Perkembangan Emosi
Jika kita berbicara tentang emosi maka setiap orang akan mengatakan bahwa ia pernah merasakannya. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan.
Dalam World Book Dictionary (1994: 690) emosi didefinisikan sebagai “berbagai perasaan yang kuat”, seperti perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan kesedihan. Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa “emosi merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya sesuatu. Berdasarkan definisi tersebut kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
Untuk dapat memunculkan emosi tersebut ada lima tahapan proses terjadinya emosi yang dikemukakan oleh Lewis and Rosenblum (Stewart, at. al. 1985) sebagai berikut :
Elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Misalnya, ada peristiwa kebakaran.
Receptor, yaitu aktivitas di pusat sistem syaraf, setelah indra menerima rangsangan dari luar.
State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi
Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis.
Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya.
Perkembangan emosi pada anak usia dini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti berikut: Nilai serta kepercayaan mengenai cara mengekspresikan emosi yang layak dan tidak layak, yang dipelajari anak dari orang tua, kerabat dan guru di sekolah akan menjadi cara membentuk karakter anak usia dini. Ada jenis emosi pada anak usia dini antara lain emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif berupa empati, senang, ingin tahu, dll. Emosi negatif antara lain marah, sedih, kecewa dll. Emosi tersebut akan mengalami perkembangan sesuai dengan apa yang menstimulasi mereka.
Perkembangan Sosial
Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. “Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial”.
Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan hubungan sosial manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini, sebagai berikut:
Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak hingga ia dewasa.
Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.
Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di masyarakat hingga ia dewasa.
Ketiga poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman. Dan memiliki kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam memperoleh pekerjaan.
Pada anak usia dini, perkembangan sosial dapat dilihat dari bagaimana anak tersebut berinteraksi dengan teman sebayanya, orang yang lebih tua dan lingkungan. Anak-anak yang memiliki motivasi kuat untuk belajar akan mempunyai masa depan yang cerah diwarnai penemuan, kesempatan, dan kontribusi. Mereka memiliki kecenderungan alami untuk menguasai hal-hal tersebut yang akan membuatnya serta mendapat manfaat dari segala perubahan positif dalam masyarakat. Mereka yang memiliki motivasi belajar yang kuat mungkin saja akan menghadapi kendala-kendala dari sebuah ketidakadilan, tetapi kendala tersebut bukanlah musuhnya. Mereka akan menjadi orang-orang yang paling cocok untuk belajar bagaimana menghadapi kendala tersebut. Mareka akan menjadi orang yang paling mampu berkreasi dan mencapai kesuksesan karena hasil terbaik dalam IPTEK, penelitian, dan kesenian tidak dapat dipaksakan dari hati yang mengerdil.
Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Aktivitas bermain menyiapkan anak dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, antara lain berikut ini.
Sikap sosial
Belajar berkomunikasi
Belajar mengorganisasi
Perkembangan karakter pada Anak usia TK
Pengertian Pendidikan Karakter.
Karakter dapat didefenisikan sebagai sifsat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Sedangkan menurut Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Karakter pada Anak Usia Dini dapat dikembangkan dengan menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah hal yang paling krusial dalam dunia pendidikan. Pendidikan ini adalah pilar yang menentukan apakah pendidikan dapat bermanfaat atau justru menjadi malapetaka bagi umat manusia.
Pendidikan karakter merupakan fondasi awal pendidikan usia dini, oleh sebab itu hal ini wajib dilakukan oleh para pendidik dalam angka menanamkan karakter baik pada anak.
Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud mengatakan bahwa, kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.
Thomas Lickona, mengidentifikasi ada sepuluh tanda-tanda zaman yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak jika sebuah bangsa ingin tetap eksis. Tanda-tanda tersebut adalah: 1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) ketidakjujuran yang membudaya, 3) semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin, 4) pengaruh peer grup terhadap tindakan kekerasan, 5) meningkatnya kecurigaan dan kebencian, 6) penggunaan bahasa yang memburuk, 7) penurunan etos kerja, 8) menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, 9) meningginya perilaku merusak diri, dan 10) semakin kaburnya pedoman moral (Lickona, 2012: 20-29).
Selain sepuluh tanda-tanda zaman tersebut, masalah lain yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun ternyata pada praktiknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”) (Muslih, 2011: 36).
Pembentukan karakter perlu keteladanan, perilaku nyata dalam setting kehidupan otentik dan tidak bisa dibangun secara instan (Supriatna, 2008: 45). Oleh karena itu, pengembangan karakter memerlukan keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa. Sebab, pada dasarnya anak yang berkarakter rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi sosialnya rendah sehingga anak beresiko mengalami kesulitan belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri. Usia dini merupakan masa persiapan untuk sekolah yang sesungguhnya, maka pengembangan karakter yang baik di usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan Pendidikan Karakter
Kemdiknas menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter antara lain:
Mengembangkan potensi nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan denan nilai universal dan tradisi bangsa yang religius.
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman, jujur, kreatif dan bersahabat.
Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012:18) dibagi menjadi tiga fungsi utama, yakni:
Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Agar perserta didik mampu mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani baik, dan berperilaku baik dan berbudi luhur.
Fungsi untuk penguatan dan perbaikan
Memperbaiki dan menguatkan peran individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi, atau masyarakat secara umum.
Fungsi penyaring
Pendidikan karakter dapat digunakan agar masyarakat dapat memilih dan memilah budaya bangsa sendiri dan dapat menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa sendiri yang berbudi luhur.
Ruang lingkup nilai karakter yang semestinya dikembangkan adalah sebagai berikut:
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian
Kejujuran
Hormat dan Santun
Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama
Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras
Kepemimpinan dan Keadilan
Baik dan Rendah Hati
Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
4K ( kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan)
Dalam perkembangannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini antara lain: (1) Faktor Intern yang meliputi insting, adat, kehendak, suara hati, keturunan. (2) Faktor Intern yang meliputi pendidikan dan lingkungan.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, dan sebagainya. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama, bahkan tidak dapat terhapuskan (Mashar, 2015: 7).
Dalam perkembangannya faktor-faktor di atas sangat berperan penting dan saling berkaitan satu sama lain.
Dalam pengimplementasiannya pada kehidupan sehari-hari terutama dalm kegiatan belajar anak, guru secara perlahan namun harus berkesinambungan dalam menanamkan karakter-karakter baik kepada anak didik. Misalkan setiap minggu dapat diambil satu pilar karakter yang akan diajarkan. Pembelajaran dalam minggu tersebut harus konsisten dan berhubungan dengan karakter yang akan ditanamkan kepada anak didik sehingga anak dapat secara gamblang memahami dan menerapkan karakter tersebut dalam keseharian mereka. Dalam proses tersebut dapat diketahui bagaimana karakter anak berkembang .
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial emosional anak usia dini terbagi menjadi tiga yaitu tahap perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan karakter. Perkembangan emosi mencakup emosi positif dan negatif dan hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka berada. Selanjutnya Perkembangan Sosial anak usia dini dapat dilihat dari bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka dan dengan teman-temannya. Sedangkan Perkembangan Karakter anak usia dini meliputi nilai-nilai positif yang harus ditanamkan yang merupakan fondasi terbentuknya sifat atau perilaku anak.
Dari makalah ini diketahui bahwa tahapan perkembangan sosial emosional saling berkaitan satu sama lain. Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dan hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan karakter mereka.