MINERAL PRIMER
Mineral
primer adalah mineral tanah yang umumnya mempunyai ukuran butir fraksi pasir (2
– 0,05 mm). Contoh dari mineral primer yang banyak terdapat di Indonesia
beserta sumbernya disajikan dalam .
Tabel 1. Beberapa jenis mineral
primer
Mineral
|
Sumber utama
|
Olivin
|
Batuan volkan basis dan ultra
basis
|
Biotit
|
Batuan granit dan metamorf
|
Piroksen
|
Batuan volkan basis dan ultra
basis
|
Plagioklas
|
Amfibol Batuan volkan intermedier
hingga ultra basis
|
Muskovit
|
Batuan intermedier hingga basis
Orthoklas Batuan masam
|
Olivin
|
Batuan granit dan metamorf
Kuarsa Batuan masam
|
Analisis
jenis dan jumlah mineral primer dilakukan di laboratorium mineral dengan
bantuan alat mikroskop polarisasi. Pekerjaan analisis mineral primer
dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu pemisahan fraksi pasir dan identifikasi
jenis mineral.
Prinsip
dasar pemisahan fraksi pasir adalah menghilangkan material penyemen yang
menyelimuti atau menyemen butir-butir pasir dan memisahkan butir mineral
berukuran fraksi pasir dari fraksi debu dan liat.Material yang menyeliputi
butir pasir dalam tanah umumnya berupa bahan organik. Namun pada beberapa jenis
tanah, material penyeliput tersebut selain oleh bahan organik, juga oleh besi
(pada tanah merah) dan oleh karbonat (pada tanah kapur). Bahan organik
dihilangkan dengan hidrogen peroksida (H2O2) besi dengan sodium dithionit
(Na2S2O4) dan karbonat dengan Chlorida (HCl).
Setelah
butir mineral terlepas dilakukan pemisahan fraksi pasir dengan menggunakan
ayakan yang berukuran 1-0,05 mm. Jenis analisis mineral primer yang biasa
dilaksanakan adalah fraksi berat, fraksi ringan, dan fraksi total. Untuk
analisis mineral pasir fraksi berat, terlebih dahulu harus dipisahkan antara
pasir fraksi berat dengan fraksi ringan. Yang tergolong dalam mineral pasir
fraksi berat adalah mineral pasir yang tenggelam dalam larutan bromoform dengan
BJ 2,87. Untuk analisis mineral pasir fraksi total, hasil pengayakan bisa
langsung diperiksa.
Indentifikasi
mineral pasir Untuk keperluan identifikasi jenis mineral pasir, diperlukan
lempeng kaca berukuran 2,5 cm x 5 cm, cairan nitro bensol, dan mikroskop
polarisasi. Butir pasir ditebarkan di atas lempeng kaca hingga merata kemudian
ditetesi nitro bensol dan diaduk sampai tidak ada pasir yang mengambang.
Lempeng kaca di taruh di mikroskop dan mulai.Pengamatan dilakukan mengikuti
metode ”line counting” artinya hanya mineral pasir yang terletak pada garis
horizontal pada bidang pandang mikroskop yang dihitung.Untuk analisis rutin
penghitungan dilakukan hingga 100 butir, tapi untuk keperluan penelitian yang
lebih detail, penghitungan dapat dilakukan hingga 300 butir.
MINERAL SEKUNDER
Yang dimaksud
dengan mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral-mineral hasil
pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses
pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan
mineral yang terlapuk. Jenis mineral ini berukuran halus (<2μ), sehingga
untuk identifikasinya digunakan alat XRD.
Contoh dari
mineral sekunder yang banyak terdapat di Indonesia disajikan pada
Tabel 2. Beberapa jenis mineral sekunder
MINERAL
|
KETERANGAN
|
Kaolinit
|
Mineral utama pada tanah Oxisol
dan Utisol
|
Haloisit
|
Mineral utama pada tanah Volkan
Inceptisol dan Entisol
|
Vermikulit
|
Mineral utama pada tanah yang
berkembang dari bahan kaya mika
|
Smektit
|
Mineral utama pada tanah Vertisol
|
Alofan
|
Mineral utama pada tanah Andisol
|
Goetit/Hematit
|
Mineral oksida besi pada tanah
merah Oxisol dan Ultisol
|
Analisis mineral liat terdiri atas pemisahan
fraksi liat dan identifikasi mineral liat.
Pemisahan fraksi
liat
Prinsip dasar
pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan bahan penyeliput dan penyemen, serta
memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir. Dalam proses pemisahan
fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang digunakan untuk
analisis fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik, besi, dan
karbonat bisa dilakukan sekaligus.
Pemisahan
fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk
tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.
Identifikasi
mineral liat
Identifikasi
mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD).
Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng
kramik, setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ +
glycerol, K+ dan K+ dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam .
Prinsip
analisis dengan XRD adalah merekam dan memvisualisasikan pantulan sinar X dari
kisikisi kristal dalam bentuk grafik. Grafik tersebut kemudian dianalisis,
terdiri atas mineral liat apa saja dan relatif komposisinya.
Analisis
mineral liat juga dapat dilakukan dengan contoh berupa serbuk halus (powder).
Analisis ini biasanya dilakukan untuk menganalisis pupuk, mineral standar, atau
mineral primer yang sulit diidentifikasi dengan mikroskop.
Studi mengenai Endapan Mineral tidak bisa terlepas dari dua
proses yaitu proses Alterasi danMineralisasi, proses ini pada umumnya
diakibatkan oleh adanya larutan magma ataupunpersentuhannya dengan atmosfer
bumi, kedua proses ini selalu terjadi bersamaan pada saatterjadi endapan
mineral.Definisi proses Alterasi adalah proses yang mengakibatkan terjadinya
suatu mineralbaru pada tubuh batuan yang merupakan hasil ubahan dari mineral
- mineral yang telah ada sebelumnya yang diakibatkan oleh adanya reaksi antara
batuan dengan larutan magma, yang dimaksud dengan larutan magma adalah
larutan hidrotermal ataupun akibat kontak denganatmosfer. Sedangkan definisi
proses Mineralisasi adalah proses pembentukan mineral barupada tubuh batuan yang diakibatkan oleh proses
magmatik ataupun proses yang lainnya, namunmineral yang dihasilkan bukanlah
mineral yang sudah ada sebelumnya.
Reaksi – reaksi yang berperan penting
didalam proses alterasi (reaksi kimia antarabatuan dengan fluida) adalah :
1.Hydrolisis
2.Hydrasi–Dehidrasi
3.Metasomatisme alkali – alkali
tanah
4.Dekarbonasi
5.Silisifikasi
6.Oksidasi reduksi
7.Sulfidasi, Fluorisasi
8.Silikasi.Zonasi Alterasi dan
mineralisasi Hidrotermal :
Zona Alterasi Hidrotermal dapat
dibagi menjadi lima (5) zona berdasarkan kumpulan mineralubahan yaitu :
1.Zona Potasik Merupakan
alterasi yang ada pada bagian dalam dari suatu sistim hidrotermal dengan
kedalambervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Dicirikan oleh
ubahan mineralBiotite sekunder, K-Feldspar, Kuarsa, serisit dan magnetit.
ubahan dari mineral feldspard yangmerupakan mineral primer penyusun batuan.
2.Zona serisitisasi
(philik)Merupakan zona alterasi yang terletak pada bagian luar dari zona
potasik, dicirikan olehkumpulan mineral ubahan serisit dan kuarsa sebagai
mineral utama dengan pirit yangmelimpahdan sejumlah anhiodrite. Alterasi ini
berhubungan dengan tingginya rekahan bentuk endapannya berupa vein maupun
veinlet yang diisi oleh serisit, kuarsa dan mineral sulfida.
Mineral
dan Bijih
Proses
dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral.
Yang di maksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material
baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis.
Pengertian ekonomis disini adalah berguna dan menguntungkan bagi kepentingan
umat manusia. Factor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah bentuk
jebakan, besar dan volume cadangan, kadar, lokasi geografi serta biaya
ppengolahannya.
Dari
distribusi unsure-unsur logam bad jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam
kulit bumi , menunjukkan bahwa hanya beberapa unsure logam dan mineral saja
yang mempunyyai prosentase relative besar. Karena pengaruh proses dan aktivitas
geologi yang berlangsung cukup lama, prosenttase unsure-unsur dan mineral-mineral tersebut bisa bertambah
banyak pada bagian tertentu karena proses pengayaan, bahhkan akhirnya pada
suatu saat dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis..
Jenis
logam tertentu tidak selalu terdapat di dalam satu macam mineral saja,, tetapi
bisa juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral. Misalnya logam Cu bisa
terdapat pada mineral Kalkopirit, tetapi bisa juga terdapat ppada mineral
kalkosit, bronit atau krisokola.
Sebaliknya satu jenis mineral tertentu sering bisa mengandung lebih dari satu
jenis logam. Keadaan tersebut disebabkan karena logam-logam tertentu sering
terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan asosiasi mineral tertentu
pula. Hal ini erat hubungannya dengan proses kejadian (ganesa) mineral bijih.
Hubungan dan Lokasi Endapan Mineral
Berdasarkan
hasil-hasil penyelidikan di dalam pencarian endapan mineral, ternyata endapan
mineral di dapatkan pada tempat-tempat tertentu dengan kondisi-kondisi geologi
tertentu dan berhubungan erat dengan proses kejadian (ganesa) dan cara
pengendapannya.
Pada
umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang di
akibatkan oleh aktivitas magma dan sering juga terbentuk endapan non logam.
Pembentukan mineral tersebut terjadi baik pada batuan beku sebagai batuan
induknya maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses
magmatis tersebut.
Pembentukan Endapan Mineral
Proses – proses pembentukan endapan mineral – mineral baik
yang memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu
diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta
pemanfaatan dari mineral – mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis
dapat diketahui bagaimana keberadaan dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi penyelidikan , pencarian endapan mineral,
dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak terlepas dari
beberapa faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan distribusi unsur –
unsur kimia, aspek fisika dan biologis.
Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam maupun non logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan
endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan
dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada
karena suatu faktor.Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi
dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan
dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun
menurut M Bateman maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa
proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis
maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral :
1)
Proses
Magmatis. Proses ini
sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi > 600oC stadium likwido magmatis
mulai membentuk mineral-mineral baik logam maupun non logam. Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan pada saat itu.
1. Early
magmatis yang terbagi atas :
a)
Disseminated,
contoh endapannya Intan
b)
Segregasi,
contoh endapan chromit
c)
Injeksi, contoh
magmatik Kiruna
2. Late magmatis
yang terbagi atas :
a)
Residual liquid
segregation, contohnya Magmatis Taberg
b)
Residual liquid
injection ,contohnya magmatik Adirondack
c)
Immiscible
liquid segregation, contohnya sulfida Insizwa
d)
Immiscible
liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.
2) Pegmatisme,
Setelah proses pembentukan
magmatisme, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan
dan gas. Stadium endapan ini ± 600-450oC berupa larutan
magma sisa. Asosiasi batuan umumnya berupa granit.
3) Pneumatolisis,Setelah temperatur mulai turun ±
550 – 450oC akumulasi gas mulai membentuk mineral sampai pada
temperatur 450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena
membentuk jebakan pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin
encer. Unsur volatil akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan
batuan samping disekitarnya kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan yang
diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut endapan
pneumatolitis.
4) Proses
hydrotermal, merupakn proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh
temperatut dan tekanan yang santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini
merupakan unsur volatil yang sangat encer yang terbentuk setelah tiga tahapan
sebelumnya.Secara garis besar endapan hidrotermal dapat dibagi atas
1.
Endapan
hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
–
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
–
Endapan berupa
urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan
intrusi dengan kedalaman yang besar.
–
Asosiasi
mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit
serta oksidasi besi.
–
Pada intrusi
granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.
2.
Endapan
Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :
–
Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
–
Endapannya berasosiasi dengan batuan
beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
–
Tekstur akibat “ cavity filling”
jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain
berupa “crustification” dan “banding”.
–
Asosiasi mineralnya berupa sulfida,
misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.
–
Proses pengayaan sering terjadi.
3.
Endapan
Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
–
Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh paling rendah.
– Tekstur penggantian tidak luas,
jarang terjadi.
– Endapan bias dekat atau pada
permukaan bumi.
– Kebanyakan teksturnya berlapis atau
berupa “fissure-vein”.
– Struktur khas yang sering terjadi
adalah “cockade structure”.
– Asosiasi mineral logamnya berupa Au
dan Ag dengan mineral “gangue”nya berupa klasit dan zeolit disamping kuarsa.
Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling Cavity filling yaitu proses
mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan atau rongga – rongga dalam
batuan yang terdiri atas mineral – mineral yang diendapkan dari larutan pada
bukaan–bukaan batuan. , yang berupa Fissure veins ,Shear-zone
deposits,Stockworks,Ladder veins,Saddle – reefs,Tension crack fillings,Breccia
fillings : vulkanik, Tektonik, dan Collapse,Solution – cavity fillings : Caves
and channels, Gash veins, Pore – space fillings, Vessiculer fillings .
5) Replacement,
atau metasomatic replacement
merupakan proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang
didominasi oleh pembentukan mineral pada endapan Hypothermal dan Mesothermal
dan sangat penting dalam group Epithermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah di bentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol
oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan dominasi pada formasi unsur-unsur
endapan mineral lainnya.Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang
sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara
serentak di mana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi
mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat diartikan bahwa penggantian mineral
membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang di
gantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka.terbagi atas :
Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
6) Sedimenter, terbagi atas endapan besi,
mangan, phospate, nikel dll.
7) Evaporasi, terdiri atas evaporasi laut,
danau, dan air tanah.
8) Konsentrasi Residu dan mekanik, terbagi atas ;
Konsentrasi
Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dll
Konsetrasi
mekanik (endapan placers ), berupa : sungai, pantai, elivial, dan eolian.
9) Supergen
enrichment
10)Metamorfisme, terbagi atas : endapan
termetamorfiskan dan endapan metamorfisme
Zona Alterasi dan Mineralisasi Hidrothermal
Alterasi dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada
suatu batuan dan mineral penyusunnya, baik terjadi perubahan sifat kimia maupun
sifat fisiknya dimana yang disebabkan oleh larutan hidrothermal, proses kimiawi
dan proses Ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan mineral ubahan
(Browne, 1991) sebagai berikut :
- Temperatur. Kenaikan temperatur akan berdampak pada dehidrasi
mineral dan tingkat kristalinitas
- Kimia
Fluida. Komposisi kimia (kandungan ion-ion) dalam larutan.
- Konsentrasi.
Berdampak pada tingkat saturasifluida dalamkaitannya dengan mineral
tertentu.
- Komposisi
batuan samping (host Rock).Durasi Aktifitas atau tingkat kesetimbangan.
- Durasi
aktifitas atau tingkat kesetimbangan
Berdasarkan kumpulan mineral ubahan
maka zona alterasi dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu :
1.
Zona
Potassic
Zona ini tidak selalu hadir dan
merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam sistem hidrothermal
dengan kedalaman bervariasi, umumnya lebih dari beberapa ratus meter.
Alterasi ini disebabkan oleh
penambahan unsur Potassium pada proses
metasomatis dan disertai sedikit
banyak unsur Kalsiu dan Sodium. Dicirikan oleh mineral ubahan ortoklas dan biotit
sekunder atau ortoklas klorite, ortoklas-biotit-klorit, serisit, K-Feldspar,
Kwarsa dan magnetit. Kwarsa hadir dalam bentuk stockwork. Dijumpai core derajat
rendah dengan kandungan klorite dan serisit yang mencolok. Calcopyrite dan
Pyrite memiliki perbandingan 1 : 1 hingga 1 : 3. Endapan dijumpai berupa
mikroveinlet , veinlet atau disseminated.
2.
Zona
Serisitisasi (Phyllic Zone)
Zona serisitisasi ini terletak
dibagian luar zona potassic. Dicirikan oleh kumpulan Kwarsa – Serisit – Pyrite
yang melimpah dan biasanya disertai minor klorit, llit dan rutile. Prophyllite
mungkin hadir. Bagian dalam zona ini didominasi oleh serisit. Volume pyrite
mencapai 10% dari volume batuan dalam bentuk disseminated dan calcopyrite hanya
sekitar 0,5%.. Alterasi ini berhubungan dengan tingginya rekahan dimana bentuk
endapannya berupa veinlet atau vein yang diisi oleh serisit, kwarsa dan mineral
sulfida.
3.
Zona
Argilik
Zona ini tidak selalu hadir.
Dicrikan oleh kumpulan mineral lempung, kwarsa dan karbonat. Pyrite umum,
tetapi lebih sedikit dibanding zona phyllic. Diatas zona ini kadang terbentuk
zona advanced argilic yang tersusun oleh mineral Diaspore, Kwarsa atau silika
amorf, Andalusit, korundum dan Alunite dalam kondisi asam tinggi. Zona ini
hadir pada bagian terluar dalam suatu sistem hidrothermal.
4.
Zona
Propilitik
Zona ini selalu hadir, berkembang
pada bagian terluar dari suatu zona alterasi (the outer and peripheral
alteration zone), yang dicirikan oleh kumpulan mineral Epidote maupun karbonat terutama
kalsit dan juga mineral klorite. Alterasi ini dipengaruhi oleh penambahan unsur
H+ dan CO2. Mineral mafic primer (Biotit dan Hornblende)
teralterasi oleh sebagian atau keseluruhan menjadi klorit dan karbonat.
Plagioklas mungkin terubah. Zona ini berangsur mengelilingi batuan hingga lebih
dari ratusan meter. Mineral logam sulfida berupa pyrite mendominasi zona ini
dimana mengganti fenokris pyroksin maupun hornblende, sedangkan kalkopyrite
jarang dijumpai.
5.
Alterasi Skarn (Calc-Silikat Zone)
Alterasi ini terbentuk akibat kontak
antara batuan sumber dengan batuan karbnat, zona ini sangat dipengaruhi oleh
komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi kurang
air, zona ini dicirikan oleh pembentukan mineral Garnet, Klinopyroksin dan
Wollastonite serta mineral Magnetite dalam jumlah besar pada kondisi kaya air.
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral Klorit, Tremolit - Aktinolit dan
Kalsit dari larutan hydrothermal.
Black Ore
Black ore merupakan suatu kumpulan mineral logam yang
pembentukannya mempunyai hubungan erat dengan aktivitas gunungapi (Vulkanisme
bawah laut), oleh karena pembentukannya dipengaruhioleh faktor – faktor dari
aktivitas tersebut. Unsur
– unsur penyusun dari mineral – mineral logam itu antara lain Cu, Pb, Zn dan S
serta Ag.
Pada tipe endapan kuroko, memperlihatkan adanya hubungan
dengan aktivitas vulkanisme bawah laut yang kemudian dipengaruhi pula oleh
aktivitas hidrotermal. Endapan - endapan mineral tersebut terjadi pada
aktivitas akhir vulkanisme (post Vulkanik), yang menghasilkan endapan logam
sulfida dan sulfate. Unsur – Unsur yang dominan terdapat pada tipe endapan ini
adalah Pb, Cu dan Zn.
- Zeolit
Zeolit merupakan mineral ubahan dari material – material
vulkanik berupa tufa. Di alam, Zeolit biasa terdapat diantara celah-celah atuan
. Mineral ini dapat pula terdapat diantara lapisan batuan bersama
mineral-mineral lain seperti kalsit, kuarsa,
klorit, renit dan fluorit. Dari semua jenis Zeolit yang ada dia alam
baru beberapa jenis yang baru diketahui pada batuan sedimen pirpklastik.
Mineral ini telah lama dikenal sebagai bahan bangunan,
ornamen, dan plester, oleh karena sifatnya yang fleksibel serta daya
absorpsinya yang tinggi.
- Kaolin
Kaolin termasuk kedalam mineral lempung (Clay minerals).
Mineral ini mempunyai sifat fisik yang tidak plastis, lunak, dengan variasi
warna yang beragam seperti putih, abu-abu, sampai putih keabuan.
Kaolin terbentuk dari alterasi batuan yang banyak mengandung
alkali felspar dan plagioklas asam dan dapat pula terbentuk dari pelapukan
akibat ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah yang bereaksi dengan
mineral-mineral silika.
Menurut Betektin (Sutoto, 1991), kaolin dapat terjadi dari
proses pelapukan batuan beku dan batuan metamorf yang banyak mengandung
alumosilikat seperti p-ada batuan granit, gneiss, kuarsit porphiri dan syenit.
Selain itu kaolinisasi bisa terjadi
akibat pengaruh hidroterma dalam kondisi suhu yang rendah oleh larutan yang
bersifat asam.
- Endapan Silika
Endapan silika
merupakan endapan mineral yang
berasal dari mineral-mineral silika yang saling mengikat satu sama lain membentuk endapan silika. Hal ini disebabkan
oleh konfigurasi elektronnya dimana mempunyai struktur koordinasi empat
elektron dengan oksigen.
Mineral-mineral silika merupakan mineral yang umum ditemukan
sebagai penyusun kerak bumi, dimana 60% merupakan felspar grup dan 12%
merupakan mineral kuarsa.
Endapan ini dapat terbentuk dari hasil aktivitas vulkanik,
dimana material-material piroklastik yang berkuran halus dengan kandungan
volatile yang tinggi yang dihasilkan dari aktivitas vulkanik, terendapkan di
laut dan membentuk batuapung (Pumice). Akibat pengaruh air laut yang beraksi
dengan material – material tersebut, akan terbentuk endapan yang berupa
kristal-kristal mineral silika.
- Endapan Logam Lainnya
Selain mineral-mineral logam yang telah diterangkan diatas,
ada beberapa mineral logam lain yang biasa ditemukan seperti mangan, malasit,
barit, sphalerit, dan klorit. Mineral-mineral ini keberadaannya dapat digunakan
sebagai dasar dalam penentuan adanya endapan-endapan ekonomis pada suatu daerah
meskipun keterdapatannya dalam skala yang tidak terlalu besar (relatif minimum)
Endapan
Black Ore merupakan endapan mineral sulfida massive yang berwarna hitam,
seperti sphalerite, galena, hematit, pyrite, chalcopyrite dan lain - lain.
Secara geokimia, endapan metal atau endapan sulfida massive dapat dibagi
dalam lima kelompok, yaitu :
a.
Tipe Siprus (Tipe Black Ore / Tipe Busur
Belerang )
Endapan ini terbentuk dari seri formasi
daripada lava bantal di lingkungan oceanic atau Kerak Oceanic yang berasosiasi
dengan kompleks ofiolith, pyroklastik yang kadang ada dan kadang tidak. Endapan
ini tersusun oleh mineral sulfida, dengan pyrite atau tanpa berasosiasi dengan
chalcopyrite. Alterasi hydrothermal yang terbentuk ini adalah prophyllite
karena bersifat Basa, sebab jika asam akan membentuk kaolin yang juga
mengandung colloform fall
b.
Tipe Lokken (Tipe Black Ore )
Tipe Endapan ini hampir sama dengan tipe Siprus akan tetapi
Ti, Zr, dan Cr tinggi.
c.
Tipe Noranda (Ocean Basin / Kerak
Samudera )
Tipe Endapan ini berhubungan dengan tipe lava kepulauan dan
memiliki komposisi kimia berupa Ti, Zr,
Y, Nb, Ta dan Hf yang rendah.
d.
Tipe Yoma ( Kontinental margin )
Tipe Endapan mengandung Nb dan Cr
tinggi
e.
Tipe Kuroko (Acid Island Ore )
Tipe endapan ini merupakan tipe
endapan post volkanik berupa endapan logam sulfida dan sulfate yang erat sekali
hubungannya dengan suatu kegiatan volkanik bawah samudera. Misalnya, endapan
Tipe Kuroko yang berumur Miosen (Green Tuff) yang di temukan di daerah Honshu
dan Hokkaido dan Endapan Mineral tipe kuroko pada batuan Fanerozoik.
Genetik endapannya berhubungan
dengan vulkanik bawah laut yang berkomposisi Rhyolite atau Dasitik, dan proses
runtuhan kaldera volkanik. Pembentukan dari type kuroko ini berhubungan dengan
proses rifting pada back arc yang dapat menghasilkan sulfida masif. Dan
beberapa daerah dapat berhubungan dengan batuan basalt menghasilkan sulfida
sebagai indikasi volkanis bimodal mafic-felsic dalam suatu proses mineralisasi.
Pada endapan tipe Kuroko merupakan
endapan yang terbentuk akibat dari aktivitas vulkanisme bawah laut (submarine
vulkanisme) dan hydrothermal dimana batuan penyusunnya berupa batuan yang
bersifat andesitik hingga basaltic. Dan urutan-urutan pembentukan mineralnya
sangat teratur yang terbagi dalam beberapa zona pengendapan. Pembentukan
endapan tipe Kuroko berhubungan dengan proses rifting pada back arc yang dapat
menghasilkan sulfida massive Tipe endapan Kuroko dicirikan oleh mineral
polimetalik yang mengandung Cu – Pb – Zn yang terbentuk pada gunung api bawah
laut yang bersifat asam berumur Miosen dalam seri batuan Green Tuff di daerah
Jepang.
Terjadinya endapan Kuroko mempunyai
proses mineralisasi yang sangat kompleks ;
Ø
Pembentukan mineral – mineral group
Gypsum (Anhydrite, Gips Selenite, Alabaster, Skoria glass).
Ø
Pembentukan mineral sulfida kompleks
(Mixed Sulphide Mineralization) yang sangat intensif
Ø
Eksplosif volkanik bawah samudera
dalam pembentukan breksi pumice aglomerat, tuff dan kegiatan fumarola.
Ø
penyebaran endapan logam Cu, Pb, Zn
akan terkonsentrasi ke arah atas dari endapan – endapan logam lainnya yang ada,
sedangkan Covelite pada zona supergene enrichment pada zona gossan (greissen),
membentuk strata bound sebagai endapan – endapan syngenetik
Mineralisasi dan Pola Alterasi
Pola alterasi dan mineralisasi dapat dibagi dalam beberapa tipe dasar yaitu
:
a.
Keiko Ore / Derajat rendah
Terdiri atas veinlet kwarsa yang
mengandung galena masif, sphalerite, dan Barite dengan variasi jumlah
Calcopyrite dan pyrite. Setempat mengandung sulfida dan lapisan rijang
ferigenous. Mineral penyerta lain yaitu arsenic, emas, perak dan nikel, dan
sulfosat mineral terutama tetrahydrite – tennatite.
b.
Tipe Kuroko
Yang dimaksud dengan endapan Kuroko
yaitu endapan yang berupa urutan pengendapan dari logam-logam sulfida dan
sulfat. Proses pembentukannya yang erat dengan kegiatan vulkanisme bawah
lautdan dipengaruhi oleh pengaruh aktivitas hidrothermal. Tipe ini di sertai
alterasi mineral Zeolith sebagai penciri green tuff dari Jepang. Zona dekat
kontak stockwork diperkaya oleh Mg – Clorite
dan serisit hasil alterasi dan silisifikasi. Terdapat pula seri alterasi
Serisit Montmorilonite, dan Fe/Mg chlorite dengan kondisi temperatur
pembentukan tipe kuroko sekitar 200 oC – 320oC.
Pada gambar 5. tampak adanya suatu
model genetik endapan Tipe Kuroko (Franklin,1981). Pada gambar pertama
menggambarkan keadaan type ledakan gas yang membumbung. Pada gambar kedua
menjelaskan pengangkatan keatas yang menghasilkan ledakan berupa
fragmen-fragmen.Pada gambar ketiga merupakan suatu ledakan gas type 2 dimana
terjadi mineralisasi hidrotermal. Dan pada gambar ke 4. merupakan gambar
pengendapan dari endapan mineral.