Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Rabu, 16 Maret 2016

Makalah Asesmen kognitif Anak Usia Dini

Maret 16, 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan mental, Pengasuh dan pendidik anak perlu melakukan asesmen kognitif dengan mengamati dan melakukan pencatatan tentang aktivitas anak sehari–hari sehingga dapat memperoleh informasi tentang tahapan perkembangan kognitif dan belajar pada anak. 

Teori perkembangan kognitif menyatakan bahwa pertumbuhan mental individu adalah bagian terpenting dalam perkembangan anak. Anak yang aspek kognitifnya berkembang baik, akan dapat mengembangkan proses berpikir, merespons objek dilingkungannya, dan merefleksikan pengalamannya. Seiring dengan kematangan anak, akan terjadi strukturisasi yang progresif dalam proses kognitif anak, Dalam peristiwa tersebut proses berpikir anak berkembang menjadi lebih kompleks. Keterampilan belajar pada anak terjadi melalui proses elaborasi di dalam otak (mind), bukan di luar otak (Lara, 2008:3.2).
Asesmen yang dilakukan pada anak usia dini difokuskan pada tiga wilayah yaitu perkembangan bahasa, kognitif-logika, dan motorik. asesmen yang dilakukan dalam melihat tingkat perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini bukan dilihat pada sasaran prestasinya, melainkan pada tingkat perkembangan dan kemampuannya yang biasanya berkaitan dengan perasaan yng bersifat verbal dan nonverbal (Rosyid, 2009:18)
1.2 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui asesmen kognitif AUD
2.      Untuk dapat menyusun instrumen asesmen kognitif AUD
3.      Untuk dapat mengetahui Alat untuk asesmen kognitif AUD

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggunaan Asesmen Kognitif AUD
            Berdasarkan ‘The National Education Goals Panel’  penggunaan asesmen yang tepat adalah (1) mengakses untuk meningkatkan perkembangan dan belajar anak; (2) mengakses untuk mengidentifikasi kesehatan dan pelayanan yang di berikan pada anak; (3) mengakses untuk memonitor kecendrungan dan mengevaluasi program dan pelayanan dan (4) mengakses prestasi akademik untuk akuntabilitas anak, guru dan sekolah, memperbaiki cara mengakses kesiapan anak untuk masuk sekolah (Lara, 2008:3.25).
ASESMEN YANG SESUAI DENGAN AUD DAN ASESMEN YANG TIDAK SESUAI
Asesmen yang Sesuai
Asesmen yang Tidak Sesuai
Mempertimbangkan perencanaan instruksi sebagai tujuan utama
Melihat akuntabilitas sebagai tujuan utama
Merupakan proses berkesinambungan yanng terintegrasi dengan kurikulum
Merupakan peristiwa terjadwal yang menekankan pada perilaku yang terjadi pada saat tertentu
Menguntungkan anak dan dapat mengembangkan potensi anak
Digunakan untuk menjastifikasi treatmen khusus
Mengakss kemampuan yang sebenarnya dalam situasi yang natural (contoh: Kemampuan menulis, memecahkan masalah, dll.)
Mengukur keterampilan tertentu dalam kondisi yang diatur sedemikian rupa
Menghargai guru sebagi assessor
Hanya percaya pada asesmen kelompok di luar sekolah
Memahami bahwa anak berkembang sesuai dengan tahapan masing - masing
Menekankan pada perilaku normatif, mengukur keterampilan berdasarkan usia dan tahapan
Menekankan pada keberhasilan dan pemahaman anak terhadap kesalahan yang dibuat
Menekankan pada kegagalan, tingkatan, nilai dan kesalahan
Melibatkan pendekatan yang konkret dan langsung dialami anak
Terbatas pada tugas yang hanya menggunakan kertas dan pensil
Fokus pada anak sebagai individu yang utuh
Memperlakukan anak seperti individu yang tidak intelek
Mendukung kurikulum
Memaksakan penerapan kurikulum
Berorientasi pada proses dan menilai cara berpikir yang divergen
Berorientasi pada produk dan menilai cara berpikir konvergen
  Sumber : Lara fridani (2008)
            Adapun tabel asesmen kemampuan kognitif anak usia dini berikut:
No
Pengembangan
Asesmen Kinerja
Keterangan
Kegiatan
Asesmen
1
2
3
4
5
1
Kognitif
Menyusun balok






  Sumber:  Rasyid (2009)
Lima tahapan dalam perkembangan kognitif
1)      Penilaian kurang sekali
Catatan : anak tidak bisa menyusun kembali bentuk – bentuk geometri.
2)      Penilaian kurang
Anak dapat menyusun kembali dua benda bentuk geometri

3)      Penilaian cukup
Anak dapat menyusun kembali 5 buah bentuk geometri
4)      Penilaian baik
Anak dapat menyusun seluruh benda bentuk geometri
5)      Penilaian baik sekali
Anak dapat menyusun seluruh benda bentuk geometri dengan cepat.
2.2 Penyusunan Instrumen Perkembangan Kognitif
1.      Langkah – langkah penyusunan instrumen (Lara, 2008: 3.30)
a.       Mengidentifikasi variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi nilai. Dalam haal ini, menjadi variabel adalah aspek dengan perkembangan kognitif.
b.      Menganalisis teori
Menganalisis teori adalah mencari, mendeskripsikan, menyintesiskan teori – teori yang berkaitan dengan perkembangan kognitif.
c.       Menyusun konstruk
Menyusun konstruk adalah mendefinisikan aspek perkembangan kognitif. secara konseptual
d.      Menyusun definisi operasional
Menyusun definisi operasional adalah mendefinisikan aspek perkembangan kognitif secara operasional atau dapat diukur.
e.       Menentukan dimensi dan atau indikator
Menentukan dimensi dan atau indikator  perkembangan kognitif berdasarkan teori yang sudah dianalisis-sintesiskan.
f.       Menyusun kisi – kisi instrumen (Blue Print)
Menyusun kisi – kisi instrumen dalam tabel terdiri dari kode, aspek, indikator, sub indikator, pertanyaan/pernyataan, jumlah item.
g.      Menyusun butir – butir instrumen
Menyusun butir–butir instrumen berdasarkan pada pemilihan teknik pengumpulan data yang akan digunakan, misalnya observasi, angket, tes tertulis, wawancara, dll.

2.      Perilaku kognitif anak usia dini (Lara, 2008:3.31)
a.      0 – 6 bulan
1.      Apakah anak meniru ekspresi wajah orang dewasa?
2.      Apakah anak mengulang perilaku – perilaku tertentu yang memberikan kesenangan untuk anak?
3.      Dapatkah anak mengenali orang – orang dan tempat?
4.      Apakah perhatian anak menjadi lebih fleksibel sesuai dengan perkembangan usia anak?
5.      Apakah anak bisa berceloteh pada akhir periode ini?
b.      6 – 12 bulan
1.      Apakah anak memiliki tujuan tertentu dan perilaku disengaja?
2.      Dapatkah anak menemukan benda – benda yang tersembunyi?
3.      Dapatkah anak meniru aksi – aksi orang dewasa?
4.      Dapatkah anak mengombinasikan aktivitas sensori dan motoriknya?
5.      Apakah anak berceloteh, termasuk suaru – suara dalam bahasa bicara anak?
6.      Apakah anak memperlihatkan gestur pra verbal, seperti menunjuk/
c.       12 – 18 bulan
1.      Apakah anak memiliki benda – benda ke dalam kategori tertentu?
2.      Dapatkah anak menemukan benda – benda tersembunyi dengan mencarinya lebih dari satu tempat?
3.      Apakah anak dalam bermain memperlihatkan belajar ‘trial and eror’ ?
4.      Apakah anak memiliki rentang perhatian  yang bertambah baik?
5.      Dapatkah anak berbicara, paling tidak mengatakan kata – kata pertama?
6.      Apakah anak – anak menggunakan kata – kata ‘overextension’ dan ‘underextension’  yang dia ketahui?
7.      Dapatkah anak mengambil bagian ketika bermain game interaktif ( ci luk ba )
8.      Apakah anak melakukan eksperimen dengan perilaku yang berbeda untuk menghasilkan dan meneukan cara – cara baru dalam memecahkan masalah?
d.      18 – 24 bulan
1.      Apakah anak dapat menemukan benda – benda yang hilang dari pandanga/
2.      Apakah anak mencoba meniru sepenuhnya aksi – aksi orang dewasa?
3.      Apakah anak ikut serta dalam permainan ‘make-believe’?
4.      Apakah anak memindahkan benda – benda ke dalam ketegori tertentu selama bermain?
5.      Apakah anak menggunakan frasa dua kata?
6.      Apakah anak menulis (cakar ayam) dengan kraon pensil?
7.      Dapatkah anak menunjukkan dan memberi nama bagian – bagian tubuh?
e.       24 – 36 bulan
1.      Apakah permainan ‘make-believe’ kurang berpusat apada diri dan lebih kompleks?
2.      Apakah anak mempunyai pengenalan ingatan yang berkembang dengan baik?
3.      Apakah anak memiliki perbendaharaan kata yang lebih berkembang?
4.      Apakah anak menggunakan kalimat – kalimat dengan penggunaan tata bahasa yang semakin bertambah?
5.      Apakah anak memperagakan kemampuan bercakap – cakap?
6.      Apakah anak mampu mengikuti arah – arah sederhana?
7.      Dapatkah anak menceritakan cerita – cerita sederhana?
8.      Apakah anak mampu menjawab pertanyaan?
f.       3 – 4 tahun
1.      Apakah anak menggunakan kata – kata untuk menyampaikan keinginannya?
2.      Dalam memecahkan masalah, apakah anak fokus pada keberadaan sebuah benda semata – mata tanpa memperhatikan kriteria yang lain?
3.      Apakah anak melakukan keslahan gramatikal (melebihi aturan)
4.      Apakah anak semakin memperhatikan penggunan tata bahasa dalam berbicara?
g.      4 – 5 tahun
1.      Apakah perbendaharaan kata yang dimiliki semakin bertambah?
2.       Apakah anak menggunakan tata bahasa yang lebih baik dan kata – kata untuk berkomunikasi?
h.      5 – 6 tahun
1.      Apakah anak memiliki perbendaharaan sekitar 1.000 kata?
2.      Apakah anak mengerti tata bahasa lebih baik dari pada sebelumnya dan melakukan kesalahan gramtikal lebih sedikit?


3.    Mengakses kognitif anak dalam bidang Matematika dan sains (Lara, 2008:3.33)
Dalam melihat perkembangan kgnitif anak, yaitu dengan mengamati dan melakukan asesmen intelektual apada anak, kita harus memperhatikan bukan saja pengetahuan anak terhadap suatu bidang, tetapi juga perlu memperhatikan dimensi perkembangan anak lainnya. Belajar bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan dari keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga merupakan disposisi, habits of the mind. Hal ini berarti mencakup bagaimana anak merespons pengenalaman tertentu. Disposisi , perlu menjadi pertimbangan para guru.
Keterampilan proses sains memiliki kesamaan dengan asesmen otentik perkembangan anak, yaitu meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut :
a.       Mengamati
b.      Membandingkan
c.       Mengelompokkan
d.      Mengukur
e.       Mengomunikasikan
f.       Menyimpulkan
g.      Memprediksi
4.    Mengamati konsep perkembangan Matematika pada anak usia dini (Lara, 2008:3.34)
Belajar menghitung, membaca, dan menulis angka untuk anak usia dini memang baik, namun tujuan yang lebih penting dari itu adalah agar anak dapat mengkonstruktur sruktur mental dari angka – angka tersebut. mengajarkan anak tentang angka dapat dilakukan dengan mengajarkannya secara tidak langsung dengan melibatkan lingkungannya. Mesalnya dengan mendorong anak untuk mengumpulkan objek yang sama dalam satu wadah; meminta anak membagikan sendok masing–masing sebuah untuk teman – temannya. Ketika anak melakukan akivitas tersebut, guru mengamati dan melakukan pencatatan terhadap pengetahuan matematika anak.
3.3 Alat Penilaian Aspek Kognitif Untuk Anak Umur 3-6 Tahun
Nama Anak : …………….                           Umur Anak         : ……………………
Tgl. Lahir    : …………......                           Jenis Kelamin    : ……………………
Nama Guru : ……………..
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Tidak Teramati
Tahap Awal
Berkembang
Konsisten
komentar
Motivasi dan Memecahkan Masalah
1.      Mengamati dan Menyelidiki
·         Menyelidiki bahan-bahan mainan dan benda-benda lain yang baru.
·         Memanipulasi benda untuk memahami fungsinya.
·         Menggunakan lebih dari satu indera untuk memperoleh informasi tentang proyek.





2.      Menunjukkaan keingintahuan dan hasrat untuk memecahkan masalah.
·         Menunjukkan minat terhadap apa yang terjadi di kelas.
·         Mencoba untuk menemukan penyebab dan akibat.
·         Bertanya tentang lingkungan, kejadian/peristiwa dan bahan-bahan.
·         Mengulaang kegiatan yang pernah dilakukan sebelumnya.
·         Tekun memecahkan masalah sampai selesai ( contoh : permainan logika dan puzzle ).





3.      Menunjukkan Pikiran yang Konstruktif
·         Menggunakan pengetahuan dan pengalaman di berbagai pusat kegiatan.
·         Menerapkan informasi atau pengalaman baru ke konteks baru.
·         Mencari benda-benda dengan cara yang sistematis.
·         Menemukan lebih dari satu cara dalam memecahkan sebuah masalah.





4.      Membuat Perkiraan dan rencana
·         Menyatakan apa yang akan direncaanakan dan dilakukan.
·         Menggunakan perencanaan dalam melakukan sebuah tugas atau kegiatan.
·         Mencoba membuat dugaan dan perkiraan.
·         Memperkirakan serangkaian kegiatan.





Cara Berfikir Logis dan Matematis
1.      Mengklasifikasikan Sesuai Atribut
·         Mengklasifikasikan benda sesuai warna, bentuk, ukuran, dan lain-lain.
·         Mengumpulkan sekumpulan bendaa menurut fungsi dan lebel kelompok.
·         Mengklasifikasikan benda-benda kedalam dua atau lebih subkelompok menurut bentuk, warna, ukuran, dan lain-lain dan member lebel pada kelompok.
·         Menemukan satu buah benda dalam sebuah kelompok yang tidak pada tempatnya dan memberikan komentar.





2.      Mengurutkan benda
·         Melihat adanya kesalahan dalam suatu penyusunan.
·         Mengatur benda dari yang terkecil sampai yang terbesar.
·         Menyisipkan sebuah benda baru diantara benda-benda yang telah diurutkan.





3.      Memproduksi kembali pola-pola dalam berbagai cara
·         Mengulang pola dan menambah pola sederhana dari sebuah irama, balok-balok, dan lain-lain.
·         Menggambarkan pola ketika diminta dengan menggunakankkata-kata deskriptif.
·         Menciptakan pola-pola sendiri dengan menggunakan berbagai bahan.





4.      Merekonstruksi dan mengingat kembali urutan kejadian
·         Mengingat kembali lebih dari 3 langkah dalam melakukan kegiatan rutin.
·         Merekonstruksi urutan kejadian yang telah lalu.
·         Mengatur 4-5 gambar dalam sebuah urutan yang logis dan menceritakan sebuah cerita.





5.      Memahami hubungan kuantitatif
·         Menghitung dari satu sampai di luar kepala.
·         Menggunakan hubungan satu-satu.
·         Membandingkan yang lebih besar dan yang lebih kecil, yang banyak dan yang sedikit.
·         Menggunakan kata-kata perbandingan untuk menjelaskan ukuran.
·         Menggunakan peralatan untuk mengukur panjang, berat atau isi.
·         Menambah dan mengurangi dibawah 10.
·         Menghitung kelipatan 2 dan kelipatan 3 sampai 20





6.      Menunjukkan kesadaran akan bentuk-bentuk geometris dan menggunakannya dengan benar
·         Mengenali, member lebel dan menggambar bentuk-bentuk dasar geometris.
·         Mengenali bentuk-bentuk di lingkungan sekitarnya.
·         Dapat menyelesaikan puzzle sederhana.





7.      Memahami hubungan ruang dasar
·         Mengerti kata-kata yang menunjukkan posisi dan arah dengan mengikuti instruksi.
·         Menggunakan kata-kata yang menunjukkan posisi dan arah secara tepat.
·         Menyelesaikan berbagai macam puzzle.





8.      Menunjukkan kesadaran akan konsep waaktu
·         Mengetahui jadwal harian.
·         Mengetahui konsep-konsep waktu (siang,malam, pagi/sore)
·         Mengerti kata-kata kemarin, besok, bulan lalu, sebelum, sesudah, petama, nanti, dll
·         Mengetahui urutan hari dalam seminggu, musim, dan bulan.





Pengetahuan dan Informasi
1.      Menunjukkan pengetahuan umum
·         Mengetahui warna dan sebutannya.
·         Menyebutkan nama banyak benda di lingkungan sekitarnya.
·         Menceritakan tentang rumanya, sekolah, mesjid, dan lokasi-lokasi lainnya di sekitarnya.
·         Menerangkan pokok pikiran dari profesi-profesi yang berbeda di lingkungannya.
·         Menunjukkan keasadaran akan beberapa tradisi nasional ( perayaan hari kemerdekaan).





2.      Mencari informasi dari berbagai sumber bartanya





  Sumber: Lara Fridani (2008)



















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Seorang guru sebelum melakukan asesmen perkembangan kognitif haruslah mengetahui bagaimana asesmen yang sesuai yang seharusnya dilakukan terhadap anak usia dini, agar asesmen tersebut benar dan tidak ada kesalahan. Seorang guru PAUD  juga harus mengetahui bagaimana penyusunan instrumen perkembangan kognitif yang sesuai dengan yang telah ditentukan, agar langkah-langkah asesmen tersebut dapat berjalan secara berkesinambungan. Alat yang digunakan untuk penilaian juga harus diisi setiap hari dan secara otentik agar guru tidak lupa dengan kejadian yang berlangsung pada kemampuan kognitif anak saat itu.














Daftar Pustaka
Fridani, lara,dkk.2008. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Rosyid, harun,dkk.2009. Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Presindo


Read More

Makalah Analisis Kebutuhan Bermain Anak Usia Dini

Maret 16, 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

            
Untuk membantu seorang anak mencapai potensinya secara optimal, orangtua harus memastikan bahwa tahun-tahun prasekolah dipenuhi dengan kegembiraan.Bagi seorang anak, bermain adalah belajar dan belajar adalah menyenangkan.Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan danperkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak.Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun

berkelompok.Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.
            Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi dengan anak.Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    ANALISIS KEBUTUHAN BERMAIN ANAK
            Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan
bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak.terutama pada saat di usia dini,menurut Laurence Tecik diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Penelitian oleh Kemper dinegri Belanda dengan memasangkan alat pedometer (alat pengukur langkah , skor 1 (satu) setara dengan satu langkah) anak yang aktif melakukan 102.000 langkah/ minggu, maka rerata memerlukan aktifitas fisik perhari adalah 102.000 : 7 = 14.000 per hari atau setara dengan 3,5 jam, jika 2 X 45 menit menunjukan skor 4000 langkah. Kebutuhan 3,5 jam tersebut tidak mungkin dipenuhi pada jam pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus dapat memenuhi kebutuhan gerak anak didiknya dengan berbagai alternatif permainan yang dapat dimainkan siswa saat jam istirahat atau dirumah, karena anak tidak merasa betah bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih banyak dan merasa gembira ketika menyongsong jam istirahat karena memiliki kesempatan untuk bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan kondisinya.
            Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal positif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih
kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak :
A.    Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik
            (melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus), perkembangan psiko         sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif         (melatih kecerdasan).
B.     Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.
C.     Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.
D.    Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya.
E.     Melalui bermain anak–anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalamdirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan.
F.      Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin.
G.     Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan danmenemukan hal-hal baru dalam kehidupan.
H.    Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
I.       Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.
J.       Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
K.    Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.
B.     TAHAP KEBUTUHAN BERMAIN ANAK
1.      Usia 0-1 tahun, Dibutuhkan lingkungan bermain yang beragam dan memberikan stimulasi yang mendorong pengenalan pola-pola dan bentuk melalui penglihatan (alat sensori utama manusia untuk belajar). suara, sentuhan, pembelajaran kemajuan ke berbagai pengalaman belajar mudah di suatu lingkungan.
2.      Usia 1-2 tahun, Kegiatan-kegiatan kreatif diperlukan untuk memberikan ruangan bagi pengekspresian pikiran-pikiran dan perasaan, disamping sebagai pengalaman-pengalaman untuk menguji coba batas-batas dunia anak usia dini. Permainan kreatif memberikan anak cara untuk menjelajahi dunia khayal dan mengembangkan imajinasi melalui permainan dan peran.
3.      Usia 2-3 tahun, Pada usia ini permainan anak tentunya menjadi lebih kreatif dan imajinatif. Bermain peran dan kotak-kotak kostum semakin sering digunakan. Anak mulai menggunakan kuas, dan crayon-crayon yang kecil. Balok-balok yang digunakan juga semakin banyak bentuknya untuk dimainkan dan membangun sesuatu.
4.      Usia 3-4 tahun, Pentingnya bermain secara langsung maupun tidak langsung tidak dapat diremehkan. Melalui aktivitas-aktivitas bermain, berbagai prilaku dapat dicoba tanpa perlu khawatir dan membahayakan. Bermain peran juga dapat dilakukakan oleh anak. Permainan kreatif saat ini bisa dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas sekolah, dan bisa juga mengembangkan berfikir berbagai cara untuk memecahkan berbagai masalah.
5.      Usia 4-5 tahun, Anak-anak prasekolah semakin kreatif dan sangat suka bereksperimen karena hanya melalui pengalaman anak-anak merencanakan dan mengembangkan sekumpulan cara untuk melakukan sesuatu. Orangtua dapat membantu mengembanggkan bakat-bakat anak melalui beragam aktifitas kreatif.

C.    BERMAIN BERTUJUAN UNTUK PENGEMBANGAN
Para peneliti telah menemukan bahwa nilai-nilai bermain adalah sangat luas dan mengelilingi anak secara kognitif, social, emosi, dan fisik. Beberapa perkembangan anak saat bermain. Yaitu:
1.      Perkembangan kognitif, bermain adalah media penting dalam proses berfikir, yang berperan dalam perkembangan kognitif dengan memberikan cara terhadap berbagai pengalaman yang memperkaya pemikiran anak-anak. Bermain dapat melatih kemampuan anak menghadapi pengalaman, bermain mengkonsilidasi kemahiran-kemahiran mental yang baru, bermain berperan mengembangkan pikiran abstrak, bermain juga dapat melatih kreatifitas anak.
2.      Perkembangan sosial, belajar melihat dari suatu sudut pandang. Bermain membantu anak belajar bersikap benar sesuai norma-norma standard yang diterima dan melihat dari sudut pandang lain. Proses penting untuk perkembangan social anak adalah:
a.      Kesempatan menerapkan praktek pola-pola sosial yang tak terbatas. Anak-anak mencoba konvensi-konvensi sosial melalui bermain.
b.      Mendorong anak berinteraksi sosial.
3.      Perkembangan emosi, Media ekspresi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Dalam bermain, anak merasa nyaman dan menguasai perasaan-perasaannya. Dimana ia dapat mengekspresikan perasan-perasaan yang tak dapat diterima dengan cara-cara yang dapat di terima. Anak dapat memahami perasan-perasaan yang bertentangan. Seperti:
a.      Melembutkan kenyataan-kenyataan kehidupan
b.      Media pelepasan bagi anak-anak yang stress
c.       Memberikan kesempatan untuk memahami diri
4.      Perkembangan fisik
a.      Perkembangan fisik dan motorik
b.       Membantu menguji system keseimbangan
c.       Berpartisipasi terhadap pengembangan koordinasi tangan dan mata.

           


D.    TERAPI BERMAIN UNTUK KEBUTUHAN ANAK
Terapi bermain adalah metode terapi yang menyenangkan, berlangsung dalam waktu singkat, bertujuan untuk meningkatan kedekatan, rasa percaya diri dan keterikatan yang menyenangkan sehingga anak mempunyai tingkah laku yang sehat dan kreatif sesuai dengan usianya, yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah. Terapi bermain dapat dilakukan pada semua usia anak, namun sering dilakukan pada usia 18 bulan hingga 12 tahun. Terapi bermain secara umum dapat diterapkan dalam berbagai masalah perilaku, mulai dari perilaku menarik diri, depresi dan pasivitas hingga agresivitas dan hiperaktivitas.
            Contoh-contoh kegiatan yang didasarkan pada dimensi-dimensi terapi bermain:
1.      Beanbag game: tempatkan beanbag atau boneka mainan yang lembut diatas kepala orang tua. Letakkan tangan orang tua di bawah tangan anak yang terulur untuk menangkap boneka tersebut. Beri tanda-tanda dan jatuhkan boneka tersebut ke tangan anak dengan memiringkan kepala orang tua ke arah tangan anak.
2.      Buatlah gambar telapak tangan atau telapak kaki anak di selembaran kertas.
3.      Salah satu orang tua menyembunyikan bola kapas, misalnya dibelakang telingan anak dan minta orang tua yang lain untuk menemukannya.
4.      kedua orang tua duduk berhadapan dengan dipisahkan oleh selimut kecil, anak dalam kondisi dipangkuan salah satu orang tua. Dengan menggunakan tanda atau memanggil nama anak, selimut diangkat oleh kedua orang tua dan anak diminta untuk berjalan, berlari atau merangkak di bawah selimut ke arah orang tua yang satunya.
5.      Orang tua dan anak merangkak secepat mungkin mengelilingi bantal. Usahakan untuk dapat menangkap kaki orang yang ada di depannya. Jika anak berhasil menangkap kaki orang tua, balik arah dan lakukan sebaliknnya, orang tua berusaha menangkap kaki anak.
6.      Minta anak duduk/berbaring di atas bantal besar dan minta ia untuk memegang tepi bantal. Panggil nama anak dan jika dia menatap mata orang tua, tarik bantal tersebut berkeliling ruangan. Jika anak berhenti menatap mata orang tua, berhentilah menarik bantal.
7.      Anak berpindah ayunan dari lengan orang tua yang satu ke lengan orang tua yang lain.
8.      Tekan hidung anak dan katakan “tin..tin” tekan dagu dan katakanlah “tet”. Arahkan anak anda untuk menyentuh hidung dan dagu orang tua. Katakan “tin..tin” saat menyentuh hidung orang tua dan “tet” ketika anak menyentuh dagu orang tua. Anak mungkin juga dapat menghasilkan suara-suara sendiri.
9.       ci luk ba
10.  orang tua menggembungkan pipinya dan bantu anak untuk “meletuskan” pipi tersebut dengan tangan anak
11.  orang tua meletakkan anak diatas lutut, dan mengangkat-ngangkat anak dengan kecepatan yang bervariasi secara hati-0hati.
12.  Oleskan losion atau bedak pada tangan anak
13.  Dudukkan anak di kursi makannya atas pangku anak menghadap orang tuanya. Suapi anak dan dengarkan bunyi kunyahan atau tegukan airnya. Pertahankan kontak mata.
14.  Nyanyikan lagu untuk anak-anak. Adaptasi lirik lagu hingga menjadi spesial buat anak, jika bertema tentang anggota tubuh, sentuh anggota tubuh anak sesuai dengan lirik lagu.
15.  Beri special kisses. Misalnya dengan menempelkan hidung orangtua dengan hidung anak dan digoyang-goyangkan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan orang tua dapat lebih menerima anak dan anak pun lebih merasa dimiliki dan dicintai.

                 









BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN       
            Bermain bagi anak merupakan upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi danstimulasi/pendidikan. Bahkan bermain bagi anak usia balita merupakan salah satu intervensi penting untuk mengurangi dampak menurunnya IQ pada balita yang mengalami gangguan gizi ketika bayi, khususnya apabila intervensi pemberian makanan bergizi terlambat dilakukan. Berdasarkan penelitian yang ada, anak ternyata emosi dan kecerdasan anak pun meningkat. Anak juga jadi lebih peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain. Bermain bersama teman juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan orang lain. Hebatnya lagi, anak juga mampu menghargai perbedaan di antara mereka.
            Bermain juga merupakan suatu aktivitas dimana anka dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan,memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemapuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatukebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebtuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kaebuthan rasa aman, kebutuhan kasih sayang dan lain-lain. Sebagai kebutuhan sebaiknya juga perlu diperhatikan secara cermat bukan hanya dijadikan mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. Perhatian selama proses bermain pada anak-anak sangat penting mengingat dalam proses bermain dapat ditemukan kekurangan dari kebutuhan bermain seperti kreativitas anak, perkembangan mental dan emosi yang harus diarahkan agar sesuai dengan proses kematangan perkembangan.


REFERENSI
Ali, ahmad. 2009, kebutuhan bermain anak sekolah dasar. Jakarta: PT indeks





Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot