`
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut,
yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits).
Kecerdasan
seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatudan kemampuan
berpendapat. Dalam hal ini kecerdasan dipahami secarasempit sebagai
kemampuan intelektual yang menekankan logika dalammemecahkan masalah.
Kecerdasan dalam arti ini biasanya diukur darikemampuan menjawab soal-soal tes
standar di ruang kelas (tes IQ). Testersebut menurut Thomas R. Hoerr,
sebenarnya hanya mengukur kecerdasansecara sempit karena hanya menekankan pada
kecerdasan linguistik danmatematis logis saja, meski dapat mengukur
keberhasilan peserta didik disekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan
seseorang di dunia nyatamencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan
matematis-logis.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana yang dikatakan hakikat kecerdasan?
b. ` Teori Kecerdasan Howard Gardner
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Kecerdasan
a. Perkembangan
Kecerdasan
Secara
biologis kecerdasan sangat dipengaruhi oleh kinerja otak. Kemampuan kinerja
otak sangat ditentukan oleh jumlah sel syaraf dan jumlah hubungan antar sel
syaraf otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang cerdas memiliki jumlah
sel syaraf otak dan jumlah hubungan antar sel syaraf otak lebih banyak.
Pertumbuhan dan perkembangan sel syaraf otak saat
prenatal, selain dipengaruhi oleh faktor genetis, juga dipengaruhi oleh
makanan, makanan yang bergizi dan seimbang diperlukan tubuh agar sel syaraf
otak dapat tumbuh secara optimal
Selain mengkonsumsi makanan bergizi, ibu hamil juga perlu
menghindari hal-hal yang menghambat pertumbuhan sel syaraf otak bayi. Terlalu
banyak kafein akibat minum teh dan kopi berlebihan, terlalu banyak merokok,dan
minum-minum keras,narkotika dan obat-obatan dapat menghambat pertumbuhan sel
syaraf otak dan oleh karenanya hal itu perlu dihindari.
b. Otak
dan fungsinya
Tidak diragukan lagi bahwa otak merupakan pusat
kecerdasan. Otak berfungsi untuk berfikir, mengontrol emosi, dan
mengkoordinasikan aktivitas tubuh. Kegiatan berfikir antara lain meliputi
mengumpulkan fakta, mengingat memori, mencari alternatif pemecahan masalah.
Otak juga berfungsi untuk menimbang baik dan buruk, sopan dan tidak sopan,
salah dan benar dalam menentukan suatu perilaku. Otak juga merupakan pusat
pengatur aktivitas tubuh seperti berjalan, mengambil sesuatu, makan, minum dan
kegiatan yang lebih kompleks lainnya. Oleh karena itu otak disebut sebagai
pusat kecerdasan.
Banyak teori kecerdasan. Ada teori yang membagi
kecerdasan menjadi kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan sosial(SQ), dan
kecerdasan emosional(EQ) sangat ditentukan oleh fungsi otak. Bahkan perasaan
manusia adalah bagian lain dari fungsi otak bukan fungsi hati atau jantung,
seperti persepsi banyak orang, untuk itu kita perlu mengenali otak kita agar
dapat menjaga dan merawatnya dengan sebaik-baiknya.
1.
Sejarah
Intelligence Quotient (IQ)
Kita sebagai manusia, memiliki kecenderungan untuk
mengukur segala sesuatu. Barangkali dizaman modern, pencarian cara baru untuk
mengukur kecerdasan diawali dengan penciptaan tes IQ. Di Paris, pada awal
1990-an, Alfred Binet diminta untuk mengembangkan sebuah alat yang dapat
mengenali anak-anak dengan mental terbelakang dan membutuhkan bantuan ekstra.
Saat itulah, tes kecerdasan standar yang pertama di dunia terlahir. Peneliti
lain mengembangkan tekhnik pemberian serangkaian pertanyaan kepada anak-anak.
Mereka mencatat pertanyaan yang dapat dijawab dengan betul oleh hampir semua
anak, pertanyaan yang dijawab oleh sebagian besar, pertanyaan yang hanya bisa
dijawab sebagian kecil, dan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh seorang
pun. Informasi ini digunakan untuk merancang sebuah tes yang akan membedakan
tingkat-tingkat pengetahuan siswa, disusun sedemikian rupa sehingga skor 100
akan menunjukkan kecerdasan rata-rata. Gagasan bahwa kecerdasan dapat diukur
secara objektif dan dilaporkan dengan sebuah skor akhirnya berakar. Hampir
seabad kemudian, banyak sekali tes standar tersedia untuk beragam tujuan, dan
semuanya didasarkan pada pemikiran Binet bahwa sebuah tes dapat menghasilkan
angka yang menggambarkan seluruh kemampuan dan potensi seseorang.
2.
Penyalahgunaan
dan penggunaan berlebihan tes IQ dan tes standar lainnya
Meskipun berbagai jenis tes IQ punya perannya sendiri dan dapat
digunakan dalam banyak hal secara absah, sering terjadi penyalahgunaan dan
penggunaan berlebihan. Penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan terjadi karena
tes IQ mudah digunakan, murah, dan diterima (bahkan sering ditunggu-tunggu )
oleh masyarakat.
Tes prestasi dan IQ massal bisa sangat murah. Murid-murid
melingkari jawaban mereka dan lembar jawaban itu dikirimkan untuk diperiksa
dengan mesin. Tes yang relatif tidak mahal ini menarik karena banyak sekolah
beroperasi dengan dana ketat dan masyarakat terbiasa dengan tes tersebut.
Kelebihan tes standar adalah bahwa tes ini dapat
diandalkan,memberika skor yang sama sepanjang waktu,dan dapat dibandingkan
walaupun dilakukan pada tempat dan waktu berbeda. Kelemahannya adalah bahwa tes
ini belum tentu absah, apa yang diukur mungkin berbeda dengan apa yang
sesungguhnya ingin dinilai.
2.2. Teori Kecerdasan Howard Gardner
Gardner
membuat kriteria dasar yang pasti untuk setiap kecerdasan agar dapat membedakan
talenta atau bakat secara mudah sehingga dapat mengukur cakupan yang lebih luas
potensi manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Gardner pada mulanya
memaparkan tujuh aspek intelegensi yang menunjukkan kompetensi intelektual yang
berbeda, kemudian menambahkannya menjadi 8 aspek kecerdasan,yang terdiri dari
kecerdasan linguistik ( word smart ),
kecerdasan logika matematika (number/reasoning
smart), kecerdasan fisik/kinestetik ( body
smart ), kecerdasan spasial (picture
smart), kecerdasan musikal (musical
smart ), kecerdasan intrapersonal (self
smart ), kecerdasan interpersonal (people
smart ), dan kecerdasan naturalis ( natural
smart ) tetapi dalam paparan ini di tambahkan menjadi 9 yaitu kecerdasan
spiritual. Karena penulis meyakini adanya kecerdasan ini dalam kehidupan
masyarakat indonesia yang kental dengan nuansa keberagamaan.
Kesembilan
kecerdasan tersebut diatas dapat saja dimiliki individu, hanya saja dalam taraf
yang berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang
bercampur dengan kecerdasan yang lain. Atau dengan perkataan lain dalam
keberfungsiannya satu kecerdasan dapat menjadi medium untuk kecerdasan lainnya.
Sebagai contoh untuk menyelesaikan konsep penjumlahan dalam matematika, seorang
anak tidak hanya menggunakan kecerdasan logika matematika yang harus berhadapan
deretan angka-angka, tetapi lebih mudah baginya ketika ia menyelesaikan soal
tersebut dengan kecerdasan linguistiknya di mana soal tersebut diberikan dalam
bentuk cerita yang lebih mudah untuk dimengerti olehnya.
Selanjutnya
Jasmine (1999:34) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan kecerdasan jamak sangat
lah penting untuk mengutamakan perbedaan individual pada anak didik.
Implikasinya teori dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah bahwa
pengajar perlu memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara menggunakan
berbagai strategi dan pendekatan sehingga anak akan dapat belajar sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing.
Terdapat
berbagai model pembelajaran yang dapat dipilih sehingga sesuai dengan cara dan
gaya belajar anak. Hal ini merupakan agar anak dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan yang lebih penting adalah rasa senang dan nyaman dalam belajar
dan dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya
yang berbeda-beda tersebut (stefanakis, 2002:2).
a.
Sembilan kecerdasan
jamak (howard gardner) mencakup berbagai kemampuan untuk :
1.
Verbal
linguistik
·
Berfikir lancar melalui kata-kata
·
Mengekspresikan ide yang kompleks
melalui kata-kata
·
Memahami arti dan urutan kata
2. Logika matematika
·
Menggunakan sistem angka yang
abstrak
·
Menemukan hubungan antara
perilaku, objek dan ide-ide
·
Menggunakan keterampilan
beralasan secara berurutan
3. Kinestetika
·
Berfikir melalui gerakan,
menggunakan tubuh secara ekspresif
·
Tahu kapan dan bagaimana bereaksi
·
Meningkatkan keterampilan fisik
4. Visual spasial
·
Berfikir melalui gambar
·
Memvisualisasikan presentasi 3
dimensi
·
Menggunakan imajinasi dan
interpretasi grafik secara kreatif
5.
Musikal
·
Berfikir melalui suara dan irama
·
Mereproduksi musik dan notasi
dalam lagu
·
Sering memainkan instrumen
6. Spiritual
·
Memandang makna kehidupan ini
sesuai kodrat manusia sebagai makhluk tuhan
·
Menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai hidup
·
Membangun sikap toleransi pada
sesama makhluk
7. Naturalistik
·
Memahami dunia alamiah
·
Membedakan, mengklasifikasikan
dan menggunakan ciri-ciri, fenomena, dll dari alam
·
Berinteraksi dengan makhluk hidup
dan tumbuhan
8. Interpersonal
·
Memahami suasana hati dan
perasaan orang lain
·
Memiliki hubungan yang baik
dengan orang lain, menghibur dalam berbagai perspektif
·
Memegang peran dalam kepemimpinan
9. Intrapersonal
·
Kesadaran diri kritis/tinggi
·
Kesadaran akan kekuatan dan
kelemahan diri individu
·
Merefleksikan kemampuan
berfikir/proses belajar
2.3. Verbal Linguistik
A. Pengertian
Amstrong
(2002:2) berpendapat bahwa kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam
mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan
maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,
meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang
diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan, yaitu menyimak, membaca,
menulis dan berbicara.
Campbell,
Campbell, dan Dickinson (2002:13-29) menjelaskan bahwa tujuan pengembangan
kecerdasan linguistik adalah :
1.
Agar anak mampu berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan dengan baik
2.
Memiliki kemampuan bahasa untuk
meyakinkan orang lain
3.
Mampu mengigat dan menghafal
informasi
4.
Mampu memberikan penjelasan dan
5.
Mampu untuk membahas bahasa itu
sendiri.
Sujiono dan
sujiono (2004:285-288) menguraikan bahwa materi program dalam kurikulum yang
dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, antara lain pengenalan abjad, bunyi,
ejaan, membaca, menulis, menyimak, berbicara atau berdiskusi dan menyampaikan
laporan secara lisan, serta bermain games
atau mengisi teka-teki silang sederhana.
Kiat untuk
mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini, antara lain
dapat dilakukan dengan cara berikut:
·
Mengajak anak berbicara sejak
bayi, anak memiliki pendengaran yang cukup baik sehingga sangat dianjurkan
sekali berkomunikasi dan menstimulasi anak dengan mengajaknya berbicara.
·
Membacakan cerita atau mendongeng
sebelum tidur atau dapat dilakukan kapan saja sesuai situasi dan kondisi.
·
Bermain mengenalkan huruf abjad
dapat dilakukan sejak kecil, seperti bermain huruf-huruf sandpaper (amplas), anak belajar mengenali huruf dengan cara
melihat dan menyentuhnya, di samping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan
oleh orang tua atau guru. Seiring dengan pemahaman anak akan huruf dan penggunanya, yaitu dengan
bermain kartu bergambar berikut kosa katanya.
·
Merangkai cerita, sebelum dapat
membaca tulisan, anak-anak umumnya gemar “membaca gambar”. Berikan anak
potongan gambar dan biarkan anak mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang
gambar itu.
·
Berdiskusi tentang berbagai hal
yang ada di sekitar anak. Bertanya tentang yang ada di lingkungan sekitar,
misalnya mungkin anak mempunyai pendapat sendiri tentang binatang peliharaan di
rumah. Apapun pendapatnya, orang dewasa harus menghargai isi pembicaraanya.
·
Bermain peran, ajaklah anak
melakukan suatu adegan seperti yang pernah ia alami, misalnya saat berkunjung
kedokter. Bermain peran ini dapat membantu anak mencobakan berbagai peran
sosial yang diamatinya.
·
Memperdengarkan dan
perkenalkanlah lagu anak-anak, ajaklah anak ikut bernyanyi dengan penyanyi yang
mendendangkan lagu dari kaset yang diputar. Kegiatan ini sangat menggembirakan
anak, selain mempertajam pendengaran anak, memperdengarkan lagu juga menuntut
anak untuk menyimak setiap lirik yang dinyanyikan yang kemudian anak menirukan
lagu tersebut dan juga menambah kosa kata dan pemahaman arti kata bagi anak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesembilan
kecerdasan tersebut diatas dapat saja dimiliki individu, hanya saja dalam taraf
yang berbeda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang
bercampur dengan kecerdasan yang lain. Atau dengan perkataan lain dalam
keberfungsiannya satu kecerdasan dapat menjadi medium untuk kecerdasan lainnya.
Sebagai contoh untuk menyelesaikan konsep penjumlahan dalam matematika, seorang
anak tidak hanya menggunakan kecerdasan logika matematika yang harus berhadapan
deretan angka-angka, tetapi lebih mudah baginya ketika ia menyelesaikan soal
tersebut dengan kecerdasan linguistiknya di mana soal tersebut diberikan dalam
bentuk cerita yang lebih mudah untuk dimengerti olehnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sujiono, Yuliani Nurani & Sujiono, Bambang.2010.Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.PT Indeks
Thomas R,Hoer .2000.Buku Kerja Multiple Intelligences.PT Mizan Pustaka
Suyanto, Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional
Mustaqim.2004.Psikologi Pendidikan,Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo