Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang
mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara
terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri
dari kata mineral dan logos. Logos yang berarti
ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti Mineralogi adalah Ilmu
tentang Mineral.
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 ).
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh
beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada
satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
· L.G.
Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang
terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada
batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun secara teratur.
· D.G.A
Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara
structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses
alam yang anorganik.
· A.W.R.
Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan mempunyai sifat
sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya
tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada mineral, antar
mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik yang
menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu
jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom
atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga
dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau
kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang
dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata
kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral.
Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila
terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau
menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap,
transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai
kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena
ada gangguan dari sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat
terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang
menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut
sering disebut sebagai struktur mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan
mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan
padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat
menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat menghantarkan listrik
(isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari
unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut
dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur
yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th),
Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang bersifat
radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang
terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat
digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu
Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang
dihasilkan dalam proses-proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya
sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya
adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang
terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya
yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih
panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat
menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7. Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik
mineral tersebut dapat diubah menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
·
Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
·
Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
·
Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat
diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah
jenis-jenis rasa pada mineral :
·
Rasa Saline atau rasa seperti
garam(asin).
·
Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
·
Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas,
yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk
kristal). Adamineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak
mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal).
Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses
itu makin tenang dan lambat.
2.2 Proses Pembentukan Mineral
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki
nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan
dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari
mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui
bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi
mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses
eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek
biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam
dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang
telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang
selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi
atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang
bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari
magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan
membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C)
stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun
non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan
saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Early magmatis, yang
terbagi atas:
·
Disseminated,
contohnya Intan
·
Segregasi, contohnya Crhomite
·
Injeksi, Contohnya Kiruna
- Late magmatis, yang
terbagi atas:
·
Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
·
Residual liquid injection, contohnya
magmatisAdirondack
·
Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide
Insizwa
·
Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis,
larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas.
Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma
sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara
550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal
larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan
beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk
mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile
tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan
mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang
terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan
magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral
hydrothermal dapat dibagi atas :
- Endapan hipotermal,
ciri-cirinya adalah :
·
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
·
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi
dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
·
Asosiasi mineral berupa sulfides,misalnya Pyrit,Calcopyrite, Galena dan
Spalerite serta oksida besi.
·
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au,
Pb, Sn, W dan Z.
- Endapan mesotermal, yang
ciri-cirinya :
·
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah
daripada endapan hipotermal.
·
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa
dan dekat dengan permukaan bumi.
·
Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat,
sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa
“crustification” dan “banding”.
·
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu,
Ag, Sb dan Oksida Sn.
·
Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
·
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
·
Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
·
Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
·
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa
(fissure-vein).
·
Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade
structure”.
·
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan
mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat
dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling.
Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan
(rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari
larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone
deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia
filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity filling (caves dan
Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan
endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan
endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal.
Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh
proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan
dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement
diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler
dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu
mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat juga
diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion
secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa
dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan
kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan,
phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air
tanah.
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
·
Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi,
bauxite dan lain-lain.
·
Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai,
pantai, alluvial dan eolian.
9. Supergen enrichment
proses supergen atau pengayaan terjadi
relatif dekat permukaan. Proses supergen termasuk dominasi sirkulasi air
meteorik dengan bersamaan oksidasi dan kimia pelapukan
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan
termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.
2.3.MINERAL PEMBENTUKAN BATUAN
Mineral pembentuk batuan adalah
mineral-mineral yang menyusun suatu batuan dengan kata lain batuan yang terdiri
dari berbagai macam mineral. Ada juga terdapat batuan yang hanya terdiri dari
satu mineral saja, seperti Dunit yang hanya terdiri dari satu mineral yaitu
Olivine.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan temperature ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral
dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen (seri reaksi
Bowen).
Gambar 2.1.menunjukkan seri reaksi bowen
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan
Piroksen merupakan pasangan “Ingcongruent melting” dimana setelah pembentukan
Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun
terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral
yang terakhir terbentuk adalah Biotit.
Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas (mineral
felsik). Anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang
tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.
Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau
Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit,
mineral ini tersebar pada batuan asam seperti Granit dan Riolit. Reaksi
berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret “Solid Solution” yang
merupakan reaksi kontinyu, artinya kristalisasi Plagioklas Ca (Anortit) sampai
Plagioklas Na (Albit) akan berjalan terus jika reaksi setimbang.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar (Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral kwarsa
merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau
mineral felsik.
Sehingga dengan memperhatikan reaksi Bowen, kita
memperoleh berbagai kemungkinan himpunan mineral utama didalam batuan beku
diantaranya:
1. Kelompok batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain:
1. Kelompok batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain:
o Olivin –
Plagioklas
o Piroksen
o Olivine –
Piroksen
o Olivin –
Plagioklas – Piroksen
o Piroksen –
Plagioklas
2. Kelompok
batuan Intermediet, mineralnya antara lain
o
Piroksen – Horblende – Plagioklas
o
Hornblende – Plagioklas
o
Hornblende – Plagioklas – Biotit – Kwarsa
3.kelompok
batuan Asam,mineralnya antara lain:
o
Horblende – Plagioklas – Biotit – Orthoklas
o
Horblende – Plagioklas – Biotit – Muscovit
o
Muscovit – Biotit – Orthoklas
Mineral utama sebagai penyusun utama pembentuk
batuan antara lain:
a. Kwarsa (Quartz)
Mineral ini mempunyai susunan kimia dengan rumus SiO2 dan terhitung mineral
yang banyak sekali tersebar, warna asli tidak berwarna putih, tetapi karena
adanya pengotoran dari unsur lain sehingga berwarna lain, bentuk kristal
prismatic hexagonal, tidak mempunyai belahan, pecahannya: conchoidal,
kekerasan: 7 (skala mohs). Ciri yang khas dari mineral ini, terdapat
garis-garis mendatar pada sisi bidang kristalnya. Mempunyai warna tersendiri,
sering berwarna jernih atau putih suram. Pengisian dari berbagai zat didalamnya,
memberikan warna yang berbeda-beda, ada yang berwarna kekuning-kuningan, ungu
(amnetis), coklat dan lain-lain. Biasanya tidak mempunyai bentuk yang baik,
karena merupakan mineral yang menghablur terakhir dari magma, sehingga terpaksa
harus mengisi celah-celah dan rongga-rongga sisi yang terdapat diantara
kristal-kristal dari mineral yang telah terbentuk lebih dahulu.
b. Feldspar
Merupakan golongan mineral yang paling umum dijumpai di dalam kulit bumi
sebagai Silikat dari Alumina dengan Kalium, Natrium, dan Kapur. Sistim
Monoklin/Triklin terlihat belahan dalam 2 arah. Kekerasan 6 Felspar dibagi atas
2 golongan, yaitu:
1. Potash Felspar (K Al
Si3O8)
Terdiri dari mineral ortoklas,
mikrolin dan sanidin adularis. Warnanya putih, pucat atau merah daging,
abu-abu. Kilat seperti kaca (petreous). Bidang belahan baik, tidak ada striasi
(garis-garis paralel yang lembut). Ortoklas (KALSiO2), sebagai sumber utama
unsur K (Kalium) dalam tanah, umumnya berwarna abu-abu, kemerahan, belahan dua
arah, kekerasan 6, bersifat asam.
2. Plagioklas Feldspar
(Na, Ca)Al Si3O8
Warna putih atau abu-abu berwarna lain, kilap pitreus. Bidang belahan baik
kedua arah ada sitriasi. Mudah dibedakan dari Ortoklas karena adanya kembaran
yang dapat dilihat dibawah loupe, lebih-lebih di bawah mikroskop. Sering
berbentuk zona dan berubah menjadi Serisit, Kaolinit atau Epidot.
Plagioklas felspar
terdiri atas 6 macam mineral, yaitu:
a. Albit
b. Oligoklas
c. Andesin
d. Bitownit
e. Labradorit
f. Anorthit
Makin ke bawah makin berkurang mengandung Na dan makin bertambah akan
mengandung Ca. Albit, Andesin disebut Plagioklas asam atau Na Plagioklas.
Anortit, Bitonit disebut Plagioklas basa atau Calcic Plagioklas. Plagioklas
(Na, Ca) AlSi3O8 kenampakannya menyerupai Ortoklas, hanya warnya biasa putih
abu-abu dan secara optic Plagioklas mempunyai kembaran. Plagioklas terdiri dari
mineral-mineral Albit, Oligoklas, Andesine, Bitonit, Labradorit dan
Anortit.
c. Feldspatoid
Merupakan mineral pengganti Feldspar, karena terbentuk bila dalam suatu
batuan tidak cukup terdapat SiO2. Dalam batuan yang mengandung SiO2 bebas,
mineral ini tidak terbentuk, karena yang terbentuk adalah Felspar. Feldspatoid
ini terdiri atas beberapa mineral, antara lain: Leucit (K Al Si2O) sebagai
pengganti orthoklas. Warnanya putih agak jernih dan bentuknya aquant/bulat.
Nephelin (Na Al Si2O6) sebagai pengganti Plagioklas (Albit). Warna abu-abu.
Bentuk berisi 6 atau bulat. Sodalit warnanya putih, abu-abu atau
kebiruan.
d. Mika (Glimmer)
Ada tiga macam, yaitu muscovit, biotit, dan phlogopit.
· Muscovit, disebut juga
mika putih. Rumus kimianya K Al (OH)2 (Al Si3 O10). Mudah dikenal, karena
sifatnya yang mudah dibelah-belah dalam helaian-helaian yang sangat tipis,
transparan dan fleksibel, tidak berwarna, abu-abu, kehijauan atau coklat muda,
kilap vitreum, kekerasan 2-3.
· Biotit disebut juga Mika hitam, dengan rumus
kimia K2 (Mg, Fe)2 (OH)2 AlSi3 O8. Mudah terbelah dalam satu arah dan biasanya
berbentuk segi enam, tidak transparan, fleksibel. Warna: hitam hingga coklat
tua, kilap vitrous, kekerasan 2,5 - 3.
· Phlogopit disebut juga
mika coklat. Tidak banyak dijumpai.
e. Amfibol
Terutama terdiri dari mineral Hornblende. Susunan Kimianya
Ca2(MgFeA1)3(OH)2(SiA14O11)2. Berbentuk prismatik, biasanya berisi kelipatan
tiga, agak panjang dengan belahan dua arah menyudut kira-kira 900. Merupakan
kumpulan mineral-mineral yang berbentuk prisma pendek berisi delapan. Warna :
coklat tua hingga hitam. Kekerasan 5 - 6. yang terpenting dari golongan ini
adalah Hornblende.
f. Piroksen
Terutama terdiri dari mineral Augit. Berbentuk prismatik pendek berisi
kelipatan 4 dengan belahan 2 arah menyudut. Merupakan kumpulan dari
mineral-mineral yang berbentuk prisma pendek bersisi delapan. Striasi bersudut
kira-kira 900. Pyroxen adalah senyawa yang kompleks dari Calsium, Magnesium,
Ferum, dan Silikat. Warna coklat tua hingga hitam. Kekerasan 5 - 8. Mineral
golongan ini antara lain : Enstatit, Hypersten, Diopsid, dan yang paling banyak
terdapat ialah Augit dengan rumus kimia Ca (MgFe) (SiO3)2 (AlFe)2 O3.
g. Olivin
Biasanya berwarna hijau terdiri dari (FeMg)2SiO4. Pada umumnya terdapat
dalam batu Basalt dan Gabro. Olivin membentuk kristal yang ideal, karena
terbentuk pertama-tama dari magma. Warna hijau atau kuning kecoklatan. Biasanya
berbutir halus dan granular. Pecahan concoidal (seperti kerang). Kekerasan 6,5
- 7.
h. Kalsit
Mineral ini berwarna putih, sering ada pengotoran, mempunyai belahan 3 arah
berbentuk Rombuder, susunan kimianya CaCO3.
i. Grafit
Mineral ini unsurnya Karbon (C) berwarna hitam, lunak, umumnya pada
batuan ubahan.
Tags:
MAKALAH