A. Pengertian Risalah
Risalah yaitu suatu yang diwahyukan
Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan
manusia agar terwujud kebahagian di dunia dan akhirat.
Secara harfiyah, risalah berasal dari bahasa Arab yang artinya pesan atau message. Pembawa risalah disebut rasul, utusan, atau pembawa risalah.
Dalam konteks agama (Islam), istilah
risalah dimaknai sebagai kerasulan, yakni para pembawa pesan dari Allah SWT
(wahyu). Jadi , risalah Islam adalah pesan-pesan Allah SWT yang
terangkum dalam ajaran agama Islam sebagai panduan jalan bagi umat.
B.
Tafsir tentang ayat-ayat Risalah
1.
Tafsir Surah An-Nahl:36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا
اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ
مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ
كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
a.
Terjemahan Ayat
Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)
b. Tafsir Jalalayn
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat) seperti Aku mengutus kamu kepada mereka (untuk) artinya
untuk menyerukan ('Sembahlah Allah) esakanlah Dia (dan jauhilah thaghut,')
berhala-berhala itu janganlah kalian sembah (maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) lalu ia beriman (dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (kesesatan baginya)
menurut ilmu Allah, sehingga ia tidak beriman. (Maka berjalanlah kalian) hai
orang-orang kafir Mekah (di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan) rasul-rasul mereka, yakni kebinasaan yang akan
mereka alami nanti.
c. Tafsir Al-
Misbah
Telah Kami utus kepada setiap umat seorang
Rasul yang mengatakan kepada umatnya, "Sembahlah Allah semata dan jauhilah
seluruh tiran yang merusak." Rasul tersebut telah menyampaikan risalah dan
membimbing mereka. Lalu segolongan dari mereka ada yang sudi mendengar
bimbingan itu dan menerimanya. Maka Allah memberinya petunjuk berupa kesiapan
yang baik untuk mengikuti jalan yang lurus. Sementara segolongan lain dari
mereka berpaling dari kebenaran sehingga berjalan pada jalan yang tidak benar.
Maka Allah pun menurunkan siksa-Nya kepada golongan tersebut. Jika kalian
meragukan hal ini, hai orang-orang musyrik Mekah, maka berjalanlah di muka bumi
yang dekat dari kalian. Lihat dan perhatikanlah bagaimana azab Allah menimpa
orang-orang yang mendustakan para rasul seperti kaum 'Ad, Tsamûd dan kaum Nabi
Lûth, dan bagaimana kesudahan nasib mereka yang binasa dan merugi.
d.
Tafsir Ibnu katsir
“Maka senantiasa Allah mengutus Rasul-rasul
kepada manusia, menyeru manusia supaya menyembah Allah Yang Esa dan menjauhkan diri dari Thaghut,
sejak terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh,
yang diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah Rasul yang mula-mula sekali
diutus oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad
saw. Yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan
samasekali itu adalah menurt satu pokok firman Allah, yaitu membawa wahyu pada
tidak ada tuhan melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata Ibnu Katsir seterusnya: “tidak ada Allah
Ta’ala menghendaki bahwa mereka menyembah kepada Dia, bahkan dia telah melarang
mereka berbuat demikian dengan perantaraan lidah Rasul-rasulNya. Adapun
kehendak Allah didalam mewujudkan sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan
takdir, tidaklah hal itu dapat dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang
menciptakan neraka, dan penduduknya ialah syaitan-syaitan dan kafir, tetapi
tidaklah Allah ridha hambaNya menjadi kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai
alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang sempurna.”
Allah tidak memerintahkan manusia dengan suatu
perintah yang jelas-jelas dia ketahui akan menghalangi seorang makhluk dari
Qudrah-Nya itu atau mendorong mereka secara paksa untuk menyalahi-Nya. Dan
tanda ketidak ridhaan-Nya akan penentangan terhadap perintah-Nya adalah seperti
yang dilakukan oleh orang-orang yang mendustakan-Nya.
“maka diantara mereka da orang yang diberi
petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada yang tetap diatasnya kesesatan.
Maka berjalanlah dibumi dan pandanglah, bagaimana kesudahannya orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya Iradah Sang Pencipta Yang Maha
Bijaksana menginginkan penciptaan manusia dengan segala kesiapannya untuk
menerima petunjuk atau kesesatan. Dia membiarkan mereka bebas dalam memilih
salah satu dari dua jalan diatas, membekali mereka akal pikiran agar ia bisa
menentukan dengan akalnya itu salah satu diantara dua pilihannya. Namun, hal
itu setelah Allah memperlihat ayat-ayat petunjuk-Nya dijagat raya sana yang
bisa dijangkau oleh mata, telinga, hati, dan akal manusia-kapan saja pekat
malam dan gemilau nya cahaya sian berputar.
Kemudian rahmat Allah berkehendak kepada
hamba-hamba-Nya agar tidak membiarkan mereka mengandalkan akalnya semata. Maka,
dia meletakkan bagi akal itu barometer yang kuat (mizan tsabit) pada
syari’at-syari’at-Nya yang dibawa oleh para rasul-rasul-Nya akal akan merujuk
ke barometer tersebut setiap kali terasa samar pada urusan manusia ditengah
jalan, agar dapt memastikan kebenaran pilihannya atau kekeliruannya melalui
mizan tsabit dan tidak akan sirna oleh manisnya tarikan-tarikan hawa nafsu.
Allah juga tidak menjadikan para rasul-Nya itu
sebagai hamba-hamba yang keras, yang mematahkan batang-batang leher manusia
agar mereka beriman, tidak sama sekali. Akan tetapi, para rasul itu
dijadikan-Nya hanya sebagai penyampai (Mubaligh), misi-Nya tidak lebih dari
itu. Mereka mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya dan menjauhi
setiap selain-Nya seperti berhala-berhala, hawa nafsu, syahwat, dan kekuasaan.
2.
Tafsir Surah Al-Hadid: 25
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ
بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ
وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
a.
Terjemahan Ayat
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan
Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
b.
Tafsir Jalalayn
(Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya kepada
nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan
akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini
sekalipun bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni
al-kutub (dan neraca) yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. Dan Kami ciptakan besi) maksudnya Kami keluarkan besi dari
tempat-tempat penambangannya (yang padanya terdapat kekuatan yang hebat) yakni
dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai manfaat bagi manusia,
dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal waliya'lamallaahu
diathafkan pada lafal liyaquman-naaasu (siapa yang menolong-Nya) maksudnya
siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang terbuat
dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya) lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari
dhamir ha yang terdapat pada lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak
terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya,
mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak memerlukan pertolongan siapa pun,
akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan sendiri oleh orang yang
mengerjakannya.
c.
Tafsir Ibnu Katsir
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata,” yaitu dengan mukjizat-mukjizat, hujjah-hujjah dan
dalil-dalil yang kuat. “Dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab,” yaitu
berita yang benar, “dan neraca,” yaitu neraca keadilan. Maksudnya, kebenaran
yang diakui kebenarannya oleh akal-akal yang sehat. “Supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan.” Yaitu, supaya manusia dapat hidup dengan benar dan
adil, dengan mengikuti para utusan Allah apa yang telah diperintahkan dan
dilarang oleh mereka. Itulah kebnaran yang tidak ada setelahnya melainkan
kesesatan semata-mata. Hal ini sebagaiman firman Allah Ta’ala, “Telah
sempurnalah klimat Tuhanmu dengan benar dan adil,” yaitu benar didalam
beritanya dan adil di dalam perintah serta larangannya.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami cipatakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat.” Yaitu, kami telah menjadikan besi untuk menakut-nakuti
orang yang menolak kebenaran dan menentangnya, setlah hujjah disodorkan kepadanya. Itulah sebabnya Rasulullah saw.
Bermukim dikota Mekah setelah kenabian selama 13 tahun, yan g telah diwahyukan
kepada beliauu surah-surah Makkiyah yang semuanya itu merupakan bantahan
terhadap orang-orang musyrik, penerangan dan penjelasan mengenai tauhid.
Setelah hujjah tegak di hadapan orang-orang yang menentang, Allah
mensyari’atkan hijrah dan memerintahkan mereka untuk berperang dengan pedang,
memancung batang leher dan kepala siapa saja yang menentang, mendustakan dan
membangkang terhadap Al-Qur’an. Itulah sebabnya Allah berfirman, MAKALAH BY: +arief raihandi “Yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat,” yang dimaksud adalah persenjataan, seperti
pedang, tombak, lembing, baju besi, dan sebagainya. “Dan berbagai manfaat bagi
manusia,” yang berguna dalam kehidupan meraka, seperti bajak, kampak, beliung,
gergaji, dan alat-alt bertenun, berladang, memasak, membuat roti, dan semua
yang hidup manusia yang tidak akan terarah kecuali denga memakai alat itu.
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan supaya Allah mengetahui siapa
yang menolong-Nya dan rasu-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.” Yaitu,
orang yang niatnya menyandang pedang dalah menolong Allah dan rasul-Nya.
“Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa,” yang akan memberikan
pertolongngan kepada siapa yang menolong-Nya, tanpa dilator belakangi
kebutuhan-Nya terhadap manusia. Allah mensyari’atkan jihad hanyalah untuk menguji sebagian mereka
dari sebagian yang lain.[1]
3.
Tafsir Surah Asy-Syura: 51-52
وَمَا كَانَ
لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ
يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ۞
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا
الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ
نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
a.
Terjamahan
Ayat
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (51)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(52)
b.
Tafsir Jalalayn
(Dan
tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali) dengan perantaraan (wahyu) yang Dia wahyukan kepadanya di dalam
tidurnya atau melalui ilham (atau) melainkan (di belakang tabir) seumpamanya
Allah memperdengarkan kalam-Nya kepadanya, tetapi dia tidak dapat melihat-Nya,
sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi Musa a.s. (atau) kecuali (dengan
mengutus seorang utusan) yakni malaikat, seperti Jibril (lalu diwahyukan
kepadanya) maksudnya, utusan itu menyampaikan wahyu-Nya kepada rasul yang
dituju (dengan seizin-Nya) dengan seizin Allah (apa yang Dia kehendaki) apa
yang Allah kehendaki. (Sesungguhnya Dia Maha Tinggi) dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh semua makhluk (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya. (51) (Dan
demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain
kamu (Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Alquran, yang
karenanya kalbu manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan
kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan
kepadamu (apakah Alkitab) yakni Alquran itu (dan tidak pula mengetahui apakah
iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam ayat ini amalnya
di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il menempati kedudukan
dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran itu
(cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya
kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan) tuntunan
(yang lurus) yakni agama Islam.(52)
c.
Tafsir Al-Misbah
Seorang
manusia tidak akan diajak bicara oleh Allah kecuali melalui wahyu--yaitu
pengutaraan tutur ke dalam kalbu--baik berupa ilham maupun mimpi. Atau dengan
cara memperdengarkan suara ilahi tanpa si pendengar dapat melihat pembicaranya.
Dapat juga dengan cara mengutus malaikat yang dapat dilihat dan dapat didengar
suaranya untuk kemudian mewahyukan kepadanya, dengan izin Allah, apa saja yang
dikehendaki-Nya. Allah benar-benar Mahaluhur, tidak dapat dicegah, lagi
Mahabijaksana atas segala urusan- Nya. (51) Seperti Kami menurunkan wahyu
kepada rasul-rasul sebelummu, Muhammad, Kami juga mewahyukan kepadamu al-Qur'ân
ini untuk menghidupkan kalbu dengan seizin Kami. Sebelum diwahyukan kepadamu,
kamu tidak pernah tahu apa itu al-Qur'ân. Begitu juga dengan syariat
(ajaran-ajaran agama) dan masalah keimanan. Tetapi Kami kemudian menjadikan
al-Qur'ân itu sebagai cahaya amat terang yang dapat dijadikan petunjuk bagi
orang yang memilih petunjuk. Dengan al-Qur'ân ini kamu benar-benar mengajak ke
jalan yang lurus.(52)
4.
Tafsir Surah Saba’: 28
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
a.
Terjemahan Ayat
Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.
b.
Tafsir Jalalayn
(Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal
atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya, didahulukan
mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita
gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga (dan
sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan
dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir
Mekah (tidak mengetahui hal ini).
c.
Tafsir Al- Misbah
Wahai Muhammad,
sesungguhnya Kami tidak mengutusmu kecuali untuk seluruh umat manusia, sebagai
pembawa berita gembira bagi orang beriman dan pemberi peringatan bagi orang
kafir. Namun sebagian besar manusia tidak mengetahui kebenaran dirimu dan misi
kerasulanmu yang universal.
BAB III
KESIMPULAN
Ayat ini menyatakan allah telah mengutus nabi
Muhammad diantara umatnya ada yang menerima dengan baik ajarannya dan adapula
yang membangkang. Hal ini juga dialami oleh rasul-rasul sebelumnya. Mereka menyampaikan
agar umatnya tunduk dan patuh dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha
esa.
Risalah berasal dari bahasa arab yaitu arsala,
yursilu, risalah yang artinya Utus. Dalam konteks ini, yang mengutus adalah
Allah SWT dan utusannya adalah Nabi Muhammad. Beliau ditugaskan untuk
menyebarkan ajaran yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah. Bentuk
ajarannya adalah Islam yang selalu diartikan dengan selamat, karena berasal
dari kata salamah.
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul.
Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus
para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas tersebut adalah:
o
Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan
wahyu-Nya.
o
Memberikan kabar gembira dan memperingatkan
manusia dari segala kejelekan.
o
Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
o
Meluruskan pemikiran dan aqidah yang
menyimpang.
o
Menegakkan hujjah atas manusia.
o
Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam
satu aqidah.
o
Menyampaikan Ajaran Tauhid
o
Membawa Kebenaran, Berita gembira, dan
peringatan pada umatnya
o
Membimbing umatnya menuju jalan yang benar agar
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
o
Menyatukan iktikad dan keyakinan umatnya
bahwasannya Allah SWT adalah Zat maha kuasa
o
Memberikan batasan bagi umatnya mana hal-hal
yang dilarang dan yang diperintah oleh Allah SWT
o
Mengajarkan kepada umatnya tentang
berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah SWT.
o
Muhammad Rasul Terakhir
“
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu
tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.”
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nasib
ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, (Jakarta,
Gema Insani, 2005) cetakan kelima.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jilid ke XIV,
Cet ke-VI, Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati, 2006
[1] Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari
Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, (Jakarta, Gema Insani, 2005)
cetakan kelima, hal 608-609.
Tags:
MAKALAH