Dasar Ontologi
Ontologi
ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan
sesudah mati, dan Tuhan. Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila.
Kesesuaian hubungan negara
dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat. Yaitu
sebagai berikut :
· Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
·
Landasan
sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai
sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
Ontologi ialah penyelidikan
hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala sesuatu: alam semesta,
fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan
Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:
·
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos)
sebagai ada tak terbatas, dengan wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang
merupakan prwahana dan sumber kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat
asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya.
- Eksistensi subyek/ pribadi manusia:
individual, suku, nasional, umat manusia (universal). Manusia adalah
subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional, merdeka dan
berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak dan
kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam
dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan
Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi
jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
- Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian
manusia yang unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah
perwujudan martabat dan kepribadian manusia: sistem nilai, sistem
kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat, organisasi, negara.
Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup
dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis,
berkebajikan;
- Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem
kenegaraan yang merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat,
kepribadian dan kewibawaan nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan
berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa, pusat kesetiaan,
dan kebanggaan nasional.
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif,
yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan
apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti
misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Dasar Epistemologi
Epistimologi
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistimologi adalah suatu teori
pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu
yang dinamakan metode keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang
apapun selama hal itu terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut
diperoleh dengan menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kata
sifat keilmuan lebih mencerminkan hakikat ilmu daripada istilah ilmu sebagai
kata benda. Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan
menurut syarat keilmuan yaitu bersifat terbuka dan menjunjung kebenaran diatas
segala-segalanya (Jujun S. Suriasumantri, 1991, hal 9).
Epistimologi
dari pendidikan pancasila menurut sila-sila pancasila :
1.
Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa
Pemikiran
tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal
atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Bila dilihat dari pendidikan maka
dapat diketahui apakah ilmu dapat mealui rasio dari Tuhan.
2.
Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pancasila
adalah ilmu yang mealui perjuangan yang sesuai dengan logika . dengan ilmu
diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap
yang lainnya. Proses pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan secara
teknik edukatif lebih sederhana. Komunikasi antar guru dan siswa juga sangat
penting.
3.
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Proses
terbentuknya pengetahuan atau pendidikan manusia merupakan hasil dari kerja
sama dengan lingkungannya.
4.
Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Manusia diciptakan Alah sebagai pemimpin dimuka bumi ini
untuk memakmurkan umat manusia dan seorang pemimpin harus punya syarat yaitu
bijaksana. Jadi
dalam hal ini diperlukan suatu ilmu yaitu ilmu keguruan agar menjadi guru
ideal.
5.
Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil
disini dalam arti luas, seimbangn antara ilmu umum dengan agama. Dan untuk
mendapatkannya dapat dilakukan pendidikan secara informal, formal, dan
non-formal.
Secara umum dipahami bahwa epistemologi menjadi
landasan nalar filsafat, untuk memberikan keteguhan dan kekukuhannya bahwa
manusia dapat memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Di bawah ini, dapat
disebutkan beberapa nilai penting epistemologi, yaitu:
1) Epistemologi memberikan kepercayaan bahwa manusia
mampu mencapai pengetahuan. Kita ketahui bahwa
pada masa Yunani Kuno, ada kelompok sophis yang menggugat kemampuan manusia
untuk memperoleh pengetahuan, dan masa kini kelompok ini lebih dikenal dengan
skeptisisme dan agnotisisme. Kelompok ini menegaskan bahwa manusia tidak
memiliki pengetahuan, karena tidak ada fondasi yang pasti bagi pengetahuan
kita. Untuk itulah, maka kajian epistemologi penting guna mengupas problematika
ini sehingga kita dapat menyatakan bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan
dan mendapatkan kepastian.
2) Epistemologi memberikan manusia keyakinan yang kuat
akan pandangan dunia (world view) dan ideologi yang dianutnya. Agama berisi pandangan dunia, pandangan dunia
diperoleh melalui penalaran filsafat yang basisnya epistemologi. Karena itu,
jika epistemologinya kokoh, maka kajian filsafatnya juga akan kokoh sehingga
pandangan dunia dan ideologi, serta agama yang dianut pun akan memiliki
kekokohan dan keutuhan.
3) Di dunia ini banyak aliran pemikiran yang berkembang
dan terus disosialisasikan oleh para penganutnya. Karena setiap aliran
pemikiran didapat dari penyimpulan pengetahuan, ini berarti pemikiran juga
berurusan dengan epistemologi. Untuk itu, epistemologi akan memberikan kita
kemampuan untuk memilih dan memilah pemikiran yang berkembang dan
membanding-bandingkannya sehingga diketahui mana yang benar dan mana yang
keliru.
4) Epistemologi mengukuhkan nilai dan kemampuan akal
serta kebenaran dan kesahihan metodenya dalam mendapatkan pengetahuan yang
benar. Bagi kalangan empirisme, indera merupakan jalan
utama memperoleh pengetahuan. Adapun akal, tidak dapat memberikan kita
pengetahuan tentang dunia, karena—seperti dikatakan David Hume—semua yang masuk
akal tentang dunia adalah bersifat induktif, dan pemikiran induktif tidak
menjamin kebenaran hasilnya. Jadi epistemologi akan mengkaji leshahihan metode
akal atau pun metode empiris.
5) Salah satu hal yang sering kita lakukan adalah tindakan
akumulatif pengetahuan. Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk memperbanyak
pengetahuan dari berbagai hal yang umumnya telah kita ketahui terlebih dahulu.
Untuk itulah, epistemologi memberikan sarana bagi manusia untuk melipatgandakan
pengetahuannya dari bahan-bahan dasar yang telah ada dalam mentalnya melalui
teknik-teknik yang sistematis dan teratur.
Kesimpulan
Pandangan
para ilmuan tentang pentingnya pertimbangan nilai memang dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, namun keduanya tidak saling bertentangan. Pertimbangan
nilai etik dan kemanfaatan tidak dimaksudkan untuk mengubah ciri-ciri metode
ilmiah, melainkan untuk menjamin kepentingan masyarakat.
Landasan
ontologis dari ilmu pengetahuan adalah analisi tentang objek materi dari ilmu
pengetahuan. Objek materi ilmu pengetahuan adalah hal-hal atau benda-benda
empiris.
Landasan
epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses tersusunnya
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui proses yang disebut metode
Ilmiah (keilmuan). Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Landasan
aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasil-hasil
temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan di maksudkan untuk
memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuruan hidup manusia
Oleh: Nora Maghfirah