A. Pengertian
Filsafat Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah
yang berdiri pada makna dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya
digabungkan ke dalam satu tema khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri
yang menunjuk ke dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan.
Kendatipun filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah
sendi-sendi pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam
sistem maupun metode.
Ketika konsenterasi dan fokus kajian filsafat ditujukan pada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan seluk beluk pendidikan secara khusus, maka berarti upaya filosofis diarahkan pada suatu bidang kajian yang dalam hal ini adalah problem kependidikan sebagai sebuah realitas. Upaya semacam inilah yang disebut dengan filsafat pendidikan. Atas dasar ini pula, maka pengenalan secara komprehensif tentang filsafat pendidikan, mestilah pula diawali dengan pemberian pemahaman yang mendalam mengenai filsafat pemahaman akan filsafat sangat menentukan sistem dan pola yang akan ditempuh oleh seseorang dalam menggunakan daya pikirnya memandang realitas. Hal ini tentu memiliki konsekuensi dan aplikasi pada kegiatan filsafat pendidikan sebagai implementasi metode filsafat di bidang pendidikan.
Bila pengertian filsafat yang telah dibahas
pada bab sebelumnya dikaitkan dengan masalah pendidikan, tentu berimplikasi
pada upaya-upaya berpikir krisis, sistematis, radikal dan universal tentang
berbagai persoalan yang berkenaan dengan seluk beluk dunia pendidikan dan
kemajuan pendidikan itu sendiri. Filsafat pendidikan secara langsung memberikan
perhatiannya pada apa yang merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik
dalam sistem maupun dalam orientasi. Hal yang membedakan aktivitasnya hanyalah
pada konsenterasinya yang ditujukan untuk menganalisis realitas yang terbatas
dalam berbagai problem dan isu pendidikan.
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para
ahli. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat sebagai jalan untuk mngatur, menyelaraskan, dan memadukan proses
pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. Dalam hal ini, filsafat,
filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.[1]
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany menyebutkan
bahwa filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat
dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan. M. Arifin M.Ed. mengemukakan bahwa
filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan. Ali Khalil Abu Al-Ainain mengemukakan pula
bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berpikir filosofis tentang realitas
kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang
berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah
filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan
falssafah umum dan menitikberatkan paa pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker
(intelektual), maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia.
Sementara menurut Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total
dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode
atau alat-alatnya, tapi juga meneliti dengan saksama hal-hal yang dimaksud.
Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk
menemukan hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu dapat dibakukan melalui
proses kompromi.[2]
Menurut Imam Barnadib, filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis
filosofis terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut Brubachen, filsafat
pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan.
Filsafat pendidikan itu berarti secara bebas dengan memperoleh keuntungan
karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting,
tapi yang terjadi ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan
filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan
dalam segala tahap.
Untuk mendapatkan pngertian filsafat pendidikan yang lebih sempurna
(jelas), ada baiknya kita melihat beberapa konsep mengenai pengertian
pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak didik menuju terbentuknya manusia
yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud kepribadian
yang utama atau ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan
sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan
ajaran atau prinsip-prinsip nilai
(filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun
filsafat bangsa dan Negara.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu
pengertian bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam
bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan
kehidupannya.
B. Penerapan
Filsafat Pendidikan
Filsafat itu
sangat penting didalam dunia pendidikan. Kenapa? Karena di dalam pengertian secara mendalam tentang
filsafat itu sendiri mempunyai arti yang sangat positif, murni,
asli, dan tanpa rekayasa. Dimulai dengan pengertian filsafat yaitu sebagai
kecintaan, semangat, kebenaran, absolute, mutlak, dsb. Tidak dapat dipungkiri
filsafat itu adalah sebuah kunci jawaban atas segala sudut pandang yang muncul
di dunia.Filsafat sepatutnya dijadikan landasan berfikir oleh manusia-manusia
modern sekarang ini yang segala pola pikirnya sudah terkontaminasi oleh
kepalsuan-kepalsuan dunia yang bersifat global dan merusak.
Filsafat
di dalam dunia pendidikan teramat sangat dibutuhkan sekali. Karena dengan
segala unsur-unsur makna yang terkandung dalam filsafat itu sendiri dapat
mengarahkan pendidikan ke jalan yang sebenar-benarnya tanpa dibelok-belokkan
kearah yang tidak jelas kebenarannya.Filsafat harus di masukkan secara mendalam
dan menyeluruh di dalam ruang lingkup pendidikan. Karena output-output dari
pendidikan itu bila tidak didasari oleh filsafat maka paham-paham yang
dimilikinya akan mudah berbelok dan di belokkan oleh segala informasi atau
ilmu-ilmu yang mereka pelajari nantinya.
Filsafat juga
seharusnya diletakkan di segala mata pelajaran para peserta-peserta didik dari
mulai tk, sd, smp, sma, dan universitas misalnya seperti filsafat penjaskes,
filsafat tik, filsafat ips, filsafat ipa, dan sebagainya. Agar makna dari
filsafat bisa tertanam pada jiwa dan pikiran-pikiran mereka dari dasar hingga
keatas, bahkan kalau perlu filsafat menjadi landasan Negara kita tanpa
mengesampingkan pancasila dan UUD 1945. Karena filsafat memaknai dirinya
sebagai suatu konsep kebenaran yang mutlak dan absolute.
Tujuan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran
yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan
tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
Proses
pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan.Tujuan proses
pengembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi
manusia yang paling alamiah yaitu bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan,
kematangan. Potensi ini akan terwujud
apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya : iklim,
makanan, kesehatan, keamanan relatif sesuai dengan kebutuhan manusi.
Manusia
kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembnag sebagaimana
diharapkan lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem tantang
kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi manusia itu.
Timbulnya
problem dan pikiran pemecahannya itu adlah bidang pemikiran filsafat-dalam hal
ini filsafat pendidikan-.Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan daripada
ide-ide filsafat dengan perkataan lain
ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi
pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan
aktivitas penyelenggara pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidika merupakan
sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci
kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Filsafat pendidikan juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan
menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula.
Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.
Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-data
kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun
teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu
pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan
menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata.artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat
pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek
kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap
masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat
pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu
juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan
kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
Dalam
berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horizontal.
Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat
pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan hozisontal,
meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan
yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan sintesa
yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada
penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan
dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis
terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun
filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke
bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar
pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan
puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu
adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun
ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka
dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu
terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada
penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang
berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.
Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
Pendidikan
dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang
nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan
di semua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika
sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan
akan menguatkan pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan
sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang tengah dominan.
Filsafat
yang dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan
pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek
pendidikan.
Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia
menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat merupakan
ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan
ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina
kepribadian manusia.
Menurut Ali Saifullah, antar filsafat, filsafat
pendidikan, dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat
pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan
kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar,
tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi
hakikat dan segi pendidikan.
2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori
pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat.[3]
D. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Filsafat
adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalm kehidupan
manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam
pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh
manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia
agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang
lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif.
Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material
konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas.[4]
Dalam
memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola
dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran
kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
1.
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam
berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
2.
Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya
menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
3.
Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya
persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersif at menyeluruh;
4.
Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat
spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola dan system berpikir filosofis yang
demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai
berikut :
1.
Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan
dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, serta proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di
alam nyata.
2.
Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam
semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya.
Secara
makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang
lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan
sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro
(khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi :
1.
Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of
Education).
2.
Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan
(The Nature Of Man).
3.
Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan, agama dan kebudayaan.
4.
Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan.
5.
Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6.
Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.[5]
Dengan
demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
E. Urgensi Filsafat Pendidikan
1.
Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia,
lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2.
Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir
sendiri.
3.
Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangna
yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4.
Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan
terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
5.
Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan
istimewa karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik.[6]
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran
yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat
pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan
untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan
merupakan factor yang integral atau satu kesatuan. Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum)
apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah
juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek
filsafat pendidikan.
Dengan
demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang
masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat
diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat
pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang
terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi
pendidikan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua. Mohon maaf atas segala kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan karena kami sebagai manusia sadar akan banyaknya
kesalahan dari materi dan makalah yang kami angkat sebagai bahan makalah kami.
Sekian dan terima kasih.
[1] Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 36
[4] M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hlm.
22
[5] Dr. H. Jalaluddin , Dr. Abdullah Idi, Filsafat
Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. IV, hlm. 24-25
[6] Irvan Jaya Musrida Batosai, Dasar, Tujuan, Dan
Peranan Filsafat diakses dari Https://Van88.Wordpress.Com/Dasar-Tujuan-Dan-Peranan-Filsafat/, Pada tanggal 02 April 2015