TAFSIR SURAT AL-QASHAS 27 TENTANG ANAK WANITA YANG MEMINTA AYAHNYA AGAR MEMINANGKAN ANAK LELAKI KEPADANYA - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Rabu, 27 Januari 2016

TAFSIR SURAT AL-QASHAS 27 TENTANG ANAK WANITA YANG MEMINTA AYAHNYA AGAR MEMINANGKAN ANAK LELAKI KEPADANYA




  Seorang anak perempuan meminta Ayahnya untuk meminang laki-laki
QS. Al-Qashas 27
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَىَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ وَمَآأُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّالِحِينَ {27}


Berkatalah dia (Syu'aib):"Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (QS. 28:27)



Tafsirannya :
ابنتي   : Dua orang anak perempuan
تأ جرنى : Kamu menjadi pekerjaan yang aku sewa untuk mengembala kambing ku
حجج : Tahun- tahun
Para mufassir berikhtilaf mengenai laki-laki ini ada yang mengatakan dia adalah Nabi Syuaib a.s ada pula yang mengatakan orang itu adalah saudara Syu’aib yang bernama Tsairun. Namun, pendapat yang masyhur di kalangan para ulama ialah yang pertama. Thabrani meriwayatkan dari Salamah bin Sa’ad al-Ghazi yang menjadi utusan untuk menghadap Rasulullah maka beliau bersabda kepadanya[1],
Selamat datang kaum syuaib dan dua orang saudara musa. Allah telah memberimu hidayah  
Firman Allah Ta’ala salah seorang di antara kedua wanita itu berkata “Hai bapak ku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya orang yang paling baik untuk engkau pekerjakan adalah orang yang kuat dan jujur” sang ayah berkata kepada anaknya ini” apa dasarnya kamu mengatakan demikian? “ Dia menjawab “Dia dapat mengangkat batu yang hanya dapat di angkat oleh sepuluh orang laki-laki. Dan ketika aku berjalan bersamanya, sedang aku berada di depannya, dia berkata kepadaku “ Berjalanlah di belakang ku. Jika aku salah jalan lemparkanlah batu krikil ke arah jalan yang benar agar aku tidak tersesat.
            Ayat ini menceritakan tentang pertemuan yang pertama kali antara Nabi dan Musa dengan Syua’ib di Mdyan. Pada waktu itu, langsung Nabi syuaib menawarkan salah seorang dari  dua putrinya kepada nabi musa untuk di jadikan istri. Dengan kata lain, pinangan di majukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki.
Pinangan seperti itu adalah suatu sunnah yang berlaku sejak zaman dahulu dan berlaku pada zaman nabi-nabi, seperti yang di kisahkan oleh ayat ini. Yakni terhadap laki-laki soleh dan baik, sunnah membolehkan pinangan itu datangnya dari pihak perempuan. Peristiwa seperti ini pernah dilakukan juga oleh sahabat-sahabat di zaman rasulullah SAW.
            Imam syafi’i berkata Allah menyebutkan bahwa seorang Nabi diantara para Nabi-Nya telah mempekerjakan dirinya selama beberapa tahun sebagai ganti dari mahar isrtinya. Lalu Allah menunjukkan kebolehan (kehalalan) sewa-menyewa. Dia juga menetapkan sewa-menyewa itu boleh di langsungkan beberapa tahun. Jika seseorang pekerjakan orang lain tanpa ada hitungan tahun, hal ini termasuk bentuk sewa-menyewa yang dibolehkan. Ada yang berpendapat bahwa dia (Nabi Syu’aib) mempekerjakan Nabi Musa sebagai pengembala kambing.
            Imam Syafi’i berkata “ Mahar itu adalah sesuatu yang berharga, dan setiap sesuatu yang berharga dapat di jadikan mahar. Allah swt membolehkan setiap mahar itu dalam bentuk sewa menyewa yang di jelaskan di dalam kitab-Nya. Kaun Nabi muslimin juga membolehkannya. Allah juga menuturkannya kisah Nabi Syu’aib dan Nabi Musa. Lalu kisah ini di tafsirkan dalam sebuah hadits tentang Umar bin Khattab yang menawarkan hafsah putrinya untuk Abu Bakar dan usman tapi keduanya menolak akhirnya hafsah di nikahi oleh Nabi Saw.
Hafshah binti ‘Umar. Ia merupakan salah seorang putri Umar bin Khaththab. Khunais bin Hudzafah, suami Hafshah syahid di medan perang Badar. Hafshah yang menjanda kemudian ditawarkan Umar kepada Utsman bin Affan yang kebetulan sedang ditimpa musibah kematian istrinya, akhirnya memutuskan minta maaf. Kemudian Umar menawarkan kepada Abu Bakar, namun ia tidak menjawab tawaran itu hingga membuat Umar tidak sabar karena menunggu keputusan yang tak kunjung datang. Riwayat lengkapnya seperti berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُحَدِّثُ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ حِينَ تَأَيَّمَتْ حَفْصَةُ بِنْتُ عُمَرَ مِنْ خُنَيْسِ بْنِ حُذَافَةَ السَّهْمِيِّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا تُوُفِّيَ بِالْمَدِينَةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Salim bin Abdullah bahwa dia mendengar Abdullah bin Umar ra, bercerita, bahwa Umar bin Khattab berkata ketika Hafshah binti Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi -ia termasuk  di antara sahabat Rasulullah Saw yang ikut serta dalam perang Badr dan meninggal di Madinah-, Umar berkata, Maka aku datangi Usman bin 'Affan dan kutawarkan Hafshah kepadanya.
عن ابن عمر لما تأ يمت حفصة بن خذافة خنيسس السهمى قال عمر لعثمان : إن شئت أنكحك حفصة بنت عمر وكذلك قال لأبي بكر , لكنهما امتنعا لأن النبي ص.م ذكرها بخير , فلم يفشيا سره وفهما أنه يريد الزواج بها  
Adapun kisah dari hafsah disini menggambarkan bahwa sanya seorang ayah itu sangat menjaga dan memperhatikan anaknya terutama anak perempuan di karena perempuan itu memiliki sifat yang dan lemah dan lembut sehingga butuh terhadap perlindungan. Dan dalam sudut pandang yang lain dalam mencarikan pasangan hidup orang tua terutama ayah itu memiliki peranan yang besar dalam memilih atau melihat calon suami untuk si anaknya.
Dan di dalam keriteria nya dalam melihat atau dalam memlihkan calon suami untuk anaknya yaitu seorang yang mampu menggantikan peranan si ayah yaitu untuk melindungi dan menjaga anaknya, maka di dalam surat Al-Qashas di atas seorang ayah yang bernama syu’aib berkata kepada seorang pemuda ia memiliki maksud untuk menikahkan pemuda tersebut dengan salah satu dari kedua anak perempuan beliau dan ayah tersebut memiliki ketentuan yaitu untuk mempekerjakan pemuda tersebut dalam artian disini ayah tersbut ingin melihat bagaimana sikap pemuda tersebut apakah ia bertanggung jawa, jujur, amanah dan mampu terpercaya untuk menjaga anak perempuannya tersbut. 







[1].  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot