Makalah Peran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Maknanya bagi Bangsa Indonesia

090


1.1  Sejarah berdirinya keraton Surakarta
Kraton Surakarta Hadiningrat atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kraton Kasunanan Surakarta telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Kraton ini adalah “penerus” dari Kerajaan Mataram Islam. Setelah berganti-ganti pusat pemerintahan mulai dari Kotagede, Pleret hingga Kartasura, pemberontakan kuning oleh etnis Tionghoa memaksa Mataram untuk memindahkan Kratonnya ke Desa Sala. Konflik internal dan campur tangan Belanda kemudian memaksa kerajaan ini pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1755 melalui perjanjian Giyanti.
Perjalanan diawali dari gerbang Kraton paling utara yaitu gapura Gladag. Gapura ini dijaga oleh dua arca Dwarapala bersenjata gada. Menyusuri ruas jalan yang teduh dengan pohon beringin tua di kanan kirinya, sampai di Alun-Alun Utara. Layaknya gaya khas sebuah tata kota tua, Kraton Kasunanan Surakarta terletak dalam satu kompleks dengan Alun-Alun dan Masjid Agung. Sebuah pendapa terbuka besar berdiri megah tepat di seberang alun-alun, sementara bangunan utama kraton berada di belakangnya. Di dalam bangunan utama ini terdapat sebuah museum yang dulunya merupakan kompleks perkantoran pada jaman Paku Buwono X. Bangunan ini terbagi atas 9 ruang pameran yang berisi aneka macam benda dan pusaka peninggalan Kraton, hingga diorama kesenian rakyat dan upacara pengantin kerajaan lengkap dengan berbagai macam peralatannya.
            Sebuah lorong sempit menghubungkan museum dengan kompleks utama kraton. Untuk menghormati adat istiadatnya, kita tidak diperbolehkan mengenakan celana pendek, sandal, kaca mata hitam, dan baju tanpa lengan. Sandal juga dilepas dan kita harus berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pelataran yang konon diambil dari Pantai Selatan. Pohon Sawo Kecik yang menaungi pelataran membuat udara senantiasa sejuk. Secara jarwa dhosok, nama pohon itu dimaknai sebagai lambang yang artinya sarwo becik atau serba baik. [1]
           
1.2 Nilai-nilai yang terkandung dalam keraton Surakarta
            Telah kita ketahui bahwa kehidupan di Indonesia ini terdiri dari berbagai macam suku-suku dan budaya yang berbeda-beda, dan demi menuju negeri yang aman perbedaan ini pun tidak menjadi permasalahan yang menghambat kemerdekaan ini, Indonesia mampu menghantarkan rakyatnya kepadan pintu gerbang kemerdekaan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini. Sejarah juang inilah menjadi semangat kita untuk terus mengapresiasikan dalam rangka menanamkan rasa syukur kita dan ini tidak terlepas dari firman allah swt seperti halnya kehidupan kita sehari-hari yang bertetangga dengan berbeda agama, namun tetap menghargai kepercayaan mereka, tidak menyudutkan mereka karena keimanan yang berbeda. Namun tetaplah menanamkan sikap bahwa kita ini satu. Untuk terus menjunjung tinggi nilai kebersamaan, tidak terlalu fanatik akan perbedaan suku di Indonesia, karena hal ini dapat menyebabkan sikap yang buruk bagi kehidupan sosial.
            Seperti Firman Allah swt yang berbunyi, “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muda diantara kalian disisi allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mengenal” maknanya adalah allah memang sengaja menciptakan manusia ini dengan berbagai macam suku-suku, dan saling mengenal antara satu sama lain, dan amanah allah menyampaikan kepada hamba-hambanya untuk berlaku baik dan adil kepada setiap hamba-hambanya. Dan membentuk komunitas-komunitas yang memiliki sifat kedalaman spiritual yakni mengingat bahwa allah adalah pencipta seluruh apa-apa yang ada di alam ini, wujud rasa syukur kita dapat kita aprisiasikan melalui selalu bersyukur akan segala rizki dan nikmat yang telah ia berikan kepada kita.
            Karakter bangsa Indonesia merupakan kristalisasi nilai-nilai kehidupan nyata bangsa Indonesia yang bersuku-suku merupakan perwujudan dan pengamalan pancasila. Potensi kalbu / nurani / afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dapat dikembangkan. Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius dapat dikembangkan. Jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa dapat ditanamkan. Kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dapat dikembangkan.

1.3  Makna keraton bagi masyarakat Indonesia
            Budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar. Sedangkan budaya bangsa adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya yang dihasilkan dan menjadi karakteristik bangsa tersebut. Karakter adalah kebijakan akhlak dan moral yang terpatri yang menjadi nilai intrisik dalam diri manusia yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilakunya.
Lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dapat dikembangkan. Kita sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjaga budaya asli bangsa Indonesia dan menghormati budaya Indonesia. Karena sudah banyak budaya asli bangsa Indonesia di ambil oleh orang asing dan di akui bahwa itu  budaya asli bangsa mereka, maka kita harus mempertahankan dan menjaga budaya asli bangsa kita.[2]

            Sebagai masyarakat Indonesia untuk terus menjaga budaya kita, dan budaya khas kota Solo. Seperti menjaga bangunan Keraton, merawat bangunan Keraton dan lain-lain. Serta memasarkan wisata kota Solo tepatnya Keraton Solo kepada masyarakat luas. Agar semua masyarakat mengetahui akan makna sejarah keraton bagi negera Indonesia ini.



BAB III
PENUTUP
Dengan penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa Keraton Solo mempunyai banyak sejarah, makna bagi bangsa Indonesia. Umur bangunan Keraton Solo sekitar 2,6 abad. Yang dibangun oleh Raja Pakubuwono ke 2 pada tanggal 17 Februari 1745. Keraton Solo bukan lagi bangunan asli karena Keraton Solo pernah mengalami musibah yaitu kebakaran yang di akibatkan karena adanya konsleting listrik pada tanggal 31 Januari 1985. Luas dari Keraton Solo adalah 5312 meter, terbagi menjadi 4 yaitu Pendopo Paligi, Pendopo Agung Sasonosewoko, Dalem Agung Probosuyoso, Sasono Gondroweno. Untuk itu kita sebagai rakyat Indonesia untuk selalu menjaga budaya kita, menjaga keraton sebagai tempat sejarah Indonesia.




[1] http://lifestyle.okezone.com/read/2013/12/28/408/918627/menelusuri-jejak-sejarah-berdirinya-keraton-kasunanan-surakarta-hadiningrat
http://solo.yogyes.com/id/see-and-do/historic-and-heritage-sight/kraton-kasunanan
Lebih baru Lebih lama

Sponsor

Close Button
CLOSE ADS
CLOSE ADS