Makalah Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia TK (doc) - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Sabtu, 28 November 2020

Makalah Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia TK (doc)



 

Perkembangan Emosi

Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan. 
Dalam World Book Dictionary (1994: 690) emosi didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang kuat”, seperti perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya sesuatu. Berdasarkan definisi tersebut kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut  dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
Untuk dapat memunculkan emosi tersebut ada lima tahapan proses terjadinya emosi yang dikemukakan oleh Lewis and Rosenblum (Stewart, at. al. 1985) sebagai berikut : 
Elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.
Receptor, yaitu aktivitas di pusat sistem syaraf, setelah indra menerima rangsangan dari luar.
State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi
Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis.
Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya.
Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti berikut: Nilai serta kepercayaan mengenai cara mengekspresikan emosi yang layak dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dan guru di sekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia dini. Ada jenis emosi pada anak usia dini antara lain emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif berupa empati, senang, ingin tahu, dll. Emosi negatif antara lain marah, sedih, kecewa dll. Emosi tersebut akan mengalami perkembangan sesuai dengan apa yang menstimulasi mereka. 
Perkembangan Sosial
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial”.
Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:
Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.
Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.
Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.
Ketiga poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam memperoleh pekerjaan.
Pada anak usia dini, perkembangan sosial dapat dilihat dari bagaimana anak tersebut berinteraksi dengan teman sebayanya, orang yang lebih tua dan lingkungan. Anak-anak yang memiliki motivasi kuat untuk belajar akan mempunyai masa depan yang cerah diwarnai penemuan, kesempatan, dan kontribusi. Mereka memiliki kecenderungan alami untuk menguasai hal-hal tersebut yang akan membuatnya serta mendapat manfaat dari segala perubahan positif dalam masyarakat. Mereka yang memiliki motivasi belajar yang kuat mungkin saja akan menghadapi kendala-kendala dari sebuah ketidakadilan, tetapi kendala tersebut bukanlah musuhnya. Mereka akan menjadi orang-orang yang paling cocok untuk belajar bagaimana menghadapi kendala tersebut. Mareka akan menjadi orang yang paling mampu berkreasi dan mencapai kesuksesan karena hasil terbaik dalam IPTEK, penelitian, dan kesenian tidak dapat dipaksakan dari hati yang mengerdil.
Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Aktivitas bermain menyiapkan anak dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, antara lain berikut ini.
Sikap sosial
Belajar berkomunikasi
Belajar mengorganisasi

Perkembangan karakter pada Anak usia TK

Pengertian Pendidikan Karakter.
Karakter dapat didefenisikan sebagai sifsat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Sedangkan menurut Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Karakter pada Anak Usia Dini dapat dikembangkan dengan menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah hal yang paling krusial dalam dunia pendidikan. Pendidikan ini adalah pilar yang menentukan apakah pendidikan dapat bermanfaat atau justru menjadi malapetaka bagi umat manusia.
Pendidikan karakter merupakan fondasi awal pendidikan usia dini, oleh sebab itu hal ini wajib dilakukan oleh para pendidik dalam angka menanamkan karakter baik pada anak.
Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas  karakter  bangsa  menentukan  kemajuan  suatu  bangsa.  Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud mengatakan bahwa,  kegagalan  penanaman  kepribadian  yang  baik  di  usia  dini  ini  akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. 
Thomas  Lickona,  mengidentifikasi  ada  sepuluh  tanda-tanda  zaman yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak jika sebuah bangsa ingin tetap eksis. Tanda-tanda tersebut adalah: 1) meningkatnya kekerasan di kalangan  remaja,  2)  ketidakjujuran  yang  membudaya,  3)  semakin  tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin, 4) pengaruh peer  grup  terhadap  tindakan  kekerasan,  5)  meningkatnya  kecurigaan  dan kebencian, 6) penggunaan bahasa yang memburuk, 7) penurunan etos kerja,  8)  menurunnya  rasa  tanggungjawab  individu  dan  warga  negara,  9) meningginya  perilaku  merusak  diri,  dan  10)  semakin  kaburnya  pedoman moral (Lickona, 2012: 20-29). 
Selain  sepuluh  tanda-tanda  zaman  tersebut,  masalah  lain  yang  sedang  dihadapi  oleh  bangsa Indonesia  adalah  sistem  pendidikan  dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter  pun  ternyata  pada  praktiknya  lebih  menekankan  pada  aspek  otak  kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”) (Muslih, 2011: 36). 
 
 
Pembentukan  karakter  perlu  keteladanan, perilaku  nyata  dalam  setting  kehidupan otentik dan tidak bisa dibangun secara instan (Supriatna, 2008: 45). Oleh  karena  itu,  pengembangan  karakter  memerlukan  keteladanan dan sentuhan mulai  sejak dini sampai  dewasa.  Sebab, pada dasarnya  anak yang  berkarakter  rendah  adalah  anak  yang  tingkat  perkembangan  emosi sosialnya rendah sehingga anak  beresiko mengalami  kesulitan  belajar, berinteraksi  sosial,  dan  tidak  mampu  mengontrol  diri.  Usia  dini  merupakan masa  persiapan  untuk  sekolah  yang  sesungguhnya,  maka  pengembangan karakter  yang  baik  di  usia  dini  merupakan  hal  yang  sangat  penting untuk dilakukan.
Tujuan Pendidikan Karakter
Kemdiknas menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter antara lain:
Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan denan nilai universal dan tradisi bangsa yang religius.
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman, jujur, kreatif dan bersahabat.
Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012:18) dibagi menjadi tiga fungsi utama, yakni:
Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Agar perserta didik mampu mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani baik, dan berperilaku baik dan berbudi luhur.
Fungsi untuk penguatan dan perbaikan
Memperbaiki dan menguatkan peran individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi, atau masyarakat secara umum.
Fungsi penyaring
Pendidikan karakter dapat digunakan agar masyarakat dapat memilih dan memilah budaya bangsa sendiri dan dapat menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa sendiri yang berbudi luhur.
Ruang lingkup nilai karakter yang semestinya dikembangkan adalah sebagai berikut:
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
Kejujuran
Hormat dan Santun
Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
Kepemimpinan dan Keadilan
Baik dan Rendah Hati
Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
4K ( kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan)
Dalam perkembangannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini antara lain: (1) Faktor Intern yang meliputi insting, adat, kehendak, suara hati, keturunan. (2) Faktor Intern yang meliputi pendidikan dan lingkungan.
Anak  usia  dini  memiliki  karakteristik  yang  khas,  baik secara  fisik, psikis,  sosial,  moral,  dan  sebagainya.  Masa  kanak-kanak  merupakan  masa yang  paling  penting  untuk  sepanjang  usia  hidupnya.  Sebab  masa  kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang  akan menentukan pengalaman anak  selanjutnya.  Pengalaman yang dialami  anak pada  usia  dini  akan  berpengaruh  kuat  terhadap  kehidupan  selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama, bahkan  tidak  dapat  terhapuskan (Mashar, 2015: 7).
Dalam perkembangannya faktor-faktor di atas sangat berperan penting dan saling berkaitan satu sama lain.
Dalam pengimplementasiannya pada kehidupan sehari-hari terutama dalm kegiatan belajar anak, guru secara perlahan namun harus berkesinambungan dalam menanamkan karakter-karakter baik kepada anak didik. Misalkan setiap minggu dapat diambil satu pilar karakter yang akan diajarkan. Pembelajaran dalam minggu tersebut harus konsisten dan berhubungan dengan karakter yang akan ditanamkan kepada anak didik sehingga anak dapat secara gamblang memahami dan menerapkan karakter tersebut dalam keseharian mereka. Dalam proses tersebut dapat diketahui bagaimana karakter anak berkembang .
 
BAB III
PENUTUP
 
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial emosional anak usia dini terbagi menjadi tiga yaitu tahap perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan karakter. Perkembangan emosi mencakup emosi positif dan negatif dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka berada. Selanjutnya Perkembangan Sosial anak usia dini dapat dilihat dari bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka dan dengan teman-temannya. Sedangkan Perkembangan Karakter anak usia dini meliputi nilai-nilai positif yang harus ditanamkan yang merupakan fondasi terbentuknya sifat atau perilaku anak.
Dari makalah ini diketahui bahwa tahapan perkembangan sosial emosional saling berkaitan satu sama lain. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dan hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan karakter mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot