BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hidup kita memerlukan amanah. Begitu
juga dengan bisnis atau bermuamalah. Logis, makin sempit lingkungan tempat
seseorang masih bisa mengandalkan nama baiknya, makin sempit pula daerah
rezekinya. Bahkan di antara para kriminal amanah di junjung tinggi-jika
diingat bahwa moral, etika, sampai tingkat tertentu juga terdapat di kalangan
mereka, meskipun agaknya selalu lebih susah dipertahankan.
Tetapi amanah dalam Islam lebih kuat
dari pada “nama baik” karena disangkutkannya amanah itu tidak pada
penilaian orang, melainkan pada penilaian Allah. Karenanya, konotasi istilah
itu menunjuk pada sebuah nilai instrinsik, sementara nama baik menunjuk
pada dampak dalam pergaulan. Amanah berhubungan dengan sikap tanpa
pamrih (karena semua pamrih sudah dimuarakan pada Allah, dan justru karena itu
siapa yang mengenal pemilik sifat itu, di lingkungan apa pun, mempercayainya.
Dan itulah yang di didik, lewat puasa dan segala ibadah. [1]
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja ayat-ayat yang berhubungan dengan amanah?
2.
Bagaimana analisis kkata dan penafsiran ayat tentang
amanah?
3.
Apa sebab-sebab turunnya ayat tentang amanah tersebut?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.
Untuk memberitahukan ayat-ayat yang berhubungan dengan
amanah
2.
Agar mengetahui analisis dan penafsiran ayat tentang
amanah
3.
Mengetahui dengan jelas sebab turunnya ayat-ayat tentang
amanah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN AMANAH
إِنّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوْا
الأَمَانَاتِ إِلىَ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النّاسِ أَنْ تَحْكُمُوْا
بِالعَدْلِج إِنّ اللّهَ نِعِمّا يَعِضُكُمْ بِهِقلى إِنّ
اللّهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا.
“Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[2]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“[3]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”[4]
2.2 ANALISIS KATA DAN PENAFSIRAN AYAT
Surat An-Nisaa’ ayat 58:
الأَمَانَاتِ :
mempunyai dua arti, sebagai kualitas pribadi dan sebagai barang yang
dipercayakan.
إِلىَ أَهْلِهَا : kepada berhak yang menerimanya.
العَدْلِ : dengan adil.
نِعِمّا :sebaik-baik sesuatu.
يَعِضُكُمْ بِهِ : yang Dia jadikan pengajaran bagimu.
Penafsirannya: Pertama: firmanNya إِنّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوْا
الأَمَانَاتِ , ayat ini merupakan salah satu ayat penting
yang mencakup seluruh agama dan syariat. Ada perbedaan mengenai siapa yang
ditunjukkan dalam ayat tersebut, Ali bin Abi Thalib berkata, ini ditinjaukkan
secara khusus bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, yaitu Nabi saw dan para
pemimpin-pemimpin lalu orang-orang setelah itu.[5]
Kedua : وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوْا بِالعَدْلِ yang dimaksud dengan adil dalam firman Tuhan “Hukumlah
dengan adil” ialah, dengan hukum yang berdasarkan alQuran dan Hadist,
karena hukum yang berdasarkan pemikiran semata-mata bukanlah hukum yang sah.
Kalau tidak didapat dalam alQuran dan Hadist, boleh menghukum dengan jalan
ijtihad seoorang hakim, yang mengetahui dengan baik hukum Allah dan RasulNya.[6]
Ketiga: نِعِمّا disitu huruf mim diidghamkan (dimasukkan) ke
dalam maa yang berstatus nakirah maushufah (kata benda tak tertentu yang diberi
sifat yakni sebaik-baik sesuatu.[7]
Keempat: يَعِضُكُمْ بِهِ yang Dia jadikan pelajaran bagimu ialah
menyampaikan amanat dan menetapkan hukum dengan adil.
Surat An-Nisaa’ ayat 59:
أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ : Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya.
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul.
إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِر : Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian.
Penafsirannya:
Pertama: أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَAyat tersebut menjelaskan tentang perintah dari Allah untuk
menaati Rasul semasa hidupnya, taat dalam hal apa saja yang telah diperintahkan
atau dilarang, dan juga menaati segala perintah atau larangan setelah beliau
wafat dengan mengikuti sunnah beliau. Oleh karena itu, Allah telah mengumumkan
perinntah taat kepada Rasul-Nya, dengan tidak mengkhususkan pada suatu kondisi,
melainkan disebutkan secara menyeluruh dan merata, sehingga mengkhususkan
tersebut wajib diterimanya dengan sepenuh hati.[8]
Kedua: فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ maksudnya adalah kembali kepada kitab-Nya, kembali kepada RasulNya jika
masih hidup, dan jika telah wafat maka kembali kepada sunnah beliau.[9]
Ketiga: إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِر
yaitu lakukanlah hal tersebut jika kamu
percaya dengan Allah dan hari kiamat, yakni hari yang didalamnya mengandung
pahala dan siksa. Jika kamu melakukan apa yang telah diperintahkan maka kamu
akan mendapatkkan balasan dari Allah berupa pahala, sedangkan jika tidak
melaksanakan hal tersebut maka kamu akan mendapatkan siksa yang pedih.[10]
Surat Al-Anfaal, ayat 27:
وَتَخُونُوا
أَمَانَاتِكُمْ : Kamu mengkhianati amanat-amanat.
Penafsirannya:
Maksudnya adalah apa-apa
yang dipercayakan kepadamu, seperti agama.[11]
2.3 ASBABUN NUZUL
Surat An-Nisaa’, turun ketika Ali bin Abi
Thalib mengambil kunci ka’bah dari “Ustman bin Thalhahh Al-Hajabi, penjaga
ka’bah, secara paksa ketika Nabi Saw datang ke Makkah pada waktu penaklukan
kota Makkah, tetapi dia menolaknya dan berkata: “Seandainya aku tahu bahwa dia adalah
Rasulullah Saw, aku tidak akan menolaknya. “Kemudian Rasulullah Saw
memerintahkan agar kunci itu dikembalikan kepadanya dan bersabda: “Ambillah
untuk selamanya dan seterusnya.” Lalu dia merasa takjub akan hal itu.
Lantas Ali membacakan ayat tersebut kepadanya dan dia langsung masuk Islam. Dan
ketika meninggal dunia, dia memberikan kunci itu kepada adiknya, Syaibah,
kemudian terus dipegang oleh anaknya. Kendati ayat ini turun karena sebab yang khusus, tetapi
keumumannya bisa dijadikan sebagai pegangan, dengan qarinah (indikasi)
jamak الأَمَانَاتِ.[12]
Dalam alQuran, Surat Al-Anfaal ayat 27. Dalam
konteks Abu Lubabah Marwan bin Abdul Mundzir yang ditugaskan oleh Nabi Saw ke
Bani Quraizhah untuk meminta mereka mengikuti keputusan hukumnya, lalu mereka meminta
pendapatnya dan ia memberikan isyarat kepada mereka bahwa keputusan hukum itu
adalah hukuman mati, karena keluarga dan hartanya ada di tengah-tengah mereka,
maka turunlah Surat Al-Anfaal ayat 27.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Amanah ialah “sesuatu yang dipercayakan.” Termasuk di dalamnya
segala apa yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta ataupun ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Seorang pelajar memikul amanah, maka dia wajib
menjaga waktu dan memperhatikan pelajarannya dengan sebaik-baiknya. Demikian
juga guru memikul amanah, maka wajib dia memberikan pelajaran kepada
murid-muridnya menurut cara yang baik untuk kemajuan muridnya.
Sesudah Allah
memerintahkan kepada setipa manusia untuk memelihara Amanah dan berserah kepada
hakim supaya menjalankan hukum dengan adil, karena itu juga merupakan salah
satu amanat baginya, maka Allah memerintahkan supaya, mentaati Allah, Rasul,
dan Uul Amri.
DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Karim dan Terjemahannya.
Asa, Syu’bah. Tafsir Ayat-Ayat Sosial Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2000.
Bakri, Ahamad Abdurraziq. Tafsir Ath-Thabari, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008.
Hasan, Abdul Halim. Tafsir Al-Ahkam. Jakarta:
Kencana, 2006.
Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Tafsir
Jalalain, Surabaya: Pustaka elba, 2010.
[1] Syu’bah Asa, Tafsir Ayat-Ayat Sosial
Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.80
[2] Q. Surat An-Nisaa’, Ayat: 58
[3] Q. Surat An-Nisaa’, Ayat: 59
[4] Q. Surat Al-Anfaal, Ayat: 27
[5] Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam:
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 279
[6] Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam,...hlm.
280
[7] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Tafsir
Jalalain, (Surabaya: Pustaka elba, 2010),hlm. 355
[8] Ahmad Abdurraziq Al Bakri, Tafsir
Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 252
[9] Ahmad Abdurraziq Al Bakri, Tafsir
Ath-Thabari,...265
[10] Ahmad Abdurraziq Al Bakri, Tafsir
Ath-Thabari,...263
[11] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Tafsir
Jalalain,...hlm. 693
[12] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Tafsir
Jalalain,...hlm. 355
Tags:
MAKALAH