FILSAFAT DI ABAD PERTENGAHAN - Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Rabu, 07 Oktober 2015

FILSAFAT DI ABAD PERTENGAHAN

042

Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolistik. Sebutan Skolistik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di sekola-sekolah itu. Semula Skolistik timbul di biara-biara tertua di Gallia Selatan, tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sbb di situlah tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.

Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Pada waktu itu ada perpidahan bangsa-bangsa, yang mengakibatkan adanya serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan itu runtuh. Bersamaan dengan keruntuhan kerajaan Romawi itu runtuhlah juga segala peradabat Romawi, baik peradaban yang bukan Kristiani maupun peradaban Kristiani yang sedang dibangun selama 5 abad terakhir. Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apalagi  terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.
Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad-abad keadaan berubah. Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam perkembangannya yang lebih lanjut lagipelajaran artes liberalesmakin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat Aristoteles. Untuk itu setelah mempelajari mengenai sejarah perkembangan ilmu filsafat pada masa abad pertengahan ini, kita akan mampu membedakan baik dari segi karakteristik, filosof, dan pemikiran tokoh itu sendiri, menginat pentingnya filsafat bagi kehidupan kita sehari-hari.

DEFINISI TENTANG PEMIKIRAN MASA ABAD PERTENGAHAN
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, muncullah para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan. Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan mendaptkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian tentang agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkusisi).
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
–          Cara berfikirnya dipimpin oleh gereja.
–          Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
–          Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru paerkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyang yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbadaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang dijarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
  1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
  2. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.
  1. a.      Masa Parastik
Istilah parastik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman Tuhan, an tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu menarik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup sejalan dengan Tuhan.
  1. b.      Masa Skolatik
Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa penegrtian dari cork khas Skolatik, sebagai berikut;
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
  • Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
  • Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan dan akal.
  • Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.

  • Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan, termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.
  • Skolastik Puncak ( 1200-1300)
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
  • Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
  • Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
  • Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, William Ocham.
  • Skolastik Akhir (1300-1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif. Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad ke-13 dan perempatan pertama abad ke-14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir, yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
  • Ø Pada Masa Patristik
–       Justinus Martin
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
–       Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
  • Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat Yunani;
  • Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
  • Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam;
–       Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia megatakan bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.
–       Augustinus (354 – 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolistik.
  • Ø Pada masa Skolistik
Skolastik Awal
–       Peter Abaelardus (1079 – 1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika  yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.
–       Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari suatu simbul. Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah satu, esa.
–       Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)
Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran Neoplatonisme dan mistik.
–       Petrus Abaelardus (1079 – 1142)
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.
Skolastika Puncak
–       Albertus mangunus (1203 – 1280)
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan  “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajarartes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat. Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
–       Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

Skolastik Akhir
–       William Ockham (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
–       Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

TOKOH ATAU FILOSOF YANG HIDUP PADA MASA MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern tlah dimulai secara historis, zaman modern dimuali sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaisance berarti klahiran kembali, yang mengacu kpaa gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempatan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembal gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorng ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalhsistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life(perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
  • · Pelopor aliran pemikiran:
a)    Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak filsafat modern.
b)   Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c)    Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari Kristinisme.
d)   Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e)    Beberapa  tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
f)    Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
g)   Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h)   Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
i)     Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j)     Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 – 1952).
k)   Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928).
l)     Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m)  Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

PEMIKIRAN TOKOH
a) Rasionalisme
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang mmenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metodee deduktif, seperti yang dicintohkan dalam ilmu pasti. Ia menemukan ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas du garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizotal dan disebut axis atau simbol X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus sumbu X. Karena sistem tersebut didasarkan pada dua garis lurus yang berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi.
Latar belakang munuclnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangan hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dipahami. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
b) Empirisme
– Thomas Hobbes
Ia seorang ahli inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford untuk belajar logika Skolistik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak bermiat sebab guruna beralih Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termaksuk juga perikehidupan organis dan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan teori Kontak Sosial. Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adlah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tetang akibatakibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam. Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahaakan diri. Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari.
–   John Locke
Ia dilahirkan di Wrington, dekat Btistol, Inggris. Di samping ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai kemampuanya. Dalam penelitiannya ia memeakai istilah sensationdan reflection Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripaada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang diperoleh manusi aterdiri dari sensation dan relection. Walau;oun demikia, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian? Karen jiwa manusia di saaat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tisak ada sesuatu yang dlam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan yang membentuk jiwa seseorang.
c) Kristisisme
– Isaac Newton
Memberikan dasar-dasar berfikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhnkan analisis. Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, an sekanjutnya menyebar seluruh Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme denga empirisme semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul maslah, siap ayang sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan? Apakah pengetahauan yang benar itu lewat rasio atau empiri? Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuan dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, dan optika.

–   Immanuel Kant
Ia mencoba menyelsaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusi akan dpat mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant menakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasinalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus memunyai sayap (rasio) dan udara (empiri). Jadi, metode berfikirnya disebut metode kritis. Walaupun didasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-[ersoalan yang melampaui akal. Sehngga akal mengenal bats-batasnaya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dpat diterima kenyataanya.
d) Idealisme
– I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860). Apa yang dirintis olej Kant mencapai puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Struttgart, Jerman. Pegaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat samapai meninggal. Setelah ia mempelajari emikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut  pendapatnya, segala peristiwa di sunia hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasan. Ide yang berfikir itu sebenarnya adla gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan), kemudia timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan antitesis da seterusnya.
e) Positivisme
– August Comte
Ia lahir di Montpellier, Perancis. Sebuah karyanya dalah Cours de philosophia positive ( Kursus tentang filsafat tahap positif ) dan berjasa dala menciptakan ilmu sosiologi. Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dlam tiga tahap: tahap teologis. Tahap metfisis, dan tahap ilmiah/positif. Tahap teologis, manusia mengarahkan pandangan kepada hakikat batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu. Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Sifat yang khas adlah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diitegrasikan dengan alam. Pada tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai mengatahui dn sdar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafis tidak da gunanya. Sekrang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang bersal dari fakta-fakta pengamatan denan memakai akal. Tahap-tahap tersebut berlaku pad setap individu (dalam perkembangan rohami) juga di bidang ilmu pngetahuan. Pada akhir hidupnya, ia brupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini menggunakan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyang “Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, kmajauan sebagai tujuan”.
f. Evoluisme
Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essay on the Princple of Population. Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka nerfikir dari teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret ukur), di atas batas bahan-bahan makanan (deret ukur). Degngan demikian, Darwin memberikn kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut manusia harus  bekerja sama, harus berjuang di antara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena  itu hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyelesaikan diri dengan iklim sekitarnnya. Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala sesuatu termaksud manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittestdan struggle for life. Pada hakikatnya antra bintang dan manusia dan benda pa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan  pada masa yang akan datang lebi sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
g. Materialisme
Munculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de La mettrie mengemukakan pemikirannya bahwa bintang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja. Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Lugwig Feueurbach sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asa kesusilaan adalh keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan sesamanya. Dari Mmaterialisme Histori/diaalektis, yaitu Karl Marx, nama lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich Engels di Paris, maka dengan kawanya itulah ia (tahun 1848) menyusun  Manifesto Komunist. Setelah itu, ia mejadi buronan politik dan diusir dan dipenjara di London, sampai meninggal dunia. Ia meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867. Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidu manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, pilotik – semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.
h. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materalisme, Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini di sebut Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939). Herman Cohen memberika titik tolak pemikiran mengemukakan bahwa keyakinan padsa otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’ apabila terlebih dahulu dipirkan. Artikan, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.
i. Pragmatisme
Tokohnya William James lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat. Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama, ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tenang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoristis. Ia mnginginkan hasil-hasil yang konkert. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
j. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson. Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian menganalisis, muncul msalah baru dalam pemikiranya. Ia diharapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan tempatnya di belakang lmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke dalam didang filsafat. Pemikiranya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Perkembanganya seperti meletup-meletup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan akibat-akibat dengan spektrum yang baru. Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, Relativisme. Kemudian ia mengupayakan, dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan metafisis. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak. John Dewey, ia lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, flsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis sehngga filsafat akan mampu memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai.
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Dan yan lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berfikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya: Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928). Edmund Husserl lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Helle, Gottingen, Freiburg. Pemikiranya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dngan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dlam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi yang berbeda-bda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetis.
l. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luat, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Eksistensialisme merupakan alran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pda eksistensiny. Artinnya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel. Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individual, yang konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
m. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinus. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajara homas sudah sempurna. Tugas kita adalah membrikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saatbelum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diasakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pegetahuan. Ketiga, paham yang mengganggap bahwa Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapa bahwa ajaranya betu-betul sempurna.

KESIMPULAN
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaan dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Augustus yang menciptakan masa kemasan kesusastraan Latin, kesian, dan arsitektur Romawi. Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di sana mendapatkan lahan baru dalam petumbuhan. Karena bersamaan dengan agama kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga membentuk suatu formasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai pejelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Paratistik dan masa Skolatistik. Sedangkan masa Skolatistik terbagi menjadi Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir. Tokoh pada masa Paratstik adalah Justinus Martin, Klemens, Tertullianus, dan Augustinus. Sedangkan tokoh pada masa Skolasti adalah Albertus mangunus, Petrus Abaelardus, Anselmus dari canterbury, Johanes Scotus Eriugena, Peter Abaelardus, Thomas Aquinas , William Ockham, dan Nicolas Cusasus.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pegetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorng ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalhsistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life(perjuangan untuk hidup).
Dalam era modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
  • · Pelopor aliran pemikiran:
n)   Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai bapak filsafat modern.
  • o)   Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
p)   Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari Kristinisme.
q)   Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
r)     Beberapa  tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 – 1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
s)    Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi pemikiran filsafat abad ke-19.
t)     Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
u)   Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-Kantianisme.
v)   Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
w) Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey (1859 – 1952).
x)   Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874 – 1928).
y)   Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
z)     Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.

DAFTAR PUSTAKA
Achmdi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Penada
Hardiwijoyo, Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Hendriyanto, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media

Post Top Ad

Your Ad Spot