dari sudut sebab pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran manusia.
2. Kritik ilmu, adalah cabang
filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang
digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang
diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas
filsafat.
3. Ontologi, sering disebut
metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan
atau segala sesuatu sejauh itu ”ada”.
4. Teologi Metafisik,
membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau Logos (ilmu) tentang theos (Tuhan)
menurut ajaran dan kepercayaan.
5. Kosmologi, membicarakan
tentang kosmos atau alam semesta hal ihwal dan evolusinya. Filsuf yang berperan
antara lain Pitagoras, plato dan ptolemeus.
6. Antropologi, berkaitan dengan
filsafat manusia mempelajari manusia sebagai manusia, menguraikan apa atau
siapa manusia menurut adanya yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan
akal budinya yang murni.
7. Etika, atau filsafat moral
adalah bidang filsafat yang mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari
semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan
hidupnya.
8. Estetika, sering juga disebut
filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
pengalaman, bentuknya hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan rohani.
9. Sejarah filsafat, sejarah
filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para pemikir besar,
tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang
menguasai pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu. Adanya
bidang kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat yang terdiri dari
cabang-cabang/bagian-bagian pokok filsafat, misalnya filsafat tentang: a.
Bahasa b. Sejarah c. Kebudayaan d. Hukum e. Ekonomi f. Administrasi g. Politik h.
Ilmu-ilmu pengetahuan: Ilmu Matematika, Ilmu Alam, Ilmu Teknik i. Agama, dll
Dengan demikian dapatlah kita simpulkan sebagai berikut:
1. Objek filsafat ialah segala
sesuatu yang ada
2. Sudut pandangaannya ialah
sebab-sebab yang terdalam
3. Sifat filsafat ialah
sifat-sifat ilmu pengetahuan
4. Metode filsafat ialah metode
perenungan (contemplation) yang spekulatif
5. Jalan filsafat dalam usaha
mencari dan menemukan jawaban atas segala pertanyaan hidup dan kehidupan
manusia adalahdengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau budi nurani
(ratio) dan tidak berdasarkan kepada wahyu Allah atau pertolongan istimewa dari
agama/Tuhan.
C. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima/ya‟lamu yang berarti
tahu/mengetahui. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge.
Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi
setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi,
sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut: “Ilmu
adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing sesuatu
lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas
tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang
masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan
secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.” Menurut Prof. DR.
Mohammad Hatta: “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.”
Sejalan dengan perkembangan
zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan
modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang
dihadapi manusia. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut
ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan khusus itu bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat lahirnya
Zaman Renaissance (misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika). Bentuk ilmu yang
lain (Ilmu Pengetahuan) bertujuan membantu manusia dalam mempermudah
pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejahterakan manusia. Disegi lain, dapat
pula bertujuan menyusahkan atau menghancurkan manusia, apabila ilmu dan
teknologi itu dipergunakan untuk tujuan perang dengan menciptakan senjata
mutakhir.
3.2 Hubungan dan Perbedaan
Filsafat dengan Ilmu
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu
khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek
material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat,
ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah
filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik
antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan
pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan
keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan
yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati
yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga
mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian
dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu
bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat
sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005). Hubungan filsafat
dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Filsafat mempunyai objek yang
lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus
lapangannya saja.
2. Filsafat hendak memberikan
pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang
terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu
mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu mengatakan “bagaimana”
barang-barang itu (to know ..., technical know how, managerial know how ...,
secundary causes, and proximate explanation) - Filsafat mengatakan “apa”
barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes, highest
principles, and ultimate explanation)
3. Filsafat memberikan sintesis
kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.
4. Lapangan filsafat mungkin sama
dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua
pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling
melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya
masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada ilmuan yang ingin
menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain. Misalnya, apabila ada seorang
dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya
melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu
menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga
kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat dan
ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat
dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat
Segi-segi yang dipelajari Mencoba merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar
dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak
membatasi segi pandangannya pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek
penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan yang
ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem
nilai tertentu. makna, misalkan , religi, kesusilaan, Bertugas memberikan
keadilan dsb. jawaban Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan
perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah
kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat. Berikutnya kita akan melihat
bagaimana hubungan keduanya dengan agama, sebagai berikut :
1. Ketiganya baik ilmu, filsafat
maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.
2. Dalam pencarian kebenaran
(obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing mempunyai metode,
sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.
3. Ilmu bertujuan mencari
kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi
Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat
dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos
(manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.
3.3 Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut dapat di
lihat dari berbagai objek, yakni: v Obyek material [lapangan] Filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu
segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan
empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. v Obyek formal [sudut pandangan] Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,
dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv
teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan
pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih
mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memberikan
penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam,
yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause] Filsafat = berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal
tanpa ada eksperimen. Sedangkan ilmu selalu
dengan eksperiman untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya.
3.4 Pengaruh Filsafat
Terhadap Perkembangan Ilmu
Bagaimana
filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada beberapa alasan yang mengacu
pada pertanyaan ini, yakni untuk mendapatkan ilmu, seseorang hendaknya berada
atau ikut andil dalam proses mengenyam ilmu dalam dunia pendidikan. Dalam
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan ini sangat kontras dengan
“proses berfikir”. Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya tentang
bagaimana proses terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang
telah dikenal oleh semua orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa
berenang di dalam air dengan sirip-sirip kecil mereka, sementara burung dengan
kedua sayapnya mampu terbang tinggi di angkasa? Kedua pertanyaan ini sangat
kontras dengan cara dan proses berfikir
mereka. Lalu seorang guru tersebut akan mulai berfikir untuk menemukan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan siswanya. Dari sini, guru tersebut akan mencoba
menjelaskan teori yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan
menghubungkannya dengan kekuasaan Yang Maha Esa, lalu mengajak para siswanya
untuk berfikir mengenai hal itu secara logika. Nah, secara tidak langsung
mereka telah berfilsafat. Sesuai dengan pengertian dasar filsafat yakni
“berfikir untuk mencari kebenaran”. Jadi, walaupun mereka tidak menyadari bahwa
mereka telah terjun dalam berfikir secara filsafat, tetapi sesungguhnya mereka
telah berfilsafat. Begitu pula dengan sistem pengajaran dalam dunia pendidikan
yang sekarang berbeda dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah bukti
bahwa ilmu telah mengalami perkembangan yang signifikan. Jika di masa yang lalu
guru dituntut untuk lebih aktif dalam mengajari para siswanya, sehingga setiap
pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terfokus pada jawaban guru tersebut.
Dapat dikatakan bahwa setiap pertanyaan tersebut mutlak akan dijawab oleh guru.
Tetapi sistem pengajaran di zaman sekarang telah sangat berbeda dan mengalami
perkembangan. Pihak-pihak yang berperan penting dalam dunia pendidikan telah
berfikir kefilsafatan sehingga muncullah ide-ide baru yang lebih efektif dalam
proses belajar mengajar di dunia pendidikan yang sekarang. Jika di masa yang
lalu guru mutlak menjawab segala pertanyaan siswa, di zaman sekarang siswa
dituntut untuk lebih aktif. Jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka
guru akan mengembalikan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain lagi untuk
menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh siswa yang dapat menjawab,
maka barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan tersebut kemudian
menjawabnya, tetapi tetap dituntut untuk memancing pendapat para siswanya untuk
lebih mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Di sinilah proses berfikir secara
filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan ilmu dalam dunia pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah
bahwa filsafat tidak termasuk ruang lingkup ilmu pengetahuan yang khusus.
Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu, tetapi obyeknya tak terbatas. Filsafat
dapat mempengaruhi ilmu, karena dalam memperoleh ilmu tersebut seseorang dengan
sendirinya, tanpa direncanakan sebelumnya akan mulai untuk berfilsafat.
Walaupun mungkin tidak semua orang menyadari bahwa saat berfikir dan menanyakan
sesuatu, ataupun saat berfikir dan menjawab sesuatu mereka sebenarnya sedang
berfilsafat. Mengenai pendapat para tokoh yang di antaranya adalah Plato, Rene
Descartes dan yang lainnya menyadari bahwa berfikir itu adalah sesuatu yang
sangat berharga, serta meyakini bahwa berfilsafat berarti berpangkal kepada
suatu kebenaran yang hakiki. Juga seperti yang dikatakan oleh Maurice Marieau
Ponty “Jasa dari filsafat itu terletak dalam sumber penyelidikannya, yakni
eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia.” Lalu,
mengenai hubungan filsafat dengan ilmu, yakni penting adanya, serta saling
melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya
masing-masing. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmuilmu yang khusus,
mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.
B.
SARAN
Makalah ini masih
memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.
Tags:
MAKALAH