076
Guru dalam bahasa jawa sering dipanjangkan dengan digugu
lan ditiru (nasihatnya senantiasa dianut dan perilakunya selalu dicontoh).
Dalam konteks ini ingin menunjukkan pentingnya posisi guru dalam kehidupan
masyarakat, apalagi perkembangan sekarang ini yang sering disebut-sebut masa
krisis keteladanan. Guru adalah unsur manusiawi yang merupakan ujung tombak
dalam proses pendidikan. Oleh karena itu,guru harus selalu meningkatkan diri
untuk berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan peserta didik yang terus berkembang.
Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu memiliki
tanggung jawab untuk memfasilitasi para peserta didik untuk mengembangkan
potensi dan mendewasakan pendiriannya.
Dalam posisi dan
perannya sebagai fasilitator, guru tidak semata-mata mengajar yang transfer
of knowledge tetapi juga mendidik yang transfer of values dan
sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan tuntunan dan rambu-rambu kepada
pserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai sukses hidup. Dengan
demikian guru sebenarnya memiliki peran yang strategis dan unik tetapi juga
kompleks dalam mengantarkan peserta didik menjadi insane yang cerdas dan
terampil tetapi juga bertaqwa dan berakhlak mulia.
Dalam karya tulis ilmiah ini akan kami bahas tentang: (1).
Pendidikan berkarakter (2). Fakta pendidikan berkarakter (3). Harapan
pendidikan berkarakter (4). Membangun karakter sikap generasi emas.
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil
menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan
sebagai kekuatan moral dalam hidupnya dengan landasan hakekat dan tujuan
pendidikan, berarti ia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis
atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan , atau pun sifat-sifat
lain yang melekat pada diri pendidik.
Pentingnya Pendidikan berkarakter terangkum dalam UU Nomor
14 Tahun 2005 tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Gambaran pendidikan berkarakter bisa dilihat pada syair
tembang “Dhondhong apa Salak”. Tembang tersebut mempunyai filosofi dan
nilai yang tinggi dan bermakna. Buah kedondong kulitnya halus tapi dalamnya
berduri, buah salak, kulitnya kasar tapi dalamnya halus. Keduanya tidak
dipilih, yang dipilih buah duku yang kecil, kulitnya halus, dalamnya juga
halus. Naik bendi tidak dipilih karena menyakiti hewan, naik becak tidak
dipilih karena memeras tenaga manusia. Yang dipilih berjalan pelan-pelan. Jadi
betapa indahnya jika nilai pendidikan berkarakter yang ada pada tembang
tersebut melekat pada diri insan yang hidup di dunia ini. Di sisi lain juga
menggambarkan betapa pentingnya mengarungi aktivitas kehidupan didasarkan
kemampuan sendiri tanpa harus memberatkan, merugikan, menyusahkan atau
menyengsarakan pihak lain.
Fakta Pendidikan Berkarakter
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang
dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan
dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain.
Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua.
Di kalangan pelajar dan mahasiswa dekadensi moral ini tidak
kalah memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan
sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh pelajar dan mahasiswa.
Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan
lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional
menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka
mencari bocoran jawaban dari berbagai sumber yang tidak jelas. Apalagi jika
keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena direkayasa atau
dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang
tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat dengan menyakiti
diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh
mahasiswa. Plagiatisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga
masih sering dilakukan. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program
doktor. Semuanya ini menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan
mahasiswa.
Hal lain yang menggejala di kalangan pelajar dan mahasiswa
berbentuk kenakalan. Beberapa di antaranya adalah tawuran antar pelajar dan
antar mahasiswa. Di beberapa kota besar tawuran pelajar menjadi tradisi dan membentuk
pola yang tetap, sehingga di antara mereka membentuk musuh bebuyutan. Tawuran
juga kerap dilakukan oleh para mahasiswa seperti yang dilakukan oleh sekelompok
mahasiswa pada perguruan tinggi tertentu. Bentuk kenakalan lain yang dilakukan
pelajar dan mahasiswa adalah meminum minuman keras, pergaulan bebas, dan
penyalahgunaan narkoba yang bisa mengakibatkan depresi bahkan terkena HIV/AIDS.
Fenomena lain yang mencorong citra pelajar adalah dan lembaga pendidikan adalah
maraknya gang pelajar dan gang motor. Perilaku mereka bahkan seringkali
menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan
bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan
oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping
karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
- D.
Harapan Pendidikan Berkarakter
UU no 14 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional pasal
3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Slamet Imam Santoso mengemukakan bahwa tujuan tiap
pendidikan yag murni adalah menyusun harga diri yang kukuh dan kuat dalam jiwa
pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat. Dibagian lain
beliau juga mengemukakan bahwa pendidikan bertugas mengembangkan potensi
individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga
terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas
kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian pembinaan watak
merupakan tugas utama pendidikan.
Harapan dengan adanya pendidikan berkarakter yang diharapkan
akan menjadi generasi emas penerus bangsa adalah :
- Potensi
kalbu / nurani / afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dapat dikembangkan.
- Kebiasaan
dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius dapat dikembangkan.
- Jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa dapat ditanamkan.
- Kemampuan
peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan
dapat dikembangkan.
- Lingkungan
kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan dapat dikembangkan.
Membangun Karakter
Sikap Generasi Emas
Keberadaan dan kehadiran pendidik, sebagai key actor in
the lerning process, yang profesional serta memiliki karakter kuat dan
cerdas merupakan suatu kebutuhan. Character building di kalangan
pendidik sejak beberapa dekade terakhir ini telah menjadi perhatian yang serius
berbagai bangsa di dunia, tak terkecuali Indonesia. Karena melalui pendidik
yang memiliki karakter kuat dan cerdas ini akan tercipta sumberdaya manusia
yang merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas serta
bermoral luhur. Hanya dengan sumberdaya manusia yang demikianlah tatanan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berlangsung dengan wajar dan
natural, karena baik pemimpin maupun yang dipimpin memiliki komitmen maupun
moral yang baik untuk bersama – sama membangun tatanan kebidupan yang harmonis
dan sejahtera.
Membangun karakter sikap generasi
emas yaitu dengan:
- Mempunyai
tujuan Hidup
- Mandiri
- Disiplin
- Pandai
bergaul dan menempatkan diri
- Sanggup
bekerja keras
- Pemberani
- Percaya
Diri
- Tidak
gengsian
- Hemat
- F.
Kesimpulan
Dari laporan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia hidup
berbangsa dan bernegara harus mempunyai sebuah karakter untuk bisa membedakan
antar bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Banyak cara yang bisa dilakukan
dengan salah satunya memiliki ilmu pengetahuan, tehnologi, keterampilan.
Mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter bisa dilakukan melalui
pendidikan, baik pendidikan formal,informal dan non formal. Sehingga pemerintah
harus memperbaiki pendidikan di Indonesia bila ingin menciptakan generasi emas
yang cerdas dan berkarakter guna meningkatkan daya saing bangsa, selain melalui
pendidikan dapat juga melalui proses Sosialisasi pemuda guna meningkatkan
kualitas pemuda yang cerdas dan berkarakter.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Nawawi. 2009. Pembangunan
dan Problem Masyarakat. Surabaya:CV. Putra Media Nusantara.
Depdiknas. 2007. Pembangunan
Pendidikan Nasional 2005 – 2007.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Mochtar Bukhari (1995). Transformasi Pendidikan
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
M.Furqon Hidayatullah (2009).Guru
Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas.(Surakarta:Yuma
Pustaka).
Tags:
MAKALAH