Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Oleh
karena bersifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada
hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan
pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan ini merupakan,suatu keharusan. John Dewey, seorang Filosof Amerika mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
Oleh
karena filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah
antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini
dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidikan.
Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan
anak akan berhubungan dengan realita. Semuanya ini dapat disampaikan kepada
filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
mengembangkan diri.
Sebagai
contoh, dapat dikemukakan bahwa filsafat mengadakan pembahasan soal aku dan
tujuan, yang perlu menjadi tujuan, yang perlu menjadi perhatian pendidikan
sebelum ia terjun aktif dalam prosesnya. Bahwa pandangan filsafat karena akunya
manusia (individu) adalah sesuatu yang lain daripada yang lain, yang dapat
menjadi landasan pandangan mengenai hakekat anak didik. Berarti pandangan
mengenai bentuk kesungguhan (form substansialis) mengenai manusia ini dapat
menjelma menjadi pandangan pendidik mengenai anak didik. Beberapa contoh diutarakan dibawah ini.
Bila
pendidik memandang form substansialitas manusia itu bersifat biologis, dapat
mempunyai visi pendidikan yang naturalistis. Pendidik dalam lingkungan ini
adalah Jean Jacques Rousseau, yang menuliskan pandangan-pandangannya dalam
bukunya yang berjudul Emile. Dalam buku ini dituliskan bahwa latihan indera
adalah praktek pendidikan yang amat penting artinya.
Lain
halnya bila anak didik dipandang sebagai mahluk spiritual. Landasan untuk
menentukan ide dan tujuan pendidikan adalah pandangan keabadian dan
ke-Tuhan-an. Anak didik dipandang mempunyai kepribadian bukan sebagai entitet
mekanistis belaka.
Filsafat pendidikan telah sewajarnya dipelajari oleh mereka yang
memperdalam ilmu pendidikan dan keguruan. Ada beberapa alasan untuk ini :
a) Adanya
problema-problema pendidikan yang timbul dari zaman ke zaman yang menjadi
perhatian ahlinya masing-masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin bangsa dan masyarakat. Banyak
tulisan yang dihasilkan oleh ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang
satu mempengaruhi ahli-ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat
sering timbul dari ahli-ahli pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsaafat
pendidikan.
b) Dapatlah
diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat
mempunyai pandangan-pandangan yang jangkauannya melampau hal-hal yang ditemukan
secara eksperimental atau empiris. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat
diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya
secara kritis.
c) Dapat
terpenuhinya tuntutan intelektual dan akademik. Dengan landasan azas bahwa
berfilsafat adalah berpikir logis yang runtut, teratur dan kritis. Maka
berfilsafat pendidikan berarti memiliki kemampuan semacam itu. Oleh karena itu
diharapkan dapat mempunyai pengaruh terbentuknya pribadi pendidik yang baik.
C. ANALISIS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN
a.
Analisa Filsafat Dalam Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup
dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge yaitu
bahwa: life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh
proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala
pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh
pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas,
yaitu memberikan dasar- dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang
tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan
dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol. Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun
masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan
hidup dan kehiupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang
telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan
menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda,
agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas
hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri
kemanusianya dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja
daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya.
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai
ruang lingkup yang luas pula. yang menyangkut seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat
masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari,
tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan
mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu
lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan
yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan
analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Berikut ini akan dikemukakan bebarapa masalah kependidikan yang memerlukan
analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1. Masalah
kependidkan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan
itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup
manusia itu. Dan bagaimana hubungan anatara pendidikan dengan hidup dan
kehidupan manusia.
2. Apakah
pendidikan itu berguna untuk
membawa kepribadian manusia, apakah potensi hereditas yang menentukan
kepribadian manusia itu, ataukah faktor–faktor yang berasal dari luar/
lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang
baik pula tidak mencapai kepribadian yang diharapkan: dan kenapa pula anak yang
mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidkan dan
lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
3. Apakah
sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau
untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina
kepribadian manusia ataukah untuk Pembinaan masyarakat.apakah pembinaan manusia
itu semata-mata untuk dan demi kehidupan real dan material di dunia ini,
ataukah untuk kehidupan kelak diakhirat yang kekal ?
4. Siapakah
hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pedidikan itu,dan sampai dimana
tanggung jawab tersebut.bagaimana hubungan tanggung jawab antar keluarga,
masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab
pendidikan tersebut setelah manusia dewasa,dan sebagainya.
5. Apakah hakikat pribadi manusia itu.
Manakah yang lebih utama untuk dididik: akal, perasaan atau kemauannya,
pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah
intelektualnya ataukah kesemuannya itu.
6. Apakah
isi kurikulum pendidikan relevan dalam kehidupan masyarakat.
7. Apakah
isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang
mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu
jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang
kurang intensive, ataukah deangan kurikulum yang terbatas tetapi intensif
penguasaanya dan bersipat praktis pula.
8. Bagaimana
metode pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah
otonomi; apakah oleh Negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.)
9. Bagaimana
asas penyelenggara pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi,
ataukah otonomi; apakah oleh negara ataukah oleh swasta, dan sebagainya.
Masalah-masalah tersebut, merupakan sebagian dari contoh–contoh problematika
pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang
mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah
tersebut, analisa filsafat mnggunakan berbagai macam pendekatan yang
sesuai dengan permasalahanya. Di antara pendekatan (approach) yang digunakan
antara lain :
1. Pendekatan
secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif,
berarti: memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini
adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan
ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang
sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah- masalah
kependidikan memang berhubungan dengan hal–hal yang harus diketahui hakikat
yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu,
hakikat manusia, hakikat hidup, masyarakat individu, kepribadian,kurikulum,
kedewasaan dan sebagainya.
2. Pendekatan
normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung
tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma- norma tersebut juga merupakan
masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu
sendiri, sebagai mana dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma- norma
tertentu. Dengan teknik Pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk
memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses
pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut
dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke
arah mana usaha pendidikan diarahkan.
3. Pedekatan
analisa konsep Artinya pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu
obyek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan yang berbeda-beda
mengenai obyek yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan
masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berbeda dengan konsep
seorang seniman tentang kerbau yang sama, berbeda pula dengan konsep seorang petani,
peternak,seorang guru, seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai
Pendekatan dalam filsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para ahli
pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat
terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Misalnya konsep mereka tentang anak, tentang jiwa, masyarakat,
sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersifat pendidikan, serta
nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan
segalanya .
II.
FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM
A.
KONSEP
DASAR LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM
Landasan adalah sesuatu yang menjadi sandaran semua
dasar dalam suatu bangunan, sedangkan dasar adalah fundamen yang menegakkan
suatu bangunan, sehingga menjadi kuat dan kokoh dalam pengembangan pendidikan
Islam. Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu
tujuan harus mempunyai landasan yang tepat sebagai tempat berpijak yang baik
dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha dalam membentuk
manusia dan peradabannya harus mempunyai landasan yang kuat ke mana semua
kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan. Baik sebagai sumber maupun dasar
yang menjadi pedoman penerapan dan pengembangannya. Landasan itu terdiri dari
al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, mashlahah al-mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya. Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari
bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap
berdiri tegaknya bangunan itu. Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan
pendidikan Islam adalah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia
pendidikan Islam, juga agar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh
berbagai “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan dia akan semakin kuat dan
tegar di dalam menghadapinya.
Dasar filosofis pendidikan Islam merupakan kajian
filosofis mengenai pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para sahabat nabi saw sebagai sumber sekunder. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan filsafat
Islam adalah
filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang
dijiwai oleh ajaran Islam[1]. Dasar-dasar
pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan
seluruh perangkat kebudayaannya.
Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan
Islam yang pertama dan utama tentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya
memberikan prinsip penghormatan kepada akal,
bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia dan memelihara
kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan.
Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai
sosial kemasyarakatan yang
tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah atas prinsip mendatangkan
kemashlahatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.Kemudian warisan
pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam[2]. Di samping itu, di bagian lain Azyumardi Azra juga mengemukakan
mengenai sumber dan dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah serta
nilai-nilai, norma dan tradisi
sosial yang memberi corak keislaman dan dapat mengikuti perkembangannya.
Pendidikan Islam berpangkal dari ajaran Ilahiyah, maka
tentu harus bersumber
dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaran Ilahi telah
diperkenalkan kepada manusia melalui para nabi berupa kitab suci.Dari empat
kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia, maka sejak
kehadiran Rasulullah saw. di muka bumi ini satu yang harus ditegakkokohkan
yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul saw juga merupakan sumber
utama pendidikan Islam.
Pada dasarnya bangunan syari’at dan moralitas Islam
itu mempunyai dua sumber pokok yaitu
al-Qur’an dan sunnah Nabi saw. Al-Qur’anadalah kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad bin Abdillah,dengan bahasa
Arab yang jelas dan fasih yang secara kronologis diturunkan dalam rentangan
waktu kurang lebih 23 tahun, yang memiliki nilai-nilai ibadah. Serta sumber
Islam yang kedua adalah al-Sunnah sebagai landasanberfikir dan syari’at terdiri
dari segala sesuatu yang berasal dari Rasul saw.
1. Al-Qur’an (kalamullah)
Al-Qur’an sebagai kalamullah yang mencakup segala
aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya,sesama manusia dan
alam semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan
manusia. Al-Qur’an memiliki gagasan mendasar yang amat luas dalam
berbagai bidang kehidupan manusia yang semua nya dapat dan harus
dijadikan sebagai landasan dasar utama dalam pengembangan
Pendidikan Islam. Kedudukan al-Qur’an dalam kerangka Pendidikan Islam bukan
saja sebagai dasar bahkan menjadi sumber yang sangat berharga untuk terus
digali, dipahami dan diambil intisarinya untuk senantiasa diaktualisasikan
dalam hidup dan kehidupan manusia.
2. Al-Sunnah al-Shohihah
Al-Sunnah bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan
Rasulullah saw dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan kehidupan umat
manusia yang benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua alam, termasuk
manusia dalam mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan
bertanggung jawab bagi keselamatan dalam kehidupannya. Kedudukan al-Sunnah
dalam kehidupan dan pemikiran Islam sangat penting, karena di samping
memperkuat dan memperjelas berbagai persoalan dalam al-Qur’an, juga banyak
memberikan dasar pemikiran yang lebih kongkret mengenai penerapan berbagai
aktivitas yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan kehidupan umat manusia.
3. Pemikiran Islam
Pemikiran Islam yakni penggunaan akal budi manusia
dalam rangka memberikan makna dan aktualisasi terhadap berbagai ajaran Islam yang
disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman yang muncul dalam
kehidupan umat manusia dalam berbagai bentuk persoalan untuk dicarikan
solusinya yang diharapkan sesuai dengan ajaran Islam.
4. Sejarah Islam
Sejarah kebudayaan Islam merupakan segala dinamika kehidupan dan hasil
karya masa lampau yang pernah dan terus dikembangkan dalam kehidupan umat Islam
secara terus menerus. Semua ini akan memberikan gambaran bagi pembinaan dan
pengembangan Pendidikan Islam yang dapat dijadikan landasan sebagai sumber
penting Pendidikan Islam.
5. Realitas Kehidupan
Realitas kehidupan sekarang ini, yakni kenyataan
realitas yang tampak dalam kehidupan secara keseluruhan terutama menyangkut manusia
dengan segala dinamikanya, kenyataan alam semesta dengan segala
ketersediaannya. Dengan demikian realitas ini menyangkut kehidupan manusia dan
berbagai makhluk lainnya serta alam semesta ini semuanya merupakan sumber dalam
rangka pengembangan Pendidikan Islam.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa landasan
dasar filosofis pendidikan Islam adalah suatu dasar, landasan yang menjadi
sumber dibangun dan dikembangkannya pendidikan Islam baik secara filosofis,
maupun teoritis dan empiris dalam dunia pendidikan Islam. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa pemikiran
mengenai landasan yang menjadi sumber dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an
dan al-Sunnah yang menjadi sumber primer lalu pemikiran Islam, sejarah Islam
dan realitas kehidupan
yang menjadi cabang (furu’) dari pengembangan dua sumber primer tadi.
Untuk itu dalam makalah ini sumber yang akan dibahas hanya terpusat pada sumber
primer yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah karena dari sinilah ilmu-ilmu Islam yang
lain muncul.
B.
ANALISIS
AYAT AL-QUR’AN DAN AL-HADITS YANG BERKAITAN DENGAN DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN
ISLAM
Berikut beberapa ayat-ayat dalam yang secara eksplisit
didalamnya terdapat penjelasan tentang dasar atau landasan dalam Pendidikan
Islam. Diantaranya Allah saw
berfirman :
Surat
al-Baqarah: 129
رَبَّنَا
وَٱبعَث فِيهِم رَسُولا مِّنهُم يَتلُواْ عَلَيهِم ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلكِتَٰبَ وَٱلحِكمَةَ وَيُزَكِّيهِم إِنَّكَ أَنتَ ٱلعَزِيزُٱلحَكِيمُ
Artinya:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 129)
Dari ayat yang dipaparkan di atas terdapat kalimat
yang menunjukan tentang dasar filosofis Pendidikan Islam yang dicontohkan oleh
nabi Muhammad SAW yaitu kalimat al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah swt sesungguhnya telah
mengajarkan kepada Rasul bagaimana cara mendidik dan mengajarkan para
sahabatnya dan kaum muslimin tentang Islam yang benar pada waktu itu yaitu
dengan berpedoman kepada al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Karena
dengan berlandaskan dua landasan primer tersebut konsep Pendidikan Islam akan
memiliki arah yang jelas sebagaimana yang telah tertuang dalam
penjelasan-penjelasan para ulama yaitu, untuk menyucikan diri-diri umat manusia
dari syirk dan akhlak yang buruk, lalu mengajarkan mereka dengan al-Kitab
(al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah).Hal ini selaras dengan hadits nabi saw
yaitu,
Yang artinya: “Wahai manusia sesungguhnya aku (Muhammad saw) telah
meninggalkan wasiat kepada kalian, barangsiapa yang berpegang teguh kepadanya
maka ia tidak akan pernah tersesat selamanya, wasiat itu adalah Kitabullah dan Sunnah nabi-Nya” (HR.
Bukhori dan Muslim)
III.
KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan
atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1)
Tujuan Pendidikan
2)
Peserta Didik
3)
Pendidik
4)
Metode Pendidikan
5)
Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
6)
Lingkungan Pendidikan
7)
Alat dan Fasilitas Pendidikan
8)
Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut.
1. Tujuan Pendidikan
Tingkah
laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan.
Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai
pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh
sifat ilmu pendidikan yang normative dan praktis.
a.
Ilmu pengetahuan normatif
Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia.
b.
Ilmu pengetahuan praktis
Tugas pendidikan atau pendidik maupun guru ialah menanamkan
sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat.
Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau
pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia
akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan
pendidikan manusia.
2. Peserta Didik
Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan
perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja
memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang
mengansumsikan peserta didik terdiri darianak-anak pada usia sekolah, maka
sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik.
Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari
lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik.
Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut yang
termasuk kategori pendidik adalah sebagai berikut :
a.
Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh syaifullah yaitu,
manusia yang memiliki pandangan hidup yang pasti dan tetap, manusia yang telah
memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu termasuk cita-cita untuk
mendidik.
b.
Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik utama dan
yang pertama yang berlandaskan pada hubungan cinta kasih bagi keluarga atau
anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama,
bahkan sebelum ada orang yang memikirkantentang pendidikan.
c.
Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik di sekolah yang secara langsung maupun
tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan
pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik harus memenuhi
persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan.
Persyaratan pribadi didasarkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari
tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional.
Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik
yang berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan maupun cara penyampainnya
dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d.
Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Peran pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada
aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota
yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada
nilai-nilai keagamaan.
4. Metode Pendidikan
Dalam
interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
a)
Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori empiris yang menyatakan bahwa
perkembangan manusia semata-mat ditentukan oleh faktor luar manusia. Metode ini
menimbulkan sikap dictator dan otoriter, pendidik yang menentukan segalanya.
b)
Metode Liberal
Bersumber dari pendirian Naturalisme yang berpendapat bahwa
perkembangan manusia itu sebagian besar ditentukan oleh kekuatan dari dalam
yang secara wajar ada pada diri manusia. Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa
pendidik jangan terlalu banyak ikut campur terhadap perkembangan anak.
Membiarkan anak berkembang sesuai dengan kodratnya secara bebas.
c)
Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen yang mengatakan bahwa
perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari dalam dan dari luar.
Didalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat menguasai anak, tetapi
harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini tampak bahwa pendidik dan
anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
5. Isi Pendidikan/Materi
Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan
formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama,
pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang
sederhana lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling
anak didik dan komponen-komponen pendidikan yang lain.
7. Alat dan Fasilitas
Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan, dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan
akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan pendidikan akan mudah
dicapai. Misalnya laboratorium lengkap dengan alat-alat
percobaannya, internet dll.
BAB III
KESIMPULAN
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan
hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang
satu. Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh lodge
yaitu bahwa: life is education, and education is life, akan berarti bahwa
seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala
pengalaman sepanjang hidupnya merupakan danmemberikan pengaruh
pendidikan baginya.
Islam
sesungguhnya telah memiliki konsep dasar filosofis Pendidikan Islam yang
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW yaitu berupa al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah). Dan dapat ditarik
kesimpulan bahwa Allah SWT sesungguhnya telah mengajarkan kepada Rasul
bagaimana cara mendidik dan mengajarkan para sahabatnya dan kaum muslimin
tentang Islam yang benar pada waktu itu yaitu dengan berpedoman kepada al-Kitab
(al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah) tersebut. Karena dengan berlandaskan dua
landasan primer tersebut konsep Pendidikan Islam akan memiliki arah yang jelas
sebagaimana yang telah tertuang dalam penjelasan-penjelasan para ulama yaitu,
untuk menyucikan diri-diri umat manusia dari syirk dan akhlak yang buruk, lalu
mengajarkan mereka dengan al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (al-Sunnah).
Dan, Komponen pendidikan merupakan bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan
tidaknya proses pendidikan.
Input sistem
pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Input
masukan (raw input): peserta didik.
Komponen masukan (raw input), adalah
kualitas siswa yang akan mengikuti proses pendidikan. Kualitas tersebut dapat
berupa potensi kecerdasan, bakat, minat belajar, kepribadian siswa, dan
sebagainya.
2. Input
alat (instrumental input) : kurikulum, dan pendidik Komponen masukan
yang berperan sebagai alat pendidikan (insrumental input) adalah
semua faktor yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya kurikulum, media
pengajaran, alat evaluasi hasil belajar, fasilitas/sarana dan prasarana, guru,
dan sejenisnya.
3. Input
lingkungan (environmental input) : keadaan cuaca, situasi
keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi proses pendidikan.
Berbagai jenis input pendidikan terseleksi dan akan membentuk
komponen-komponen pendidikan, yaitu Tujuan Pendidikan, Peserta Didi, Pendidik, Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik, Isi Pendidikan, dan Lingkungan pendidikan. Dan komponen-komponen pendidikan di atas saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan
dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Darajad,
Zakiah, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Marimba,
Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif, 1980.
Nata,
Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997.
Nata,
Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy). Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010.
Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/komponen-pendidikan.html
[1] Lihat Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal 30-31
[2] Lihat Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,
hal. 9