Makalah Tafsir Ayat Tentang Risalah Surah An-Nahl: 36, Al-Hadid: 25 Asy-syura: 51-52, Saba': 28 - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Senin, 23 November 2015

Makalah Tafsir Ayat Tentang Risalah Surah An-Nahl: 36, Al-Hadid: 25 Asy-syura: 51-52, Saba': 28





A.        Pengertian Risalah
Risalah yaitu suatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagian di dunia dan akhirat.

Secara harfiyah, risalah berasal dari bahasa Arab yang artinya pesan atau message. Pembawa risalah disebut rasul, utusan, atau pembawa risalah.
Dalam konteks agama (Islam), istilah risalah dimaknai sebagai kerasulan, yakni para pembawa pesan dari Allah SWT (wahyu). Jadi , risalah Islam adalah pesan-pesan Allah SWT yang terangkum dalam ajaran agama Islam sebagai panduan jalan bagi umat.

B.     Tafsir tentang ayat-ayat Risalah
1.      Tafsir Surah An-Nahl:36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
a.       Terjemahan Ayat
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)

b.      Tafsir Jalalayn
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat) seperti Aku mengutus kamu kepada mereka (untuk) artinya untuk menyerukan ('Sembahlah Allah) esakanlah Dia (dan jauhilah thaghut,') berhala-berhala itu janganlah kalian sembah (maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) lalu ia beriman (dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (kesesatan baginya) menurut ilmu Allah, sehingga ia tidak beriman. (Maka berjalanlah kalian) hai orang-orang kafir Mekah (di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan) rasul-rasul mereka, yakni kebinasaan yang akan mereka alami nanti.
c.       Tafsir Al- Misbah
Telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengatakan kepada umatnya, "Sembahlah Allah semata dan jauhilah seluruh tiran yang merusak." Rasul tersebut telah menyampaikan risalah dan membimbing mereka. Lalu segolongan dari mereka ada yang sudi mendengar bimbingan itu dan menerimanya. Maka Allah memberinya petunjuk berupa kesiapan yang baik untuk mengikuti jalan yang lurus. Sementara segolongan lain dari mereka berpaling dari kebenaran sehingga berjalan pada jalan yang tidak benar. Maka Allah pun menurunkan siksa-Nya kepada golongan tersebut. Jika kalian meragukan hal ini, hai orang-orang musyrik Mekah, maka berjalanlah di muka bumi yang dekat dari kalian. Lihat dan perhatikanlah bagaimana azab Allah menimpa orang-orang yang mendustakan para rasul seperti kaum 'Ad, Tsamûd dan kaum Nabi Lûth, dan bagaimana kesudahan nasib mereka yang binasa dan merugi.
d.      Tafsir Ibnu katsir
“Maka senantiasa Allah mengutus Rasul-rasul kepada manusia, menyeru manusia supaya menyembah Allah  Yang Esa dan menjauhkan diri dari Thaghut, sejak terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah Rasul yang mula-mula sekali diutus oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad saw. Yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan samasekali itu adalah menurt satu pokok firman Allah, yaitu membawa wahyu pada tidak ada tuhan melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata Ibnu Katsir seterusnya: “tidak ada Allah Ta’ala menghendaki bahwa mereka menyembah kepada Dia, bahkan dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan perantaraan lidah Rasul-rasulNya. Adapun kehendak Allah didalam mewujudkan sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya ialah syaitan-syaitan dan kafir, tetapi tidaklah Allah ridha hambaNya menjadi kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang sempurna.”
Allah tidak memerintahkan manusia dengan suatu perintah yang jelas-jelas dia ketahui akan menghalangi seorang makhluk dari Qudrah-Nya itu atau mendorong mereka secara paksa untuk menyalahi-Nya. Dan tanda ketidak ridhaan-Nya akan penentangan terhadap perintah-Nya adalah seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mendustakan-Nya.
“maka diantara mereka da orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka ada yang tetap diatasnya kesesatan. Maka berjalanlah dibumi dan pandanglah, bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya Iradah Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana menginginkan penciptaan manusia dengan segala kesiapannya untuk menerima petunjuk atau kesesatan. Dia membiarkan mereka bebas dalam memilih salah satu dari dua jalan diatas, membekali mereka akal pikiran agar ia bisa menentukan dengan akalnya itu salah satu diantara dua pilihannya. Namun, hal itu setelah Allah memperlihat ayat-ayat petunjuk-Nya dijagat raya sana yang bisa dijangkau oleh mata, telinga, hati, dan akal manusia-kapan saja pekat malam dan gemilau nya cahaya sian berputar.
Kemudian rahmat Allah berkehendak kepada hamba-hamba-Nya agar tidak membiarkan mereka mengandalkan akalnya semata. Maka, dia meletakkan bagi akal itu barometer yang kuat (mizan tsabit) pada syari’at-syari’at-Nya yang dibawa oleh para rasul-rasul-Nya akal akan merujuk ke barometer tersebut setiap kali terasa samar pada urusan manusia ditengah jalan, agar dapt memastikan kebenaran pilihannya atau kekeliruannya melalui mizan tsabit dan tidak akan sirna oleh manisnya tarikan-tarikan hawa nafsu.
Allah juga tidak menjadikan para rasul-Nya itu sebagai hamba-hamba yang keras, yang mematahkan batang-batang leher manusia agar mereka beriman, tidak sama sekali. Akan tetapi, para rasul itu dijadikan-Nya hanya sebagai penyampai (Mubaligh), misi-Nya tidak lebih dari itu. Mereka mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya dan menjauhi setiap selain-Nya seperti berhala-berhala, hawa nafsu, syahwat, dan kekuasaan.

2.      Tafsir Surah Al-Hadid: 25
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
a.       Terjemahan Ayat
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
b.      Tafsir Jalalayn
(Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya kepada nabi-nabi (dengan membawa bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan akurat (dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun bentuknya mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub (dan neraca) yakni keadilan (supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi) maksudnya Kami keluarkan besi dari tempat-tempat penambangannya (yang padanya terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk berperang (dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naaasu (siapa yang menolong-Nya) maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan memakai alat-alat perang yang terbuat dari besi dan lain-lainnya itu (dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya) lafal bil-ghaibi menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada lafal yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka tidak melihat-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak memerlukan pertolongan siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan sendiri oleh orang yang mengerjakannya.
c.       Tafsir Ibnu Katsir
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata,” yaitu dengan mukjizat-mukjizat, hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang kuat. “Dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab,” yaitu berita yang benar, “dan neraca,” yaitu neraca keadilan. Maksudnya, kebenaran yang diakui kebenarannya oleh akal-akal yang sehat. “Supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” Yaitu, supaya manusia dapat hidup dengan benar dan adil, dengan mengikuti para utusan Allah apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh mereka. Itulah kebnaran yang tidak ada setelahnya melainkan kesesatan semata-mata. Hal ini sebagaiman firman Allah Ta’ala, “Telah sempurnalah klimat Tuhanmu dengan benar dan adil,” yaitu benar didalam beritanya dan adil di dalam perintah serta larangannya.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami cipatakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat.” Yaitu, kami telah menjadikan besi untuk menakut-nakuti orang yang menolak kebenaran dan menentangnya, setlah hujjah disodorkan  kepadanya. Itulah sebabnya Rasulullah saw. Bermukim dikota Mekah setelah kenabian selama 13 tahun, yan g telah diwahyukan kepada beliauu surah-surah Makkiyah yang semuanya itu merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik, penerangan dan penjelasan mengenai tauhid. Setelah hujjah tegak di hadapan orang-orang yang menentang, Allah mensyari’atkan hijrah dan memerintahkan mereka untuk berperang dengan pedang, memancung batang leher dan kepala siapa saja yang menentang, mendustakan dan membangkang terhadap Al-Qur’an. Itulah sebabnya Allah berfirman, MAKALAH BY: +arief raihandi  “Yang padanya terdapat kekuatan yang hebat,” yang dimaksud adalah persenjataan, seperti pedang, tombak, lembing, baju besi, dan sebagainya. “Dan berbagai manfaat bagi manusia,” yang berguna dalam kehidupan meraka, seperti bajak, kampak, beliung, gergaji, dan alat-alt bertenun, berladang, memasak, membuat roti, dan semua yang hidup manusia yang tidak akan terarah kecuali denga memakai alat itu.
Selanjutnya Allah berfirman, “Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasu-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.” Yaitu, orang yang niatnya menyandang pedang dalah menolong Allah dan rasul-Nya. “Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa,” yang akan memberikan pertolongngan kepada siapa yang menolong-Nya, tanpa dilator belakangi kebutuhan-Nya terhadap manusia. Allah mensyari’atkan  jihad hanyalah untuk menguji sebagian mereka dari sebagian yang lain.[1]

3.      Tafsir Surah Asy-Syura: 51-52
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ۞ وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
a.       Terjamahan Ayat
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (51) Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (52)
b.      Tafsir Jalalayn
(Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali) dengan perantaraan (wahyu) yang Dia wahyukan kepadanya di dalam tidurnya atau melalui ilham (atau) melainkan (di belakang tabir) seumpamanya Allah memperdengarkan kalam-Nya kepadanya, tetapi dia tidak dapat melihat-Nya, sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi Musa a.s. (atau) kecuali (dengan mengutus seorang utusan) yakni malaikat, seperti Jibril (lalu diwahyukan kepadanya) maksudnya, utusan itu menyampaikan wahyu-Nya kepada rasul yang dituju (dengan seizin-Nya) dengan seizin Allah (apa yang Dia kehendaki) apa yang Allah kehendaki. (Sesungguhnya Dia Maha Tinggi) dari sifat-sifat yang dimiliki oleh semua makhluk (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya. (51) (Dan demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain kamu (Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (wahyu) yakni Alquran, yang karenanya kalbu manusia dapat hidup (dengan perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. (Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu (apakah Alkitab) yakni Alquran itu (dan tidak pula mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi dalam ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah Fi'il menempati kedudukan dua Maf'ulnya (tetapi Kami menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran itu (cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan wahyu yang diturunkan kepadamu (kepada jalan) tuntunan (yang lurus) yakni agama Islam.(52)
c.       Tafsir Al-Misbah
Seorang manusia tidak akan diajak bicara oleh Allah kecuali melalui wahyu--yaitu pengutaraan tutur ke dalam kalbu--baik berupa ilham maupun mimpi. Atau dengan cara memperdengarkan suara ilahi tanpa si pendengar dapat melihat pembicaranya. Dapat juga dengan cara mengutus malaikat yang dapat dilihat dan dapat didengar suaranya untuk kemudian mewahyukan kepadanya, dengan izin Allah, apa saja yang dikehendaki-Nya. Allah benar-benar Mahaluhur, tidak dapat dicegah, lagi Mahabijaksana atas segala urusan- Nya. (51) Seperti Kami menurunkan wahyu kepada rasul-rasul sebelummu, Muhammad, Kami juga mewahyukan kepadamu al-Qur'ân ini untuk menghidupkan kalbu dengan seizin Kami. Sebelum diwahyukan kepadamu, kamu tidak pernah tahu apa itu al-Qur'ân. Begitu juga dengan syariat (ajaran-ajaran agama) dan masalah keimanan. Tetapi Kami kemudian menjadikan al-Qur'ân itu sebagai cahaya amat terang yang dapat dijadikan petunjuk bagi orang yang memilih petunjuk. Dengan al-Qur'ân ini kamu benar-benar mengajak ke jalan yang lurus.(52)
4.      Tafsir Surah Saba’: 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
a.       Terjemahan Ayat
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
b.      Tafsir Jalalayn
(Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya, didahulukan mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga (dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui hal ini).

c.       Tafsir Al- Misbah
Wahai Muhammad, sesungguhnya Kami tidak mengutusmu kecuali untuk seluruh umat manusia, sebagai pembawa berita gembira bagi orang beriman dan pemberi peringatan bagi orang kafir. Namun sebagian besar manusia tidak mengetahui kebenaran dirimu dan misi kerasulanmu yang universal.























BAB III
KESIMPULAN
Ayat ini menyatakan allah telah mengutus nabi Muhammad diantara umatnya ada yang menerima dengan baik ajarannya dan adapula yang membangkang. Hal ini juga dialami oleh rasul-rasul sebelumnya. Mereka menyampaikan agar umatnya tunduk dan patuh dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha esa.
Risalah berasal dari bahasa arab yaitu arsala, yursilu, risalah yang artinya Utus. Dalam konteks ini, yang mengutus adalah Allah SWT dan utusannya adalah Nabi Muhammad. Beliau ditugaskan untuk menyebarkan ajaran yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah. Bentuk ajarannya adalah Islam yang selalu diartikan dengan selamat, karena berasal dari kata salamah.
Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa diantara tugas tersebut adalah:
o   Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
o   Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala       kejelekan.
o   Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
o   Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
o   Menegakkan hujjah atas manusia.
o   Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
o   Menyampaikan Ajaran Tauhid
o   Membawa Kebenaran, Berita gembira, dan peringatan pada umatnya
o   Membimbing umatnya menuju jalan yang benar agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
o   Menyatukan iktikad dan keyakinan umatnya bahwasannya Allah SWT adalah Zat maha kuasa
o   Memberikan batasan bagi umatnya mana hal-hal yang dilarang dan yang diperintah oleh Allah SWT
o   Mengajarkan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah SWT.
o   Muhammad Rasul Terakhir
“ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”























DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, (Jakarta, Gema Insani, 2005) cetakan kelima.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jilid ke XIV, Cet ke-VI, Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati, 2006






[1]  Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, (Jakarta, Gema Insani, 2005) cetakan kelima, hal 608-609.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot