Knowledge Is Free: AL-QURAN

Hot

Sponsor

Tampilkan postingan dengan label AL-QURAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AL-QURAN. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Februari 2021

Makalah Proses Diturunkan Al-Quran dan Hikmahnya (doc)

Februari 13, 2021 0



Proses Turunnya Al-Qur’an

Mengenai turunnya al-qur’an para ulama’ berbeda-beda pendapat. Dari perbedaan pendapat tersebut dibagi menjadi tiga golongan:
  • Kelompok yang berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus pada malam lailatul qadr. Kemudian diturunkan secara bertahap selama 20,23,atau 25 tahun. Perbedaan jumlah tahun ini karena adanya perbedaan mengenai berapa lama Rasulullah Saw tinggal di Makkah setelah kenabian. 
  • Golongan yang berpendirian bahwa setiap datang malam lailatul qadr pada bulan Ramadhan, bagian-bagian tertentu Al-Qur’an diturunkan kelangit dunia sekedar kebutuhan selama satu tahun sampai malam lailatul qadr berikutnya. 
  • Kelompok yang mengklaim bahwa Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam lailatul qadr, kemudian diturunkan secara bertahap dalam berbagai waktu sesuai kebutuhan. 
akan tetapi mayoritas ulama’ lebih mengunggulkan pendapat yang pertama.
Menurut Az-Zarqani ada tiga tahapan dalam penurunan Al-Qur’an yaitu:
  • Al-Qur’an diturunkan langsung oleh Allah SWT ke lauh al-mahfuzh.     berdasarkan firman Allah Swt:
فِي لَوْحٍ مَحْفُوظ,بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ,

“bahkan yang mereka dustakan itu adalah Al-Qur’an yang mulia,yang tersimpan di lauhil mahfuzh (al buruj 21- 22) 
  • Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadr sebagai pemberitahuan kepada malaikat tentang umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang telah dimuliakan oleh Allah Swt dengan datangnya risalah sebagai petunjuk untuk menjadi umat yang paling baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt: 
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”   (Al- Qadr 1)
  • Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 20,23 atau 25 tahun sebagaimana firman Allah Swt: 
 إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلا
“Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an, dengan beransur-ansur” (Al-insan 23).

Bukti Historis Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap

Di dalam sejarah ada beberapa peristiwa yang bisa kita jadikan dalil tentang turunnya Al-Qur’an secara bertahap antara lain:
  • Malaikat jibril datang membawakan wahyu untuk pertama kali pada tanggal 21 ramadhan yaitu surah al-alaq ayat 1-5.  Saat itulah Muhammad Saw diangkat sebagai seorang nabi.

  • Malaikat jibril datang membawakan wahyu untuk kedua kalinya setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengalami masa terputusnya wahyu. Ayat tersebut adalah surah al-mudatstsir ayat 1-5.  Setelah turunnya ayat tersebut barulah Nabi Muhammad Saw diangkat sebagai seorang rasul untuk menyampaikan risalah kenabian.
  • Surah almaidah ayat 3 turun menjadi ayat terakhir. 
Itulah beberapa peristiwa sejarah yang bisa kita jadikan bukti turunnya al-qur’an secara bertahap. Dan banyak lagi peristiwa-peristiwa lain yang tidak bisa disebutkan didalam karya ilmiah ini.

Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap

Hikmah-hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap ialah sebagai berikut :
  • Memantapkan hati Nabi. (al furqan ayat 32)
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).”
  • Lebih mudah dihafal dan dipahami. (thaha ayat114)
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

"Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan"
  • Meringankan tugas nabi dalam menyampaikan dan mengajarkan Al-Qur’an.
  • Menyesuaikan dengan permasalahan yang timbul. (Al isra’ ayat 106)
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا
“Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”
  • Membuktikan bahwa al-qur’an turun dari Allah yang maha bijaksana. 

Pengertian Asbabun Nuzul

Secara bahasa asbabun nuzul terdiri dari dua kata yaitu asbab (jamak dari sabab) yang berarti sebab atau latar belakang dan Nuzul yang berarti turun. sedangkan di dalam istilah menurut manna’ al qatthan adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi,baik berupa satu kejadian ataupun pertanyaan yang diajukan kepada nabi. 

Urgensi Mempelajari Asbabun Nuzul

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memahami pesan pesan al-Qur’an adalah dengan mempelajari asbabun nuzul. Al-Wahidi menuturkan bahwa tidak mungkin seseorang mengetahui maksud pesan dan tafsir suatu ayat al-Qur’an tanpa mengetahui kisah dan penjelasan mengenai turunnya ayat tersebut.
Dari pernyataan diatas dapat kita pikirkan betapa pentingnya mempelajari tentang asbabun nuzul,selain itu ada beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dengan mempelajari asbabun nuzul antara lain :
  • Kita dapat mengetahui hikmah dibalik syari’at yang diturunkan melalui sebab tertentu. 
  • Kita bisa tahu bahwa Allah Swt selalu memberikan perhatian khusus kepada Rasulullah dan selalu bersama para hambanya.
  • Seseorang dapat menentukan apakah suatu ayat mengandung pesan khusus atau umum. Selain itu, pengetahuan asbabun nuzul akan membuat mufasir mampu memahami keadaan ayat tersebut mesti diterapkan.
  • Mengetahui asbabun nuzul akan membantu seseorang dalam memahami suatu ayat, sebab pengetahuan asbabun nuzul akan melahirkan pengetahuan tentang akibat.
       Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul merupakan faktor penting yang harus dikuasai seseorang untuk dapat memahami pesan-pesan suatu ayat dalam al-Qur’an. Meski demikian tidak semua tokoh memiliki pandangan yang sama mengenai keharusan memahami asbabun nuzul untuk menafsirkan al-Qur’an. 

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan langsung oleh Allah Swt ke lauh al-mahfuzh. Lalu Allah Swt menurunkannya sekaligus pada malam lailatul qadr kelangit dunia.Kemudian diturunkan secara bertahap selama 20,23,atau 25 tahun. Perbedaan jumlah tahun ini karena adanya perbedaan mengenai berapa lama Rasulullah Saw tinggal di Makkah setelah kenabian. Seperti firman Allah pada surah Al Insan ayat ayat 23. Allah Swt menurunkan al-qur’an secara bertahap agar memudahkan nabi dalam menyebarkan syari’at islam dan menghadapi orang-orang kafir. Dan juga untuk membantu umat muslim dalam menghafal dan memahaminya.
Asbabun nuzul secara etimologi berasal dari 2 suku kataa yaitu asbab (bentuk jama’ dari kata sabab)berarti sebab-sebab atau latar belakang, dan nuzul yang artinya turun. Sedangkan menurut terminologi adalah sebab-sebab atau latar belakang turunnya suatu ayat. Alasan kita harus mempelajari tentang asbabun nuzul adalah agar kita dapat memahami tentang isi atau makna yang terkandung dalam suatu ayat. Dan kita dapat mengetahui hikmah dibalik syari’at yang diturunkan melalui sebab tertentu,juga menentukan apakah suatu ayat mengandung pesan khusus atau umum. 

DAFTAR PUSTAKA

Suma, Muhammad Amin. Ulumul qur'an. Depok: Rajawali Pers,2019.
Shafiyurrahman, Syaikh. Sirah Nabawiyah terj. Fathur Suhaidi. Jakarta: Al-Kautsar,2013.
Zaid, Nasir Hamid Abu. Tektualitas Al-Qur’an kritik terhadap ulumul qur’an" terj. Khoiron Nahdliyin. Yogyakarta:LKiS,2013.
Raihandi, Arief. makalah pengertian asbabun nuzul – ulumul qur’an" dalam https:knowledgeisfree.blogspot.com. diakses pada 4 oktober 2020
Read More

Minggu, 07 Februari 2016

MAKALAH SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-QUR’AN

Februari 07, 2016 0



C.Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi


Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang sangat dirindukan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga kerinduan Nabi Muhammad SAW terhadap kedatangan wahyu tidak sengaja diekspresikan dalam bentuk hafalan, tetapi juga dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad ditempuh dengan dua cara :
  1. Pertama, al Jam’u fis Sudur.

  1. Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
  1. Harus terbukti mutawatir, tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad,
  1. Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh dan ayat tersebut tidak diyakini dibaca kmbalidihadapan Nabi Muhmmad SAW pada saat-saat terakhir,
  1. Kronologi surat dan ayat seperti yang dikenal sekarang ini, berbeda dengan mushaf Abu bakar yang susunan mushafnya berbeda dengan mushaf ‘Utsman bin ‘Affan.
  1. Sistem penulisan yang digunakan mushaf mampu mencakupi qira’at yang berbeda sesuai dengan lafazh-lafazh Al-Qur’an ketika turun,
  1. Semua yang bukan mushaf Al-Qur’an dihilangkan.Pada masa ini, Al-Qur’an mulai dalam tahap penyempurnaan dalam penulisannya. Mushaf yang ditulis pada masa ‘Utsman bin ‘Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan pada karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan.

Rasulullah amat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu turunnya wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya. Persis seperti dijanjikan Allah SWT dalam surat Al-Qiyamah ayat 17, sebagai berikut :
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” (Q.S. Al-Qiyamah:17).
Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW adalah hafiz (penghafal) Al-Qur’an pertama dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dala menghafalnya, sebagai ralisasi kecintaan mereka kepada pokok agama dan sumber risalah. Setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, para sahabt langsung menghafalnya diluar kepala.
2.    Kedua, al Jam’u fis Suthur.
Selain di hafal, Rasulullah juga mengangkat para penulis wahyu Al-Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka seperti Ali, Mu’awiyah, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Sabit. Bila ayat turun, beliau memerintahkan mereka menuliskan dan menunjukan tempat ayat tersebutdalam surah, sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan didalam hati.
Proses penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW sangatlah sederhana. Mereka menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah kurma, tulang belulang dan berbagai tempat lainnya. Selain para sekretaris Nabi Muhammad SAW tersebut, para sahabat juga melakukannya tanpa sepengetahuan Nabi Muhammad SAW.
.
 D. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sepeningal Rasulullah SAW, istrinya `Aisyah menyimpan beberapa naskah catatan (manuskrip) Al Quran, dan pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a terjadilah Jam’ul Quran yaitu pengumpulan naskahnaskah atau manuskrip Al Quran yang susunan surah-surahnya menurut riwayat masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul).
Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah Perang Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang bertujuan menumpas habis para pemurtad dan juga para pengikut Musailamah Al-Kadzdzab itu ternyata telah menjadikan 70 orang sahabat penghafal Al-Qur’an syahid.  Khawatir akan hilangnya Al-Qur’an karena para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
Namun pada awalnya Abu Bakar pun tidak setuju dengan apa yang diusulkan oleh Umar bin Khattab. Karena menurutnya, Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah melakukannya. Tetapi Umar bin Khattab terus membujuk Abu Bakar untuk melakukannya, dan akhirnya Allah SWT membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut. Kemudian Abu Bakar pun memerintahkan Zaid bin Sabit untuk melakukannya. Seperti Abu Bakar sebelumnya, Zaid bin Sabit pun menolak perintah Abu Bakar dengan alas an yang sama. Setelah terjadi musyawarah, akhirnya Zaid bin Sabit pun setuju.





     2.   Pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan.
 Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah islam di luar Jazirah arab sehingga menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja (’Ajamy). Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif.
Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini di tangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al-Yaman.
Inisiatif ‘Utsman bin ‘Affan untuk menyatukan penulisan Al-Qur’an tampaknya sangat beralasan. Betapa tidak, menurut beberapa riwayat, perbedaan cara membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah berada pada titik yang menyebabkan umat Islamsaling menyalahkan dan pada ujungnya terjadi perselisihan diantara mereka.
‘Utsman bin ‘Affan memutuskan agar mushaf-mushaf yang beredar adalah mushaf yang memenuhi persyaratan berikut:



3.  Pada Masa Setelah Khulafa’ur Rasyidin.
Pada masa ini, Al-Qur’an mulai dalam tahap penyempurnaan dalam penulisannya. Mushaf yang ditulis pada masa ‘Utsman bin ‘Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan pada karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan.
Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III H (atau akhir abad IX M.).











    E. Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Quran Setelah Masa   Khalifah
Mushaf yang ditulis pada masa Utsman tidak memiliki berharakat dan tanda titik. Setelah umat Islam bertambah banyak mereka kesulitan dalam membaca. Maka pada masa Khalifah ‘Abdul Malik(685-705) dilakukan penyempurnaan. Dua orang yang berjasa adalah ‘Ubaidillah bin Ziyad (w 67H) dan Hajaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (w 95h). Penyempurnaan dilakukan secara bertahap sampai abad 3 H (akhir abad 9 M). ada tiga orang yang disebut-sebut sebagai pemberi tanda titik pada mushaf Utsman, yaitu Abu Al-Aswad Ad-Du’ali, Yahya bin Ya’mar (45-129 H) dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits (w 89 H). Yang meletakkan hamzah, tasydid, ar-raum dan Al-isymam adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farabi Al-Azdi.

Khalifah Al-Walid (86-96 H) memerintahkan Khalid bin Abi Al-Hyyaj untuk menulis mushaf Al-Quran. Tahun 1530 M pertama kali Al-Quran dicetak di Bunduqiyah, ketika dikeluarkan, penguasa gereja memerintahkan supaya Al-Quran dimusnahkan.
Tahun 1694 M dicetak kembali oleh orang Jerman bernama Hinkelman di Hamburgh (Jerman).
Tahun 1698 dicetak oleh Marracci di Padoue.
Tahun 1787 dicetak dengan label Islam oleh Maulaya ‘Utsman di Sain Petesbourg Uni Soviet (Rusia).
Tahun 1248H / 1828 M dicetak di Teheran Iran.
Tahun 1833 dicetak di Tabris.
Tahun 1834 di cetak di Leipzig Jerman.
Tahun 132 H / 1923 M di Negara Arab, Raja Fuad dari Mesir membentuk panitia khusus yang dipelopori para Syeikh Al-Azhar untuk penerbitan Al-Quran. Mushaf yang pertama terbit di Negara Arab ini sesuai dengan riwayat Hafsah atas qiraat ‘Ashim . setelah itu Al-Quran banyak dicetak di negara-negara lain.






Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot