April 2016 - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Selasa, 19 April 2016

Appreciating Diversity Through Children’s Stories and Language Development (KERAGAMAN BERCERITA)

April 19, 2016 0
229
DOWNLOAD FILE INI DISINI

Mengajarkan Diversitas / Keragaman dalam Bercerita
(Resume Jurnal: Appreciating Diversity Through Children’s Stories
and Language Development)


            Jurnal ini membahas tentang menghargai keragaman melalui cerita anak dan perkembangan bahasanya. Dalam jurnal ini dikatakan keragaman itu sendiri dimulai dari dalam kelas di mana guru dapat melihat bagaimana anak-anak berinteraksi setiap harinya. Contoh, sarah sangat suka menyirami tanaman karena dirumahnya ia berkebun. Juan, ketika ia merasa malu ia mencoba memisahkan diri dari temannya dengan berubah menjadi harimau dan andres ia anak yang sangat menyayangi teman-temannya, pada saat temannya datang ke sekolah ia langsung memeluknya. Disini guru dapat mengerti dan memberikan toleransi pada setiap perbedaan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut karna orang dewasa merupakan sumber kekuatan bagi anak-anak tersebut.
            Setiap anak dan keluarganya mempunyai cerita tersendiri yang mana cerita tersebut merupakan sesuatu yang unik yang ada pada keluarga mereka, ketika kita berinteraksi dengan keluarga yang berbeda maka wawasan kita akan bertambah. Anak-anak yang dapat menggunakan bahasa selain bahasa ibu akan mudah berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya, kita sebagai orang pertama yang ada di dekat anak haruslah memantau anak dengan memberikan pemahaman bahasa yang baik yang dapat anak gunakan ketika beriteraksi dengan orang lain (Rigg & Allen, 1989)
            Orang dewasa dapat mempelajari kisah anak-anak melalui karya seni, bermain dan drama yang dilakukan anak. Bermain dan karya seni bukan hanya sebagai cara bagi anak untuk mengetahui satu sama lain, tetapi suatu cara yang indah dimana anak dapat mengekspresikan dan mengkomunikasikan ide-ide mereka, pengalaman dan perasaannya (Thompson, 2005; Schirrmacher, 2002; jones & Reynolds, 1992)
            Anak-anak dapat menceritakan kisah mereka melalui seni, baik dalam kolase, cat atau media lainnya. Ilustrasi atau karya seni lainnya dapat menyampaikan pikiran, tindakan, peristiwa, emosi, dan pengalaman yang terkadang tidak dapat diungkapkan (Thompson, 2005). Contoh ketika flor de maria pertama sekali tinggal di rumah orang tua angkatnya ia menggambar ibunya yang sedang menggendong flor di punggungnya. Di Guatemala tempat mereka tinggal, hal seperti itu adalah hal yang wajar ketika seorang ibu membawa bayi dipunggungnya sampai anak berusia 4 atau 5 tahun. Gambar tersebut yang dibuat oleh flor telah menceritakan bagaimana pengalamannya.
            Gambar kedua yang di gambar oleh flor, flor menggambar foto bermain bola bersama ayahnya, bulan pertama di saat flor tinggal bersama mereka flor juga menggambar foto keluarga, foto tersebut menggambarkan cara flor bergabung atau melakukan pendekatan dengan keluarga barunya dan mempunyai rasa memiliki.
            Ketika kita ingin mengerti apa yang digambarkan oleh anak, maka mintalah anak untuk menjelaskan maksud dari gambar tersebut, dari situ kita mudah memahami apa yang dimaksudkan dalam gambar yang telah dibuat oleh anak tersebut (Schirrmacher, 2002; Thompson, 2005). Pada saat mereka mulai memberi tahu maksud dari gambar yang mereka buat, maka kita sebagai orang dewasa akan memperoleh wawasan baru dimana hal tersebut anak mencoba untuk berkomunikasi dengan kita.
            Seni juga dapat membuat anak-anak merekam peristiwa dan membantu mereka memahami pengalamannya. Hal ini berfungsi sangat baik bagi anak-anak untuk memahami keragaman baru yang ada di sekitar mereka. Lukisan, gambar, kolase, lagu, cerita mereka dapat mengungkapkan apa yang mereka lihat dan mengerti tentang dunia di sekitar mereka (kieff & Casbergue, 2000, hal. 172).
            Bermain, Ketika kita hanya memfokuskan bahasa dan bermain, banyak teori terkait seperti teori piaget (1951) dan vygotsky (1978), mereka menyatakan bahwa melalui bermain anak-anak menggembangkan symbol dan simbolik yang berhubungan langsung dengan perkembangan bahasa dan pembentukan konsep. Salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan bahasa dan bermain adalah bahwa ketika anak bermain bersama anak dapat beradaptasi, seperti flor dan temannya yoselin, mereka ketika berbicara menggunakan dua bahasa yaitu bahasa spanyol dan inggris namun dengan mereka saling berinteraksi, mereka akan mengerti satu sama lain.
            Kekuatan yang terdapat dalam bahasa selama anak bermain adalah ketika mereka saling berinteraksi dan terlibat dalam percakapan, percakapan sangat berarti bagi mereka ketika mereka bermain bersama karena mereka mencoba mengkomunikasikan yang tejadi di antara mereka (Dudley-marling & Searle, 1991) seperti contoh dua anak di atas tadi, ketika mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda tapi mereka sama-sama ingin menjelaskan dari apa yang ingin mereka komunikasikan.
            Seni drama, ketika orang tua angkat yoselin membawanya pertama sekali ke rumah mereka, pagi-pagi ketika yoselin bangun lalu turun ke bawah dan menepuk bolak-balik kedua telapak tangannya, maksud dari menepuk bolak balik adalah ia ingin memakan tortila jagung. Lalu flor ketika ingin memakan sesuatu menggambar sebuah lingkaran di udara dengan jari-jarinya, lalu orang tuanya menebak bahwa yang di gambarkan oleh flor adalah “donat”, lalu flor mengatakan “donat”. Dengan cara seperti ini, orang tua flor membantunya untuk dapat menggunakan bahasa lisannya bukan hanya dengan gerakan tangan.
            Berkomunikasi melalui gerakan juga merupakan suatu cara yang baik yang dapat digunakan anak untuk menambah keutuhan komunikasinya. Anak-anak dapat melakukan cerita dengan gerakan sebelum ia menceritakan dengan lisan dan orang dewasa membantu anak menebak cerita apa yang dimaksud dengan cara perlahan-lahan. Tujuannya adalah untuk anak dapat menggambarkan ceritanya terlebih dahulu, dengan melakukan gerakan maka ia membuat orang yang mendengarkannya memahami apa yang dimaksud, baru anak melakukan cerita dengan lisan ataupun tulisan.
            Vivian paley dikenal dengan teorinya tentang “storyacting” dimana anak-anak bercerita untuk anak-anak yang lebih dewasa atau gurunya, lalu gurunya bertindak sebagai juru nulis, juru nulis mengecek cerita yang di tulis anak apakah anak mengerti tentang apa yang di ceritakan temannya ketika ia memperagakan cerita. Lalu anak yang menceritakan meminta anak lain untuk memperagakan cerita tersebut, lalu penulis muda atau anak tersebut berakting sesuai dengan cerita tersebut (paley, 1990).













Daftar Pustaka

Thompson, Susan. 2008. Appreciating Diversity Through Children’s Stories and     Language Development. University of Northern Colarado
Read More

Jumat, 01 April 2016

Makalah Pengelolaan Lingkungan Anak Beraktifitas

April 01, 2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG

Membahas tentang ruang lingkup pengelolaan lingkungan  belajar di PAUD sesungguhnya menjangkau pembahasan yang cukup luas. Banyak ahli yang menelusuri tentang jangkauan wilayah pengelolaan lingkungan belajar pada level TK atau prasekolah ini. Di antara pembagian yang paling populer adalah membagi lingkungan belajar ke dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan belajar di dalam kelas sering disebut dengan lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar diluar kelas yang sering disebut dengan lingkungan belajar outdoor.

Dalam penyelenggaraannya baik pengelolaan hal-hal yang bersifat fisik, yakni yang terkait dengan kelengkapan materiil, ukuran luas, berat, arah, dan sebagainya. Maupun pengelolaan yang berupa nonfisik  yakni pertimbangan rasa aman, pertimbangan minat dan rasa ingin tahu anak, pertembingan kebebasan berekspresi, pertimbangan membangun percaya diri dan aktualisasi diri, pertimbangan kemampuan menyalurkan emosi, serta pertimbangan kegembiraan dan kesenangan anak.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR
Sasaran dalam pengelolaan lingkungan belajar dalam ruang atau indoor dimulai dari mengenali keberadaan ruangan yang akan digunakan tempat belajar bagi anak. Hal-hal yang menjadi perhatian setidaknya meliputi ukuran ruangan, arah ruangan, keadaan lantai, keadaan dinding, keadaan atap dan lain-lain yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan belajar nantinya.
Jika semua hal yang menyangkut ruangan telah teramati cukup baik, maka untuk keperluan selanjutnya sebaiknya semua data dicatat secara cermat. Kemudian kita dapat melangkah pada pengamatan dan penentuan pusat-pusat belajar yang telah ada dan yang ingin dikembangkan selanjutnya di TK. Bebarap pusat atau area belajar yang ada di lingkunagn belajar indoor, adalah :
1.      Area balok
Area balok ini membantu perkembangan anak dalam berkontruksi terutama mengembangkan kemampuan visual dan matematika peserta anak usia dini. Model pembelajaran sentra ini sangat bermanfaat untuk diterapkan kepada peseta didik paud karena sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi yang dimilik oleh setiap individu.

2.      Area bermain peran
Area bermain peran sangat mendukung peserta didik pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Seperti peserta didik diajak untuk bermain peran upacara setiap hari senin dengan di dampingi oleh gurunya.
3.      Area keimanan dan ketaqwaan
Area keimanan dan ketaqwaan merupakan pembelajaran berbagai kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Area ini anak melakukan kegiatan bermain mengenal agama islam yakni seperti rukun islam, anak diajak bermain sambil menghafal rukun islam ada 5 (syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji), belajar tentang rukun iman , shalat , mengaji, dan mengucapkan kalimat syahadat. Area ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan beragama sejak dini dan dapat membentul pribadi yang cerdas dan berperilaku sesuai norma agama. Dalam area ini dapat disajikan buku cerita islam, miniatur bangunan ibadah, gambar-gambar yang bernuansa islam.
4.      Area seni
Area seni bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat dan ketrampilannya. Seperti contoh ketrampilan tangan, disini peserta didik diajarkan untuk melipat, mengggunting, mengelem , mewarnai , membuat prakarya. Dll. Di Area ini anak bermain sambil belajar mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian , kerja sama dan tanggung jawab.
            Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
            Jika semua peralatan yang dibutuhkan untuk seluruh pusat belajar telah terpenuhi, maka lebih lanjut para pengelola lingkungan belajar perlu memikirkan hal-hal yang akan dapat menyempurnakan keadaan lingkungan belajar yang diperlukan. Hal-hal tersebut, misalnya berupa pengelolaan ruangan sumber belajar atau tempat penyimpanan alat permainan Edukatif (APE), pengelolaan lemari dan loker anak, pengelolaan ruang istirahat anak, pengelolaan ruang makan anak, dan Bahkan jika jika memungkinkan, mereka dapat membuat program pelibatan orang tua dengan kegiatan di TK sehingga pengadaan kebutuhan belajan indoor dapat lebih terpenuhi.


B.  LINGKUNGAN BELAJAR OUTDOOR
Kegiatan di luar ruangan merupakan bagian tak terpisahkan dari program pengembangan dan belajar anak. Untuk itu agar lingkungan belajar outdoor bermanfaat secara efektif dapat membantu perkembangan dan belajar anak, maka hal tersebut harus menjadi bagian yang dikelola serius oleh pihak sekolah dan para guru. Adapun aspek-aspek yang termasuk ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar outdoor secara umum adalah :
1.      Penataan lokasi kegiatan dengan berbagai sarananya,
2.      Penanganan pagar sekolah secara tepat,
3.      Pengelolaan tanah lapang,
4.      Perawatan dan penanganan permukaan tanah,
5.      Pembuatan naungan atau atap agar kegiatan tetap nyaman meskipun terik atau hujan, dan
6.      Pengelolaan gudang outdoor untuk penyimpanan berbagai barang dan alat kegiatan.
Secara lebih khusus, hal-hal yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan belajar di luar ruangan adalah penempatan berbagai sarana bermain, pengelolaan kebun sekolah sebagai bagian dari tempat belajar anak, pengelolaan sarana untuk kegiatan pertukangan, pengelolaan sarana untuk kegiatan pengembangan fisik.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah, misalnya saja:
1.      Tangga yang dipasang di tanah
2.      Luncuran
3.      Ayunan
4.      Terowongan mini (misalnya: ban yang dikubur setengahnya ) dan terowongan yang lebih panjang untuk merangkak
5.      Kayu atau bangku rendah untuk dikangkangi atau dipanjat
6.      Papan/board dengan pegas atau jembatan gantung yang rendah
7.      Atap untuk rumah-rumahan
8.      Tempat bangunan balok
9.      Jalur untuk mainan yang ditarik/didorong dan ditunggangi
10.  Tempat bermain pasir dan air
11.  Lingkungan alamiah, seperti pohon, semak belukar, dan bunga.
Di samping hal-hal di atas, hal-hal yang dianggap menarik bagi anak perlu juga menjadi garapan dalam mengelola outdoor, di antaranya :
1.      Jalan untuk kendaraan. Tempat berpermukaan keras dapat membentuk jalan sepeda roda tiga, kereta/mobil, atau kereta mainan beroda empat yang berkembang/meluas melalui ruang outdoor dan kembali pada poin awalnya. Jalan harus cukup lebar untuk memungkinkan dilewati. Jalan yang melengkung lebih menarik, namun tidak boleh ada perputaran sudut kanak, karena ini menyebbkan kecelakaan.
2.      Area bermain pasir.  Karena rea pasir outdoor melibatkan tubuh anak keseluruhan, area pasir harus mencukupi setidaknya untuk dua puluh anak. Untuk mencegah tumpang tindih dari tempat pasir (dan karenanya anak melakukan agresi), area pasir harus sempit. Sungai pasir yang berkelok-kelok secara estesis lebih menyenangkan dibandikan dengan kotak yang membujur. Anak-anak harus memiliki permukaaan kerja yang datar, seperti papan-papan atau batu-batu datar, di samping atau di dalam tempat pasir tersebut. Area bermain pasir outdoor harus memiliki penutup untuk anak-anak bermain, terjaga dari lalu lalang yang tidak diinginkan, melindungi tempat itu dari pembuangan air dari tempat yang berdekatan atau bersebelahan, dan membantu menjaga pasir tetap berada dalam area bermain pasir tersebut. Area bermain pasir harus terlindung, namun tersinari cahaya matahari yang murni dan kering. Air harus tersedia sehingga pasir tidak kering sama sekali, dan sumber air harus ada pada sekeliling area bermain pasir yang mengalir keluar dari area pasir.
3.      Kolam renang atau area bermain air. Aktivitas permainan air outdoor harus memungkinkan permainan yang lebih berenergi dibandingkan dengan aktivitas air di dalam ruangan. Kolam renang harus memiliki permukaan untuk jalan kaki yang tidak licin dan kedalaman air sesuai dengan ukuran anak. Temperature air harus sesuai dengan kondisi anak. Untuk TK yang tidak memiliki kolam renang, dapat dibuat kolam renang buatan dari plastik atau bahan lainnya yang tidak membahayakan anak yang diberi air melalui pompa dengan air.
4.      Kebun.outdoor harus dipagari untuk melindunginya dari binatang atau dari terinjak-injak secara tidak disengaja. Kebun harus sempit mungkin dua kaki lebarnyah, untuk meminimalkan perlunya anak yang berkebun untuk melangkahnya kakinya ke kebun ( secara khusus penting ketika bidang tanahnya berlumpur ). Kebun yang sempit dapat menciptakan suatu bentuk yang secara estetis menyenangkan jika kebun itu parallel dengan pagbar-pagar yang lurus atau pohon-pohon yang melingkar.
5.      Kandang binatang outdoor. Kandang binatang outdoor harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing binatang; yang ditempatkan pada suatu tempat yang memiliki saluranbuang yang baik yang ternaungi dari panas dan angin yang berlebihan; dan di dekat sumber air dan gerbang pengiriman. Karna vandalisme, program-program harus memasukkan binatang dengan basis hanya satu hari saja.
Sedangkan yang terpenting adalah, perlu dipikirkan dan dipastikan bahwa lingkungan belajar luar betul-betul aman bagi anak. Tentunya untuk menjamin dan menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya dirancang pula program untuk pengawasan. Terlepas dari perbedaan keadaan dari setiap TK yang dikelola, lingkungan belajar outdoor hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.      Area outdoor harus memenuhi aturan keamanan yang memadai, seperti yang telah ditegaskan di atas.
2.      Area outdoor harus melindungi dan meningkatkan karakteristik alamiah.
3.      Desain harus didasarkan pada kebutuhan anak dan dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan(yakni:fisik,kognitif,social,dan emosi)
4.      Area outdoor harus memberikan kesempatan untuk aktivitas yang mirip dengan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di dalam ruangan (indoor space). Harus adaa tempat yang menantang perkembangan total anak. Johnson, Christie, dan yawkey mengurutkan empat tipe pengalaman bermain:
1.      Permainan atau latihan fungsional yang melibatkan praktik dan pengulangan aktivitas motorik kasar;
2.      Permainan konstruktif yang melibatkan penggunaan materi-materi seperti cat atau pasir untuk diciptakan/dibentuk
3.      Permainan drama atau permainan pura-pura yang sering kali dilaksanakan dalam tempat tertutup, dan
4.      Permainan kelompok atau permainan yang melibatkan lebih dari satu orang anak (misalnya,jungkat-jungkit, permainan yang memiliki aturan, dan sering kali permainan drama.). howard membahas Sembilan center aktivitas di tempat bermain yang dapat memenuhi empat tipe permainan ini. Kesembilan center aktivitas ini adalah :

1.      Penggalian,
2.      Permainan air,
3.      Permainan drama,
4.      Memanjat,
5.      Mendorong/menarik atau mengendarai,
6.      Konstruksi,
7.      Lari bebas,
8.      Berkebun, dan
9.      Diam.
5.      Area outdoor secara estetis harus menyenangkan. Ruang outdoor harus menarik bagi semua indra. Beberapa kualitas desain (misalnya: sensualitas, kecemerlangan, penempatan, dan pajajaran yang berlawanan) harus dipertimbangkan dalam mendesain tempat bermain yang dapat menstimulasi rasa ingin tahu dan kepekaan indra anak.



BAB III
PENUTUPAN
A.  KESIMPULAN
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah



DAFTAR PUSTAKA
Mariyana, rita, ali nugraha dan yeni rachmawati. (2010). Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta: kencana.




Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot